Ada satu waktu, mungkin sekitar dua tahun atau tiga atau empat, ia tidak terlalu memperhatikan sebenarnya, tapi yang pasti itu terjadi di satu waktu yang sudah terlampaui. Kalau tidak salah kala itu ia masih mengenakan seragam sekolah, dan itu adalah musim dingin.
Seperti hari ini---atau ini adalah seperti pengulangan di kala itu.
Choi Soobin menatap tanpa minat secangkir kopi di meja. Uap panas telah menghilang sejak beberapa menit yang lalu.
Ia sudah terlalu lama berada di tempat ini.
Manik gelapnya hanya bergantian menatap cangkir kopi, pintu yang sesekali terbuka, orang-orang yang keluar-masuk---seorang diri, berdua atau bergerombol. Tertawa, tersenyum tipis, datar atau malah dipenuhi amarah.
Ia memperhatikan hal itu sejak tadi. Mengisi waktu demi menunggu yang tidak pernah pasti. Meja pojokan seolah menjadi favoritnya setiap kali ia ingin menghabiskan waktu di tempat ini.
Ini coffee shop kecil di pinggiran kota, tidak jauh dari tempatnya bekerja, dan ia sering melewatinya di jalan pulang. Namun baru seminggu ini, ia jadi hobi untuk menghabiskan satu-dua jam tak berarti hanya diam di tempat, memesan dua atau tiga cangkir kopi, atau sesekali memesan sepotong cake yang nyaris tanpa gula.
Buang-buang waktu, dan uang. Kata Yeonjun, tetangga di sebelah apartemennya.
Ia baru akan pulang ketika waktu menunjuk ke angka delapan, atau bisa lebih lama lagi tergantung suasana hati. Atau malah hingga waiter di sana mengusirnya secara halus.
Soobin hanya rindu. Pada satu hal. Pada perasaannya. Terutama sekali...
Pada seseorang.
.
."Soobin-ah!!"
Ia masih meneruskan langkah. Mengabaikan sesosok bertubuh lebih kecil yang sedari tadi memanggilnya. Si pemanggil mengerucutkan bibirnya, langkahnya ia bawa berlari lebih cepat menyusul si pemilik kaki jenjang. Menyebalkan sekali mengingat fakta bahwa dirinya jauh lebih pendek dari orang itu.
"Soobin-ah!!"
"Yaakk! Choi Soobin!"
Yang dipanggil memilih untuk mempercepat langkahnya, kentara sekali menghindari si mungil. Sebelah tangannya mengambil earphone di saku celananya dan dengan terburu-buru memasangkannya di kedua telinganya.
Terlalu kentara. Dan Beomgyu, yang sudah terlanjur kesal karena panggilannya diabaikan sejak tadi, langsung mengubah kecepatan langkahnya. Yang tadinya hanya berjalan cepat, kini benar-benar berlari.
Ingin rasanya kaki panjang itu ia sleding saja, tapi tidak. Beruntung kalau berhasil, kalau gagal ia jatuh dan menanggung malu di kerumunan orang.
"Soobin-hyuuunngg!!"
Suara teriakan, lompatan dan---
BRUKKK!!
Keduanya terjatuh, dengan Soobin di posisi telungkup dan muka membentur lantai dan Choi Beomgyu di atas punggungnya.
Anggap saja karma karena sudah mengabaikan dirinya.
"Yaa... Tuhan..." Soobin berusaha mengambil nafasnya, walau yang menimpanya kelihatan tidak ingin beranjak dari punggungnya. Beomgyu boleh saja lebih kecil darinya, tapi untuk ukuran anak seusianya ia terhitung cukup tinggi---dan berat, kalau boleh ia tambahkan.
"Cepat menyingkir, kau ini berat."
Soobin tidak tahu saja, kalimat singkat itu justru membuat si manis semakin kesal dan malah membuatnya makin tidak ingin beranjak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Right Here Waiting For You || SooGyu || Oneshot
FanfictionHanya tentang perasaan yang merindu, di kala kesepian meraja. . SooGyu Top!Soobin Bot!Beomgyu