!! Phone Sex Alert!!Jeongguk menyangga kepalanya dengan sebelah tangan sedang tangan lain mengetuk malas pada meja kantin yang telah mengembun akibat jus jeruknya yang tak kunjung diminum. Jum'at, nyaris menuju akhir pekan yang paling melelahkan dan menyebalkan baginya kali ini. Ia berkali-kali mendengus kelewat keras mengingat kejadian yang menimpa dirinya. Ah, malangnya. Berulang kali itu yang dikeluhkan dalam desahan lemas.
"Tidak masuk ke kelasmu, Jeon?"
Jeongguk menolehkan kepala dan mendapati Minwoo telah duduk di sampingnya, membawa air mineral dingin dalam gelas besar dengan es berbalok-balok di dalamnya.
"Malas." Ringkas ia menjawab.
Minwoo terkekeh lalu menarik gelas ke aras mulutnya sekadar untuk mengambil es dan menggerusnya dengan geraham hingga menimbulkan bunyi kletak pelan. "Ya. Moodmu sedang buruk, oke aku tau." Kata Minwoo lalu meneguk air mineral dinginnya hingga menyisakan bongkahan es yang belum mencair saja. "Biar kutebak, pasti ini jamnya Mr. Song Junso. Dan kau diminta mengerjakan tugas pasca sarjananya. Kau memang teladan." Minwoo tergelak ringan, mencemooh si pemuda Jeon.
"Hm." Jeongguk sebenarnya malas terlibat dalam konversasi ini. Atau dalam konversasi apa pun, juga dengan siapa pun. Dia tengah memblokade semua akses perbincangannya dengan manusia-manusia lain dengan sebab yang jelas; tidak satu pun dari mereka dapat dipercaya lidahnya.
"Mr. Song tidak masuk hari ini, hanya memberi tugas dan aku sudah selesai mengerjakannya. Hanya ..." Akhirnya tegukan pertama untuk jus jeruk yang sudah tidak dingin lagi. "... sedang malas di kelas."
Minwoo menarik napasnya dalam dan kasar, hingga bunyi timbul dari sana dan membuat Jeongguk menaruh perhatian. "Aku tau. Ya, beberapa bocah perempuan centil dari kelasmu kemari dan yah, membicarakanmu." Ujar minwoo meringis.
Jeongguk berdecak sebagai balasan. "Mereka menyebalkan sekali. Sumpah demi apapun. Mulut perempuan memang tak bisa di percaya."
Tidak diduga, Minwoo bukan malah prihatin dengan kekesalan Jeongguk, ia malah terkekeh kembali. "Ya, salahmu cerita hal seperti itu pada kaum mereka."
Sekejap wajah Jeongguk bersemu antara malu dan kesal. "Harusnya kan hal yang biasa kalau kita curhat pada sahabat sendiri, sialnya dia bocor sekali kalau soal yang panas."
"Kau itu, 'Jeon Yang Nomor Satu' di sini Jeongguk. Semua orang pasti penasaran dengan isi hatimu selain buku-buku dan hafalan yang bertengger di otakmu itu. Yah, sedikit banyak biarlah mereka tau, setidaknya kau normal, Man."
"Sialan." Adalah umpatan pertama, mungkin, yang seorang Jeongguk sebagai anak teladan tidak akan pernah menyuarakannya.
"Biar kuberi saran,"
"Tidak mau." Jeongguk menyambar secepat kilat dan kini berganti, Minwoo yang berdecak.
Ia seolah tidak mendengar penolakan dari Jeongguk karena detik berikutnya ia berkata lagi. "Kalau kau mau curhat, hal yang, ump, agak lebih privat, kusarankan baiknya kepada orang yang tidak kau kenal dan dia tidak kenal denganmu. Jadi hanya sekedar lega karena kau sudah cerita. Karena dia tidak punya kepentingan untuk membocorkan, lagian untuk apa, kan tidak kenal." Berakhir dengan mengedikan bahu, pertanda pilihan bahwa apa yang dipaparkan hanya sebuah ide, kembali kepada si pemuda Jeon akan mengambilnya atau tidak.
"Memang mau cari di mana orang yang mau mendengarkan curhatanku tapi kami tidak saling kenal? Orang di halte bus?" terselip cemoohan dari nada yang Jeongguk utarakan.
"Dasar kau. Tidak jauh mainnya." Minwoo menyentil dahi Jeongguk hingga mengaduh, niatnya membalas tapi Minwoo telah beralih menuju meja kasir tempat biasa ia tak akan pernah beranjak jika jam istirahat tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Layanan Berbagi Suara [TAEKOOK] ONESHOT
FanfictionSelama seminggu penuh ini Jeon Jeongguk merutuki kebodohan mulutnya yang dengan ringan bercerita pada temannya perihal yang terjadi di pesta perpisahan kakak kelasnya dua minggu yang lalu. Sungguh keteledoran yang sangat teledor. Karena temannya itu...