Tahun ini menjadi tahun kedua bagi Haechan menetapkan diri di sekolah menengah Atas, tidak banyak yang berubah. Semuanya sama, dimata siswa lain Haechan tetaplah si dungu yang tak tau malu.
"lihat-lihat, nilaiku bahkan melebihi nilaimu. Sekarang kau percaya tidak kalau aku itu tidak bodoh" Haechan menggebu memamerkan angka yang tertera pada selembaran yang merupakan lembaran ulangan mingguan pada seseorang.
"Tentu saja tidak, angka bergambar bebek seperti itu kau sudah berlagak hati memamerkan diri? Kau memang idiot "
"Sialan " umpat Haechan yang mana membuat pria di sebelahnya terkikik pelan.
"Ayolah brother. Sejak kapan kau memikirkan tentang nilai? "
Haechan terdiam, lalu ia memamerkan deretan gigi putihnya perlahan dengan tangan yg langsung merangkul teman nya itu.
"Hihi. Kau memang teman ku jaemin, omong-omong perut ku sudah di gali cacing dan memerlukan asupan. Kau tau apa yang harus kau lakukan? "
Jaemin. Pria yang sedang duduk di hadapan Haechan mendengus tak suka.
"Apalagi memang nya? Tentu memberi makan seekor badak " Jaemin memasang wajah tak peduli nya kala Haechan meneriaki nya dengan umpatan kasar, padahal sekarang mereka masih lah berada di dalam kelas.
"Kau manusia tersialan, lihat saja berengsek yang kau sebut badak ini akan segera debut bersama yeri noona" seperti itulah kira-kira umpatan Hacehan yang di tunjukkan pada jaemin yang jelas sudah menghilang.
Haechan menjadi pusat perhatian sudah pasti, ia sudah terbiasa. Meskipun wajah-wajah manusia sialan itu menunjukkan wajah mengernyit menjijikan.
"Apa kau lihat-lihat " gertak Haechan yang tak berarti apa-apa.
Merasa malu sendiri karena tak ada yang melayani , Haechan langsung berdiri dari duduknya. Begitu angkuh dalam berjalan itulah Lee Haechan, lihat saja! Dengan dagu yang di angkat setinggi langit ia sengaja menabrakkan bahu nya dengan salah satu siswa yang tadi menatap nya dengan tatapan mengolok.
"KAU ..... " merasa tak terima, siswa tersebut melotot tajam yang jelas saja tak membuat Haechan gentar.
"Wleeee "
Sudah. Malas melayani karena sudah tak memiliki mood untuk bertengkar haechan sepenuhnya keluar dari kelas.
Langkahnya ringan. Dengan senandung riang yang berseluncur dari bibir cherry haechan, ia menuju ke perpustakaan. Biar saja jaemin bingung mencari nya, saat ini suasana hati Haechan sedang mood untuk belajar. Tentu saja itu hanya dusta, karena faktanya Haechan ke perpustakaan hanya untuk menumpang internet gratisan.
Seingat haechan ia sudah melupakan dunia keduanya selama dua jam. Ow, ini jelas membuat haechan menggila.
Dengan tergesa pria itu berlari-lari, memilih kursi yang cocok untuk bersembunyi. Dengan cengiran khas anak idiot Haechan larut dalam dunia keduanya.
"Tidak tidak tidak. Lihat! Betapa bodohnya mereka yang mengatakan jika yeri noona sangat cocok dengan b.i. huh, mereka tidak tau saja aku lebih segalanya dari si b.i "
"Oww.. Sialan sekali, siapa dia berani menggandeng tangan yeri noona"
"Jelas ini tidak bener, hah. Kepala ku mulai panas, lihat saja lihat saja aku akan membuat kepala si b.i itu lepas dari lehernya. Sialan sekali dia "
"Astaga astaga bukan kah yeri noona sangat cantik, astaga air liurku. Syukurlah disini tidak ada orang " Haechan yang sedang sibuk dengan dunia keduanya kini tambah sibuk kala tak sengaja air liurnya menetes, ia melirik ke kiri dan kanan untuk memastikan jika di blok yang sedang ia duduki tidak ada orang.
Menghela nafas lega, lalu kembali membuka ponsel dengan gerakan yang heboh.
"Astag—
"Apa kau gila? "
Haechan langsung menoleh dan mendengus setelahnya.
"Apakah ada orang gila setampan aku? " sinis Haechan kepada orang itu.
Mark. Orang itu tak bergeming, ia hanya memandang hechan dengan wajah yang datar.
"Sadar? Kalo aku ini memang tampan " tanya haechan dengan gaya boy band yang pernah ia lihat di TV TV.
"Mendadak tuli? Mendadak bisu? ou, ketampanan ku ini memang sebahaya itu untuk ukuran pria sepertimu " Haechan memasang muka menyebalkan, ia jelas sedang meremehkan si lawan bicara.
Namun sudah menjadi hal biasa jika mark hanya menatap Haechan tanpa niat mengeluarkan suara.
"Idiot ..... " setelahnya mark pergi, dengan gaya yang sangat sok kegantengan di mata haechan.
"Mark lee sialan kau awa— AW " umpatan haechan terpotong karena ada sesuatu yang membentur keningnya secara mendadak, di dekat sepatu nya terdapat buku paket yang tergeletak. Dengan geraman tertahan haechan mengangkat wajahnya ingin mencekik orang yang sudah berani melukai kening nya.
"Hehe. Apaa guru sedang butuh bantuan? " dengan sopan haechan mengambil buku paket yang tergeletak.
"Ini kah yang kau cari, hehe. Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Keningku baik, aku tau kau tak sengaja melakukan nya. Aku tidak akan marah guru, jadi kau tidak perlu takut aku akan melapor pada ibu ku dan — "
"Dengan senang hati kau di persilahkan melapor pada ibumu " dengan wajah sangar yang mengerikan guru itu memangkas ucapan haechan.
"Mengadu itu tidak baik guru, karena aku anak baik maka aku akan memaafkan mu dengan senang hati dan juga tidak ingin —
"Berhenti bicara omong kosong, segera tinggalkan ruangan ini. Dan temui lah guru moon di ruang bimbingan! "
Dengan wajah memelas haechan langsung menggeleng.
"Aku sehat. Aku tidak bermasalah, tidak menggunakan narkoba juga tidak merokok. Lalu kenapa aku harus mendapatkan bimbingan? "
Ow sialan. Haechan sudah mendegar alarm berbahaya di sekitar tubuhnya.
"Pergi atau aku melapor pada ibumu "
"Guru ^ -^ , baiklah-baiklah " dengan pasrah haechan harus keruang bimbingan. Hari ini adalah tersialan setelah mendapatkan nilai Nol bagi haechan.
Lihat saja. Akan haechan buat perhitungan dengan si lee sialan yang sudah membuat dirinya terkurung dalam ruangan yang menyebalkan. Oh ayolah, apa guna nya mengadakan ruang bimbingan jika orang-orang macam haechan saja enggan mendengarkan ocehan yang itu itu saja setiap kali melakukan kesalahan.
Dengan patuh setelah mendapat berbagai petuah haechan kaluar dari dalam ruangan neraka itu. Kedua tangan nya terkepal, ia segera berlari untuk menghampiri seseorang yang tengah bercokol di ulu hati.
Mark hanya melirik sekilas, merasa tidak ada untung nya meladeni haechan yang sedang menatap nya tajam mark lebih memilih melanjutkan acara pulang nya dengan damai.
Kedua tangan nya di saku celana juga dua earphone bluetooth yang menempel di setiap bagian telinga adalah ciri khas Mark lee.
Masih dengan rasa dendam yang setinggi langit haechan mengikuti langkah mark, memutar otak untuk berfikir cara apa yang akan membuat dirinya puas menbuat si mark sialan lee itu jengah.
Seulas senyuman tengil telah terpatri di bibir cherry milik haechan, dengan gerakan yang super kilat Haechan berlari.
"Wleeeeeee " cengiran khas haechan tercetak jelas ketika di rasa rencana nya berhasil sempurna.
Namun ketika Haechan membalikan badan untuk kembali mengolok Mark yang mungkin saja butuh bantuan dirinya untuk berdiri ia malah melotot tak percaya.
"Kau tidak jatuh? Kau tidak tengkurep seperti tokek yang jatuh dari atap? Bagaimana bisa " Haechan menghardik kesal, sial.
Dengan aura yang selalu tenang Mark melewati haechan yang masih belum bisa mengatupkan mulutnya. Waktu nya terlalu berharga untuk meladeni manusia bodoh yang tengah meneriaki nama Mark dengan marga yang di ganti oleh sebuah umpatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daily love ^_^..
Teen Fictionbagi Haechan Cinta itu memerlukan sebuah ungkapan, jika hanya perlakuan itu hanya dusta yang kasat mata.