1

654 40 13
                                    

Bibir ku membentuk senyuman saat seorang manusia lagi lagi 'memanggilku' di tengah waktu bosanku, rasanya asik juga mengerjai para manusia membosankan itu.

Aku termenung saat melihat yang memanggil ku ternyata hanya pemuda kecil, yang tidak berhenti terbatuk saat aku tiba.

Apa yang di inginkan manusia kecil itu dariku? Dia bahkan tidak memiliki aura kejahatan dalam tubuhnya.

Mata bulatnya memandangku terang, sedikit tersenyum dengan bibir pucatnya itu.

"Aku tidak percaya ini berhasil" lirihnya pelan. Wajahnya terlihat puas, menampilkan kehangatan yang membuatku bergerak tidak nyaman.

"Ku beri kau tiga permintaan, dengan bayaran jiwamu sendiri" ujarku licik.
Manusia yang mendengar hal ini, biasanya akan segera menampilkan wajah bernafsu dan mengutarakan permintaannya.
Sementara anak kecil ini malah terlihat bingung seraya terus memasang pose seperti sedang berfikir.

Dia tidak secara sengaja memanggilku tanpa permintaan apapun kan?

Manusia macam apa sebenarnya dia ini?

Aku hampir saja meninggalkannya sebelum tangan rapuh miliknya menahan ujung pakayan ku.

Anak itu memandangku serius. Ini lah saat yang paling kusuka dari nafsu manusia.

"Aku....ingin tahu kapan aku mati" pintanya yakin.

.....

"Hanya itu? " tanyaku bodoh. Manusia biasanya meminta agar di perpanjang umurnya atau mendapat keabadian. Tapi kenapa ia malah ingin tahu kapan hari kematiannya?

Ia mengangguk mantap, membuatku sedikit tertarik dengan jiwa kecilnya.

" Tanggal 10 november tahun ini. Itu hari kematianmu" ujarku yakin.
Satu permintaannya telah kukabulkan.

Dia tersenyum masam, melihat ke kalender dan tertawa kecil.

"Berarti waktu hidupku tinggal satu bulan lagi..."

"Apa kau ingin memperpanjang masa hidupmu? Aku bisa melakukannya asal kau pinta" tawarku bangga. Tidak ada manusia yang menolak keinginan ini, tidak ada dan tidak akan pernah.

Ya, tidak ada sebelum dia menggelengkan kepalanya mantap.

Dia ini sebenarnya manusia apa bukan sih?

Senyumnya mengalihkan perhatianku, senyum yang jarang bahkan takpernah ku temui dari diri manusia yang memanggilku.

"Aku hanya ingin 'hidup' sebelum aku mati. Aku tidak ingin membawa masalah setelah kematian ku" jawab manusia kecil itu mantap. Aku menatapnya bingung, sebelum segera sadar  dan membungkukan badanku.

Manusia ini cukup menarik untukku.
Mengamati hidupnya yang tinggal sedikit, ku harap bisa menghilangkan sedikit bosanku padah makhluk ini.

"Siapa namamu manusia" tanyaku penasaran.

Anak itu tersenyum cerah, mengulurkan tangannya yang seperti ranting pohon dan menyodorkannya padaku.

"Namaku siwat. Kau bisa memanggilku siwat mulai sekarang" balasnya, tanpa menarik tangannya yang terulur padaku.

Aku tersenyum kecil. Manusia yang menarik selalu enak untuk ku santap.
Aku mengulurkan tanganku, meraih tangannya yang dingin lalu membalas senyuman murni -ku akui begitu miliknya.

"Ucapanmu adalah perintah bagi ku. Namaku perth, mari berkawan untuk sebulan manusia"












"Uhuk,, uhuk"

Aku mendessah untuk kesekian kalinya saat mendengar suara batuk untuk kesekian kalinya pula.

BLACK WINGS(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang