an agreement - 2

15 1 0
                                    

"Aku malas menerka nerka teka tekimu, masuk kedalam permainanmu. Jika benar cinta mu aku, seberat apapun masalah yang kita hadapi, kita bisa lewati."
Abinaya.


"Jadi kamu lebih percaya mulut orang orang yang pengin hancurin hubungan kita dari pada pacar kamu sendiri Nay? Tega kamu ya!"

Kalimat itu terus terngiang ngilang dikepala Naya, memenuhinya dan mempora porandakan konsentrasi yang sudah ia bangun sedari pagi. Padahal hari ini ada mapel produktif yang seharusnya ia ikuti dengan baik, namun kata kata itu... kata kata itu terus saja mengganggu Naya, merenggut segala perhatiannya.

Naya paham betul satu tahun lebih ia menjalin kasih dengan Arka tak pernah ia melihat Arka semarah itu pada Naya.

Ada sebongkah rasa kecewa dihati Naya saat ia tak bisa menguatkan rasa percayanya. Naya tak percaya, ia tak percaya... sekeras apapun ia memaksa agar tetap mempercayai Arka namun rekaman cctv itu lebih meyakinkan. Naya hafal betul perawakan, rambut, wajah, baju, celana, tas, dan semua yang lelaki itu kenakan... semuanya meruncing menuju sosok kekasihnya. Arka.

Naya mengerang kesal saat tak satupun materi mampu ia serap, ia geram dengan situasi ini.

"Pak, saya izin kebelakang."

Naya mengangkat tubuhnya lalu meninggalkan ruang kelas, ia butuh udara segar, air, dan sedikit jalan - jalan. Langkahnya menuntunnya menuju toilet diujung koridor gedung, mungkin disana Naya bisa sedikit meredakan beban pikirannya, ia menyeka wajahnya dengan air menghirup nafas dalam dalam lalu menghembuskannya, sesekali juga Naya memejamkan mata indahnya, berharap saat ia membuka mata semua hanya mimpi baginya, mimpi buruk yang tak seharusnya berubah nyata.

Kalo aku hamil gimana?!

Enak aja kamu gak mau tanggung jawab!

Brengsek mau enaknya aja!

Ar! Jangan tutup telponnya!

Naya terbelalak ia kaget bukan main mendengar pembicaraan seorang wanita didalam bilik toilet, terlebih ia mendengar wanita itu menyebut nyebut nama Ar, sontak saja dadanya sakit bak dihungus pisau tajam, Ar apa itu Arka?

Naya memandangi pantulan wajah malangnya di cermin, melihatnya lekat lekat.. sebenarnya apa yang sedang ada di pikirannya? Mengapa ia tak lagi mempercayai pengakuan Arka? Apa iya Arka tega melakukan hal biadab seperti itu?

"Eh Naya.."

Suara wanita itu tiba - tiba memecah lamunan Naya,

"Kak Ussy?!" Naya tersentak saat wanita yang keluar dari bilik toilet tersebut adalah Ussy, seniornya. Seorang wanita berwajah cantik, baik, berprestasi dan aktif diberbagai organisasi. Lalu.. mengapa ia menelepon dengan kata kata seperti itu? Mengapa ia terisak?

Ussy tersenyum dengan ramahnya, lalu berkata, "Udah dari tadi Nay?"

"Baru kak.." Naya tak ingin Ussy tau ia mendengar semua yang ia katakan. Tak sopan rasanya walau tak sengaja namun Naya tak ingin dicap menguping oleh seniornya.

Selagi Ussy menyeka wajahnya, Naya bergegas melangkah keluar dari toiletnya.

"Naya, maaf buat keributan tadi.. aku cuma akting, mau ada acara teater dan aku harus meranin karakter itu.." tegas Ussy.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

an agreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang