01

34 2 1
                                    

Semenjak kejadian dimana Haechan ingin menelan bumi karena ulah mark, ia masih dengan gencar terus menerus mengusik pria dingin yang menyebabkan dirinya masuk ruang bimbingan yang bahkan sudah terlewat satu minggu yang lalu, haechan itu pria tangguh! Sebelum mencapai apa yang hatinya ingin kan maka ia pantang menyerah. Cih, bahkan otak dungu nya saja menyangkal.

Haechan tersenyum bodoh, melambaikan tangan kepada seseorang yang menatap jengah ke arah nya. Pagi ini haechan menjadi murid yang paling rajin. Ia jelas tak menyukai belajar, datang ke sekolah bagai nereka ini pagi-pagi jelas ada maksud lain .

"Kau sudah sarapan?! " Haechan tak di hirau kan.

"Omong-omong ada pr yang sudah ku kerja kan, apa kau mau menyalin nya? "

"Nanti di kelas? Oke, jaemin aku dengan senang hati akan memberi kan buku catatan yang penuh sejarah ini kepada mu di kelas nanti " Haechan tak peduli jika ia tengah di abaikan, karena ia senang berbicara jadi hal itu nampak tak berpengaruh sedikit pun.

Jaemin seakan menulikan telinga nya. Ia malas berurusan dengan teman cerewet macam haechan, sebetulnya jaemin sudah tidak marah akan perihal dirinya yang di kerjai seminggu yang lalu oleh haechan. Namun, karena pagi-pagi sekali ada seseorang yang membuat mood jaemin berantakan bagai pecahan gelas yang di lempar maka mau tak mau jaemin melampiaskan nya pada haechan .

Jahat.

Sejak kapan ada kata kebaikan pada persahabatan mereka.

"Jaemin kau tau tidak, yeri noona akan mengadakan fanmeeting rabu pekan depan"

"Apa kau mau memberi ku jackpot? " jaemin menatap haechan dengan wajah yang berbinar.

"Apa kau lupa? Aku ini anak pegawai kerja berat bukan anak konglomerat "

"Ck, lalu untuk apa kau memberitahuku? "

Jaemin kembali berjalan dangan mood yang tambah ancur.

"Kenapa kita tidak  ke lokasinya saja? Lumayan, kita bisa melihat yeri noona secara langsung ketika ia akan masuk ke dalam venue "

"Dengan membiarkan kulitku menghitam? Tidak terima kasih! "

"Kau tidak asik " lirih haechan di buat sesedih mungkin.

Jaemin merasa dirinya tak perlu lagi meladeni haechan, maka dari itu ketika sampai di dalam kelas ia langsung ikutan menimbrung dengan teman yang lainnya untuk menyalin pekerjaan rumah yang belum ia kerjakan sesuai tebakan haechan. Haechan menatap malas kearah mereka. tanpa ada niat masuk ia kembali menarik kaki nya keluar meninggalkan segerombolan orang-orang yang sedang mencuri pekerjaan orang.

Hidup haechan itu terlalu menonton, tidak ada yang istimewa. Selain bodoh dalam segala mata pelajaran, haechan juga tidak memiliki teman.

Tolong! Jaemin itu pengecualian.

"Katakan padaku apa enaknya menyumpal telinga mu dengan benda itu? " rupanya kini haechan kembali mendapatkan mangsa .

"Kau tau tidak? Terlalu lama memakai benda itu telingamu bisa mengeluarkan nanah yang berbau busuk seperti mulutmu, huh. Aku kasihan sekali kepada orang yang nanti nya akan menjadi kekasihmu Mark "

Seperti yang sudah-sudah Mark tidak pernah menganggapi segala ocehan Haechan, begitu juga haechan yang tak mengenal lelah menghadapi mark dengan segala tingkah laku yang menurutnya sok kegantengan. Haechan tak peduli dengan tatapan orang-orang karena sedang membuntuti pangeran sekolah, toh haechan hanya ingin balas dendam kepada mark karena sejak seminggu yang lalu haechan masih belum juga memuluskan rencana nya.

"Apa kau penguntit? " Mark merasa jengah dengan kelakuan bocah di itu. Ayolah! Mark tidak suka aura bising sedangkan haechan sejak tadi tak berhenti ngoceh di sebelahnya.

"Kau melihatku? Au, suatu keberuntungan karena ketampanan ku ini telah membuka kan matamu yang sejak tadi terus tertutup! " Haechan dengan segala tingkah keanehan yang tak ada duanya.

"Pergilah " usir Mark,

Haechan memutar matanya jengah. Ayolah dia tak ada teman, jaemin sedang marah dan mulut haechan gatal sekali ingin mengeluarkan suara. Tidak ada pilihan lain selain mengganggu Mark, jadi. Haechan akan tetap berdiri di samping si pangeran sekolah.

"Kau memintaku pergi kemana Mark? Kau tau aku ini sangat jarang memiliki waktu untuk seseorang. Jadi, harusnya kau perlu bersyukur karena aku datang padamu bahkan tanpa kau minta "

"Oh, Mark bukan kah kelasmu terlewat? " Haechan memang bodoh, tapi ia jelas ingat dimana letak nya kelas orang-orang pintar itu berada.

"Kau mau kemana? Mark, apa kau bisu karena ketampananku lagi. ?" bertanya dengan tampang bodoh yang sering haechan perlihatkan .

"Mark '!"

"Lepaskan tanganmu! " suara mark memang dingin, jadi hacehan jelas masih keras kepala.

"Kalau aku tidak mau? Lihat! Tanganmu begitu jelek, terlalu banyak mengangkat karung beras sehingga urat-urat nya sangat ketara dengan jelas. "
Mark menarik kasar tangannya yang sedang haechan bandingkan dengan miliknya, haechan nyengir lebar. Lalu ia sedikit menoel lengan mark yang jelas saja langsung di tepis.

Mark memandang haechan datar. Tak habis fikir dengan si dungu yang satu ini, mengapa sangat menikmati berbicara dengan orang-orang yang bahkan merasa tak nyaman akan kehadiran bocah itu, mark berdecih keras. Waktu pagi nya terbuang sia-sia .

"Jangan bekerja terlalu keras Mark! Kau masih muda, kau harus menikmati masa yang tak akan datang dua kali. Oh, aku lupa. Aku bisa meminjami kau uang kalau kau memang mau, tenang saja! Selain tampan aku ini juga baik hati jadi aku tidak akan mengambil bunga ketika kau akan membayarnya nanti " Omong kosong itu terus berlanjut sampai akhir nya Mark benar-benar menyalakan musik pada earphone yang sedang ia kenakan.

Jika berniat meladeni haechan, mark pikir kau sama idiotnya dengan bocoh itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Daily love ^_^..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang