Bagian 1

323 6 1
                                    

CAPTER 1

senja kian menguatkan posisinya bersamaan dengan terbenamnya sang mentari

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

senja kian menguatkan posisinya bersamaan dengan terbenamnya sang mentari

di pojokan atap pondok masih terihat gus haidar sedang melamun memikirkan tentang sebuah keindahan ciptaan Rabbnya yang belakangan mengganggu di stiap sujudya."woy kang,ngelamun ae (woy kang, melamun saja)" sebuah suara yg sontak menyadarkan kembali gus haidar dari lamunannya. ya, suara itu berasal dari kawan dekatnya, kang ahmad mujib, yang sedari awal dia mondok di pesantrennya kyai ma'sum sudah akrab dengannya, selain karena satu angkatan, kang ahmad juga tipe orang yg mampu menyamankankan hati gus haidar, karna sikap tertutup yang di miliki gus haidar membuat gus haidar sukar bersosial, (tapi bukan berarti dia antisosial ya...)
"opo seh kang, ngganggu wong wiridan ae" (apa sih kang, ngganggu orang dzkir aja) jawab gus haidar, setelah tau orag yang mengagetkannya tersebut adalah kang ahmad, sahabat dekatnya di pondok kyai ma'sum.
"wiridan opo seh kang,wog ketok jelas sampeyan iku ngelamun, kok muni wiridan"
(dzikir apanya, udah jelas2 melamun kok bilang dzikiran) balas kang ahmad.
"mikir opo seh kang, kox nganti ngelamun ngno iku ? (mikirin apa sih kang, kok sampe melamun gitu ?) lanjut kang ahmad.
"gak kang, mung meresapi keindahan ciptaan sang robbal alamin" jawab gus haidar sembari melengkungkan bibir tipisnya.
"helleh,..." sahut kang ahmad.
di sisi lain di lokasi pondok putri, ning humaida tengah asik bercengkerama dengan Rabbnya melalui lantunan ayat-ayat suci yg dengan merdu ia kumandangkan di dalam bilik kamarnya, bersama bantal kesayangan pemberian umminya sebelum ia berangkat mondok. ia termasuk santri baru, baru beberapa bulan ia berada di pesantren, namun meskipun begitu, ning humaida cukup di kenal di kalangan kang santri (sebutan masyarakat sekitar pesantren kepada santrinya kyai ma'sum). selain ilmunya yang mumpuni, ia juga memiliki paras yang cantik, ning humaida juga di karuniai suara yang merdu, yang mampu menghipnotis siapa saja yang mendengarnya, juga ilmu nahwu sorof ning humaida cukup bisa di banggkan di kalangan santri, terbukti ketika ada musabaqoh di pondoknya, dia mampu menyabet juara 1 di musabaqoh nahwu sorof, padahal ia baru saja masuk di pondok.
"ciiee,......mesra banget ning" tegur mbak nurma, yang baru masuk kamar setelah beberapa urusan di ndalemnya kyai ma'sum
"mriki tah mbah" (sini deh mbak) ucap ning humaida tanpa menanggapai ucapan dari mbak nurma.
"opoo ning ?" (ada apa ning) jawab mba nurma sambil mendakat ke sahabatnya tersebut.
"sampeyan waraskan ?" (kamu sehat kan) ucap ning humaida kepada mbak nurma sambil memegang dahi sahabatnya itu.
"ngawur ae sampeyan iku nig, wong seger waras ngne kox" (ngawur aja kamu itu ning, aku sehat ini lho) jawab mbak numa sambil memancungkan bibir tipsnya itu.
"owh alhamdulllah, tak kiro kesambet nang ondo mau" (owh akhamdulillah, aku kira kesambet di tangga tadi) ucap ning humaida dengan nada polosnya. yang mampu membuat setiap yang mendengar terkesima.
"wong mlebu kamar ora salam kox malah cia cie cia cie (orang masuk kamar bukannya salam kok malah cia cie cia cie) lanjut ning humaida.
"hahaha...nggeh nggeh ning, Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarakatuh" ucap mbak nurma sambil mendekatkan kepalanya ke pundak ning humaida sehingga ia bersandar di pundak ning humaida.
"hmmmm....wa'alaikum salam" jawab ning humaida singkat dan meneruskan melantunkan ayat-ayat suci yang tadi terhenti karna kedatangan sahabatnya. dan mbak nurma masih menyandarkan kepalanya di pundak ning humaida. memang itu lah kebiasaan mbak nurma, selalu bersandar di pundak ning humaida ketika ia melantunkan ayat-ayat Ilahi.

ning, maafkan aku !Where stories live. Discover now