Halooo, selamat membaca🍓
-maaf, kalian harus menunggu lama. Karena pada akhirnya bagian ke-4 ini baru saja ku tulis (lagi) 2 jam yang lalu.
Jangan lupa baca Bismillah...
Kasih bintangnya juga.
Komentarnya jangan sampai ketinggalan.
Terima kasih,
-c
***
“Terus gimana Ra?” Elena bertanya kepada Zara yang tengah meletakan secangkir hot cappucinno dan satu porsi tiramisu cake di atas meja tempat sahabatnya itu berada.
Zara telah menceritakan kejadian na'as saat pulang dari pesta ulang tahun Yuki keesokan paginya. Dan hari ini, saat Elena baru saja tiba tadi pagi di Indonesia, gadis itu langsung tancap gas untuk menemui Zara di tempat kerjanya seperti yang sekarang tengah dia lakukan.
Yang ditanya hanya mengangkat bahu tidak tahu. “Gue belum ada uangnya El, lagian kan uang di dalam dompet itu udah gue pake 1,5 juta buat bayar kontrakan, tagihan air, dan tagihan listrik.”
“Gue gak punya uang untuk ganti uang itu. Kalau gue balikin uangnya dalam keadaan berkurang, gue pasti dikatain maling,” lanjut Zara lagi.
Elena menggenggam tangan Zara yang masih berdiri di posisinya semula. “Kan ada gue, lo bisa pake uang gue dulu kok Ra.”
“Gue udah terlalu banyak buat lo repot.”
“Raa... Lo ngomong apaan sih? Kaya sama siapa aja deh lo!” Elena menatap kesal ke arah Zara. Sebal deh, Zara itu masih saja suka kaku kepadanya. Padahal mereka sudah kenal sangat lama, dan Elena juga telah menganggap Zara sebagai saudara sekandungnya. “Pake uang gue dulu aja ya? Siapa tau nih ya Ra, pas lo balikin itu dompet, pemiliknya bakalan berterima kasih sama lo. Terus lo dimasukin ke perusahaan dia. Siapa tau iya 'kan?”
“Kan lo yang bilang sendiri sama gue, kalo dia seorang CEO kaya. Kali aja gitu 'kan nasib baik nan beruntung sedang berpihak kepada lo?”
Zara terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. “Ngaco, lo!”
Setelah itu Zara pergi dari hadapan Elena. Meninggalkan gadis itu sendiri karena ingin melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
***
Sebenarnya, keberadaan Elena di restoran tempat Zara bekerja bukanlah sebuah hal baru. Bahkan semua karyawan di tempat Zara bekerja mengenal gadis cantik itu. Elena yang kaya jelas bisa dengan mudah nongkrong di restoran mahal seperti yang kini sedang dia lakukan.
Alasannya cuma satu; memberi semangat Zara agar giat bekerja.
Padahal bukannya semangat, Elena justru sering kali membuat Zara merasa kerepotan karena gadis itu sering kali bertanya dan mengajak Zara berbicara saat dia sedang menjaga sectionnya.
Elena selalu saja duduk di section Zara berjaga.
Tidak ada yang bisa marah. Bahkan pak Bramadi, seorang Restaurant Manager di tempat itupun tidak berani menegor Elena yang acap kali mengganggu Zara. Lagi pula, siapa yang ingin kehilangan pelanggan resmi yang hampir setiap hari datang ke restoran ini dan memberi tips besar untuk para staff pekerja? Selain royal, Elena juga cantik dan memiliki tubuh molek bagaikan model internasional seperti Kendal Jenner.
Sasaran empuk sarana cuci mata bagi para pekerja, dan tentunya pak Bramadi.
“Pak, saya jadi runner aja deh ya hari ini? Kasian juga tuh mbak Susi mukanya pucet banget...” Zara merengek kepada pak Bramadi yang sedang berada di kasir. Menghitung uang pendapatan pagi tadi. Dia tidak enak sendiri karena sejak tadi Elena terus mengajaknya berbicara. Gadis itu terus memaksa Zara agar mau menerima bantuannya agar dapat segera mengembalikan dompet itu. Sementara Zara tahu, teman satu shiftnya —mba Susi— sedang hamil muda dan sedang dalam kondisi yang tidak baik. Tidak mungkinkan dia malah berleha-leha, sementara mba Susi dibiarkan bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIS SECOND WIFE (SLOW UPDATE)
FanfictionKatanya, kita seperti simbiosis mutualisme. Kamu membutuhkanku untuk berkembang biak. Sementara aku membutuhkanmu untuk bertahan hidup, melindungi diri dari dunia luar yang sering kali menikamku dengan ketidakadilan. Tapi bagaimana bisa semuanya ber...