dua

378 52 31
                                    

TYPO MANUSIAWI

Srak srak srak

"Uhukk..uhuk..uhukkg"

Aku masih diam memperhatikannya.

Srek srekk

"Uhukkh... uhukkh"

Akumenghela nafas kasar. Sudah cukup. Aku dengan malas menggunakan kekuatanku dan membersihkan segala pekerjaannya dengan cepat. Dia tersenyum lagi melihatku membantunya, hal yang entah sejak kapan mulai kusuka darinya.

" Terimakasih perth. Maaf terus menerus merepotkan mu " ujarnya, pelan namun penuh dengan tanda terimakasih tulus darinya.

Mata bulatnya sedikit menyipit saat dia tersenyum, menampakan deretan giginya yang entah kenapa, selalu putih dah rapih.

Yakan dia gosok gigi bambank😑

Aku mendengus, buru- buru mengalihkan wajahku dari tatapanya yang tak lepas dari wajahku.

" jika kau tidak ingin merepotkanku, berhentilah melakukan pekerjaan bodoh ini dan buat lah permintaan agar aku terbebas dari neraka ini.
Tempat busuk ini bahkan lebih kejam dari tempatasalku kau tahu?! " aku mencemooh, sementara dia tersenyum lalu menyimpan sapu yang ia pakai tadi untuk menyapu halaman.

" aku yang melarang mereka menyapu. Aku takut liurku menempel pada sapu ini. Ahh... aku bahkan seharusnya sudah dikarantina sekarang " desahnya lemah, memandang langit biru yang aku tahu senang ia pandangi.

" aku hanya ingin hidup bebas sampai batas waktu yang tuhan berikan padaku. Aku ingin bebas seperti burung di langit, tidak apa sendirian Asal aku bisa terbang layaknya mereka "

Aku mengalihkan pandanganku pada apa yang ia lihat. Burung elang, yang tengah terbang mencari mangsa terus ia tatapi dengan seriusnya.

" aku bahkan tidak di inginkan sejak aku kecil. Ibuku membuangku ke panti asuhan saat tahu aku mengidap AIDS akibat oprasi yang pernah aku jalani dulu, teman- temanku membenciku karna aku terkena AIDS dan .... " ia menghentikan kalimatnya. Karna air mata perlahan menggenang di pelupuk matanya.

" tapi aku senang kau di sini sekarang. Setidaknya aku memiliki teman bicara sebelum aku mati " mata indah miliknya sekali lagi terfokus padaku. Bibirnya tersenyum indah, terlihat begitu menyenangkan mata di balik tubuhnya yang semakin runtuh.

Tanpa sadar aku mengusap pipinya yang kurus. Dia tampak terkejut, sama sepertiku yang segera menghindar dari tatapannya. Aku tidak pernah seperti ini sebelumnya
Segala sifatnya pasti telah mengacaukan otaku dengan suatu cara.

"A-"

"Aku akan pergi untuk sementara. Panggilah aku jika kau telah siap membuat permintaan terakhirmu" potongku cepat, segera meninggalkan manusia yang telah mengganggu konsentrasiku dalam bersenang - senang.

Orang terus berusaha menggerakan hatiku yang telah selamanya membeku di kegelapan dunia iblis.

-

" oy perth. Bukannya kau tengah- "

" tutup mulutmu saat ini juga gun. Aku benar- benar malas berdebat saat ini " potongku kesal sambil meletakan minuman yang tengah ku tenggak kembali ke meja di depanku.

Gun merengut. Memasang wajah sok imut yang membuat ku benar -benar ingin mumuntahkan seluruh minuman yang kini bersarang di perutku pada wajahnya.

"Heii-" aku memulai kalimatku ragu. Memandang malas gun yang kini duduk tepat di depanku.

" apa menurut mu iblis juga punya hati? "

Sesuai yang ku duga. Ia malah tertawa keras setelah aku berhasil menuntaskan kalimat yang ingin ku tanyakan. Dia tertawa terus,
Sampai dengan keras aku menghantamkan gelas minum ku ke atas meja hingga pecah dan tawanya berhenti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BLACK WINGS(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang