1002

46 6 16
                                        

Mau lemes aja rasanya mbak yoojung.

Gimanaya...

Udah di rencanai dari jauh hari dan udah berusaha nguatin hati, tapi tetep aja sakit di hati.

"Huhu bener nggak si huwaa mamah"

Mbak yoojung teriak-teriak di dalem bantal. Sore ini itu kayak sore terberat. Kok bisa? Iya seorang mbak yoojung yang katanya jomblo itu akhirnya punya pacar. Eh pada akhirnya juga putus. Dan jadi jomblo yang ngenes. Mana dia nyesel lagi mutusin.

Bukan mudah gitu mutusin seorang huang renjun yamg ganteng kek gitu, apalagi rajin sholat.

Tapi ya gimana, kebiasaan jomblo yang sudah mendarah daging ngebuat mbak yoojung mikir-mikir dua kali buat pacaran.

Kalau di lihat si nggak ada yang salah kik sama pacaran mereka, aman-aman aja. Tapi...

Kalau di terusin isinya prasangka terus jadi, ya udah mbak yoojung nguatin hati sampek ikut tahajut sama ayah kemaren malem.

Dan hasilnya tadi dia ke rumah renjun--yang jaraknya alhamdulillah si cumak beda blok aja.

Kalau di inget-inget nyesek banget tapi, mau gimana lagi...

"Assalamu'alaikum, kak renjun..."

"Waalaikum'salam, loh yoojung sini masuk renjun ada di dalem masih sholat dia."

"Em di teras aja bunda, yoojung sebentar kok" habis salaman sama bundanya renjun yoojung di suruh duduk sama bunda, dan sekalian bunda pamit ke yoojung kalau mau kerumah pak rt.

"Di tunggu ya jung, kalau haus pindah ke dalem aja."

"Siap bunda."

Nggak lama si dari bunda keluar pager, tibalah renjun yang di tunggu-tunggu. Renju kelihatan ganteng banget, apalagi pakek baju koko warna krem sama sarung warna coklat, dan jangan lupa peci yang ngebuat dia jadi makin ganteng.

Yang biasa renjun jarang senyum kali ini senyum manis banget.

"Ada apa? Tumben nggak masuk."

"Heheh nggak apa-apa lagi pengen ngadem, lagian tamanya bunda lebih menggoda."

"Tak kira aku lebih menggoda."

"Eh" untuk kesekian kalinya pipi yoojung merah.

Ini dia niatnya mau mutusin pacar, tapi malah dia yang ambyar.

"Ih kaka mah, oh ya kak aku mau ngobrol sama kakak."

"Ini dari tadi kita lagi ngobrol jung."

"Aduh bukan, gimana ya..."

"Gimana apanya?"

Dengan satu tarikan nafas yoojung bilang,

"Kak ayok putus, eh tapi secara baik-baik aja."

Renjun terpaku untuk beberapa detik. Kaget mungkin. Dia tau pacarnya ini randem banget. Suka bilang hal-hal ngaco kayak gini.

Tapi sayangnya mas renjun ini beneran:")

"Jangan bercanda jung."

Renjun ngedeket ke yoojung, yoojung agak mundur. Ini nih yang dia takutin, jantungnya bakal nggak kuat dan dia bakal bayangin hal-hal yang nggak-nggak.

Grep.

Kedua tangan renjun megang bahu yoojung, yoojung terhentak. Baru pertamakali, iya baru pertama ada yang megang bahu dia selain mamah sama ayah atau temen cewek yoojung.

"Jangan bercanda dong jung, kamu boong kan?"

Yoojung nggak bisa natep renjun, sekarang kedua matanya malah fokus ke sarung dan sendal swalo punya renjun. Yang sialnya warna ijo, yang malah bikin dia mau ngakak.

Tapi ini bukan waktu yang tepat buat ngakak, jadilah yoojunh cumak bisa diem. Sambil terus komat-kamit baca doa.

Sekuat tenaga dia noleh keatas, aduh mamah.

"Gini kak aduh giamanya, aku nggak bisa."

"Aku salah apa sama kamu?"

"Hah?! Nggak kok kakak nggak salah. Cumak, aku takut. Aku nggak pernah pacaran, dan kakak tau kan kakak itu pacar pertama aku. Banyak hal yang aku takutin jadi, beberapa hari ini aku mikir keras banget. Dan sampelah di keputusan ini."

Yoojung menghembuskan nafas kasar, hampir sama kayak renjun.

"Iya aku paham, sama kok ini yang pertama buat aku."

Untuk detik ini mereka diem, nggak ada yang mau mulai. Dari yoojung yang takut salah ngomong, dan renjun yang lagi nenangin diri.

"Ok kalau ini keputusan kamu, tapi huh jangan pernah lupa nyapa aku ya. Kita masih temen kan?"

Renjun ngelepas tangannya dari pundak yoojung, dan yoojung mulai ndongak ngadep renjun.

Dia senyum manis, dan ngangguk.

Dan buru pamit, sebelum itu.

"Kak tadi bunda bilang mau ke pak rt, kalau gitu aku pulang ya. Kita masih temen, jadi jangan sungkan. Sekali lagi aku minta maaf."

Mereka berdua jabat tangan, karna sebelum memulai mereka di pertemukan dengan jabat tangan. Dan eloknya mengakhiri juga dengan jabat tangan.

Dan...

Di sore hari yang mendung ini, yoojung mau bilang makasi sama siapa aja. Karna dengan gini hatinya udah tenang walaupun tetep aja, pulang-pulang dia nangis karna nyesel.

Tbc.

Iya aku tau twijel, kek aku:")

Sedetik[HuangRenjun]Where stories live. Discover now