Bagian 2

9 0 0
                                    

teramat merdu suara lantunan ayat ayat ilahi yg terkumandang dari bibir mungil itu yang mampu menghipnotis setiap indra pendengaran, tak terkecuali gus haidar yang tanpa sengaja melewati kamar atau bilik dari ning humaira.
"Ilaahi Rabby, betapa mulia ayat ayat Mu, betapa indah ciptaan Mu ya Rabb, sungguh hati ini tiada mampu menahan rasa ini, maafkan hamba Mu yang kecil ini ya Rabby"
ucap lirih gus haidar yang tanpa di sadari bersamaan dengan menetesnya air dari ujung matanya.
"kang, ayok malah mandek ilo" (kang ayok, malah berhenti lho)
tegur kang ahmad yang menyadari partner tugasnya berada beberapa langkah di belakangnya
"owh iyo kang, maaf maaf" jawab gus haidar sembari bergegas menyusul sahabatnya itu.
"opoo seh kang, kox ujug ujug mandek, selak di enteni bunyai lho" (kenapa sih kang kox tiba tiba berhenti, udah di tunggu bunyai lho) ucap kang ahmad yang menyadari ada yang aneh dari sahabatnya itu.
"enggak kang, udah ayok" jawab gus haidar sembari mengusap wajahnya.

sore itu gus haidar dan kang ahmad di panggil bunyai untuk menghadap, yang membuat gus haidar tidak sengaja mendengarkan suara lembut yang mampu menggetarkan jiwanya.

"assalamu'alaikum, bunyai" ucap sepasang sahabat itu ketika memasuki ruang tamu ndalem yang dimana bunyai sudah terduduk di salah satu sofa ruang tamu tersebut.
"waalaikum salam, dar mad (panggilan gus haidar dan kang ahmad) lenggah sik" (wa'alaikum salam dar mad, duduk dulu) jawab bunyai ketika gus haidar dan kang ahmad sudah berada di depan pintu masuk ndalem.
"nduk, undangke humairah" (nok, panggilkan humairah) ucap bunyai kepada santriwati yang berada di ndalem.
"injih bunyai" (iya bunyai) jawab mbak santri sembari meninggalkan ruang tamu menuju kamar ning humairah.

gus haidar hanya bisa tertunduk, pikirannya berkecamuk, hatinya teramat gelisah, sambil bibirnya lirih melantunkan asma asma Ilahi. entah apa yang ada di pikiran gus haidar, hanya Rabbnya yang maha mengetahui isi hati dan pikiran gus haidar.

"Assalamualaikum buk"
sebuah suara yang lembut yang mampu membuyarkan kecamuk dalam pikiran gus haidar, namun hatinya semakin gelisah, keringat dingin mulai keluar meskipun udara di ruang tamu saat itu terbilang sejuk.

"Waalaikum salam nok, mriki, lenggah mriki" (Wa'alaikum salam nok, sini, duduk sini) jawab bunyai sembil menepuk menepuk tempat di sampingnya.
"injih buk" ucap ning humaira sembari duduk di samping bunyai, yang secara otomatis, sekarang posisinya berhadapan dengan gus haidar, yang tentunya membuat gus haidar semakin tertunduk.
kang ahmad yang menyadari tingkah aneh sahabatnya tersebut hanya tersenyum kecil.
"dar, bulan depan kan ada peringatan haulnya romo yai manshur, tulung awakmu ngeterno humairah sowan ndaleme bunyai maesaroh, ndaleme kan jauh, kasian kalo naik motor kesana" ucap bunyai yang secara otomatis membuat jantung gus haidar berdegub dengan kencangnya.
"injih bunyai" jawab lirih gus haidar.
"besok pagi ya berangkatnya, biar sampe pondok tidak kemalaman" lanjut bunyai.
"injih bunyai" kembali gus haidar menjawab lirih ucapan bunyainya tersebut.
"ya sudah, kalian bisa kembali ke pondok, jangan lupa besok pagi kamu antar humairah ke ndalemnya bunyai maesaroh" pungkas bunyai.
"injih bunyai" jawab gus haidar dan kang ahmad hampir bersamaan, di lanjutkan berpamita untuk kembali ke kompleks pondok putra.

sesampainya di kamar, ning humairah teramat gelisah, hatinya bergemuruh, bagaimana tidak, besok dia akan pergi dengan kang santri idamannya, benar, ning humaira juga memiliki rasa yang sama kepada gus haidar, sejak pertama bertatap mata dengan gus haidar saat ia masuk ke pesantren.
"ning, kenapa kox kayaknya gelisah, ada masalah ning? atau tadi di dukani (dimarahi) bunyai?" tanya mbak husna yang menyadari sahabatnya tampak gelisah sepulang dari ndalem.
"eh mbak husna, eng enggak mbak, enggak ada, yuk siap siap udah mau waktu maghrib, aku mau ke kantin ya, beli buat buka" jawab ning humairah, yang tanpa ia sadari di hadapannya sudah ada beberapa makanan yang di siapkan mbak husna untuk berbuka puasa.
"ning ? sehat kan ?" ucap mbak husna sembari memegang dahi ning humaira.
"ini makan sudah siap semua lho dari tadi, masih kurang ning?" lanjut mbak husna yang masih bingung dengan tingkah sahabatnya itu.
"eh he oh iya mbak, hehehe" jawab ning humaira entah apa maksudnya.
"haddeh, ya sudah mending sampeyan (kamu) ambil wudhu dulu, biar jernih pikurannya, kalau ada apa apa cerita ning" ucap mbak husna.

gus haidar masih terduduk di dalam kamarnya sembari lirih ia lantunkan shalawat nabi, pikirannya entah kemana, dan entah memikirkan apa, sehingga tidak menyadari kumandang adzan telah terdengar, kang ahmad yang melihat tingkah sahabatnyapun bingung, ada apa, karena tidak biasanya gus haidar seperti ini
"kang, hey, kang" ucap kang ahmad sembari menyodorkan segelas kopi dan sebatang rokok kepada gus haidar untuk berbuka.
"eh kang, apa ini, aku puasa kang" ucap gus haidar mengelak.
"duh gusti, sudah adzan kang, sampeyan mau puasa smpe besok?" ucap kang ahmad sembari mengusap wajahnya karena gemas dengan tingkah sahabatnya.
"oh eh iya kang, makasih kang" ucap gus haidar sembari meminum kopi dari kang ahmad untuk berbuka.
"astagfirullah kang, lidah, aduh" gus haidar mengaduh karena kopi yang di minum teramat panas.
"kang kang, itu kopi baru jadi, ya jelas panas" ucap kang ahmad sembari tertawa melihat gus haidar mengaduh karena lidahnya kepanasan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 10 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ning, maafkan aku !Where stories live. Discover now