Hai.....namaku Kanaya, aku sekarang sedang duduk di bangku SMP kelas 3 dimana ulangan harian dan tes bertebaran dimana-mana, cukup melelahkan tapi.....ini demi mewujudkan mimpiku. Nah sekarang bukan saatnya aku menceritakan tentang kehidupan SMP ku tapi hari ini aku ingin bernostalgia ke masa sekolah dasar, dimana aku mengenal sahabat dan seorang cowok humoris yang sampai sekarang menjadi pujaan hatiku.
Saat ini aku sedang menjalankan libur akhir semester 1, bukan liburan seperti jalan-jalan ke pantai atau mengunjungi destinasi wisata seperti yang kalian kira, tapi liburanku kali ini kuisi dengan kegiatan yang mungkin tak berguna dan tanpa hasil apapun. Tapi aku suka kegiatan ini.
Kegiatan ku saat liburan adalah mencari pensil. Mungkin bagi kalian ini aneh tapi....bagiku ini sangat penting, bukan masalah pensilnya tapi arti dan filosofi pensil itu, pensil kayu segi enam dengan ukiran tinta tulisan seseorang. Seseorang yang detik itu aku kagumi sampai sekarang:v
Jika kalian berkenan membacakan silahkan dan mungkin pembukaan ceritaku cukup gaje dan membuat kalian bosan, maaf karena aku tak pernah memaksa kalian membaca.
******
Dok.2016Aku seorang murid perempuan biasa yang tak cantik maupun tinggi, aku sedikit cerewet tapi pintar, hari itu terdapat jadwal menggambar. Entah lupa atau hilang aku tak mendapati pensilku di tas, aku berusaha meminjam kepada 2 sahabatku, Tuti dan Lila tapi nihil, mereka bahkan meminjam dari teman lain. Mataku berkeliling melihat kelas mencari apakah ada yang punya 2 pensil, mataku terkejut dan aku bahagia menemukan satu meja yang terdapat 3 pensil diatasnya. Aku berjalan kearah bangku tersebut lalu kaget karena pemilik pensil tersebut ternyata orang yang kusuka sejak 1 tahun yang lalu tepat saat aku kelas 5 dulu.
Aku berhenti melangkah dan berpikir beberapa kali, apakah harus aku meminjam darinya?, jarinya sangat lincah memainkan pensil, memutarnya dan beberapa kali mencoretkan gambaran yang lumayan bagus untuk ukuran anak SD. Aku mengaguminya sekali lagi dan tersadar dengan misiku, aku harus meminjam darinya.
Ku kumpulkan keberanian dan kuhampiri, pelan tapi pasti aku sampai di depannya sekarang, hatiku berdegup kencang, napasku naik turun tak karuan. Dia menatapku heran sambil menggelengkan kepalanya keatas dua kali pertanda menanyakan apa yang sedang kulakukan. Aku terkejut dan berkata
"Boleh kupinjam pensilnya?" Dia hanya mengangguk dan memberikan pensil kayu tersebut, sambil tersenyum ia malah menepuk bangku di sampingnya yang kosong, aku terkejut dan langsung mengangguk, dengan cepat aku kembali untuk mengambil alat gambar dan aku duduk di sampingnya.
Saat itu aku masih belum bisa menggambar sebaik sekarang, yang kugambar hanyalah dua gunung dengan rumah dan sawah-sawah abstrak. Aku tersenyum geli saat mengingat gambar itu sekarang:v. Sedangkan dia?? Dia menggambar yang tak biasa digambar anak SD, ia menggambar sebuah animasi Jepang yang terkenal saat itu. Setelah beberapa saat aku kesulitan menggambar daun, dia melirik gambarku sebentar dan tersenyum, tangannya meraih buku gambarku dan ia mulai memperbaiki gambarku yang sangat tak karuan. Aku tersenyum dan berniat mengambil kembali buku milik ku. Dia menggeleng keras tak mau bukuku terambil kembali, aku membiarkannya mencoret-coret bukuku semaunya sambil tersenyum.
"Anak-anak sudah, gambarannya dikumpulkan sekarang"ucap pak guru, seketika aku sedih karena harus berpisah dengan Johan, orang yang kusukai. Ia memahami dan meminta pensilnya.
"Balikin pensilku bentar" dan aku hanya bisa bilang "iya" sambil mengangguk pelan
"Kayaknya kamu suka pensil ini, kalau mau boleh kok kamu simpan"ucapnya tiba-tiba, aku mengangguk cepat dan mengambil pensil itu kembali. Ia menatap langit-langit kelas dan berkata sambil menyerobot pensil tersebut
"Bentar"ucapnya
"Apa?"
Ia menulis sesuatu di pensil kayu tersebut,aku bingung sebentar dan pasrah, saat ia menyerahkan pensil itu kepadakuku aku langsung membaca apa yang ia tulis
"Punyanya Johan, dikasih ke Kanaya"
Aku tersenyum dan berkata
"Apa maksudnya ini?"
"Enggak tau, pengen aja,"
Aku hanya mengangguk dan menyimpan pensil itu, tapi setelah beberapa bulan entah kenapa pensil itu hilang entah kemana, sampai sekarang setiap libur semester aku selalu menyempatkan waktu untuk mencari pensil itu, aku tau itu tak ada gunanya tapi setidaknya aku sudah berusaha. Aku menyesal memiliki pensil itu saat usiaku masih belia, andai saja aku mendapatkan nya saat ini mungkin masih ada 100 tahun yang akan datang. Sampai sekarang setiap libur akhir tahun aku menyempatkan diri untuk ke gudang sekadar mengobrak-abrik dan mencari pensil itu.