24°

2.9K 300 0
                                    

Jeongin tengah bersiap untuk kelas paginya hari ini. Dia baru saja pulang dari rumah sakit setelah menjaga felix semalaman, karna changbin sibuk untuk mengurus segala sesuatu yang felix butuhkan.

Jeongin menggendong tasnya dengan cepat dia menuju kedapur dan terkejut melihat sosok pria memakan jas dokter tengah duduk di meja makan.

"Kak hyunjin?"

Hyunjin tersenyum. Dia menggerakan tangannya mengajak jeongin untuk duduk bersamanya.

"Sini dulu sarapan. Aku tau kamu belum sarapan setelah pulang pagi tadi." jeongin melangkah dengan pelan mendekati hyunjin dan duduk berhadapan dengan hyunjin.

"Maaf, aku cuma bawakan kamu sandwich dan sekotak susu."

"No problem, its enough for me" jeongin menerima dengan senang hati, tentu saja karna dia merasa lapar dan sejak semalam dia belum menyentuh makanan sedikitpun.

"Terima kasih sudah jagain felix semalam" kata hyunjin tiba tiba.

"Gak perlu berterima kasih kak, sudah kewajiban jeongin buat jagain kak felix"

Semalam memang hyunjin yang menghubungi jeongin untuk datang kerumah sakit menjaga felix, karna hyunjin semalam harus mengurus berkas berkas keperluan felix saat operasi nanti.

Changbin? Pria itu harus mengurus beberapa pekerjaannya, mengarahkan orang terpercayanya untuk mengambil alih perusaan beberapa waktu sementara changbin berada di sini. Pria itu sudah sibuk sejak dua hari lalu, dan katanya hari ini semua pekerjaannya telah selesai.

Suasana didapur itu tenang. Jeongin dan hyunjin berfokus pada sarapannya masing masing. Jeongin melirik kearah hyunjin dan takjub betapa tampannya pria dokter didepannya ini. Garis wajah yang terlihat sempurna membuag hyunjin seakan akan bak pangeran dari negeri dongeng. Dan jeongin merasa betapa beruntungnya seseorang yang akan menjadi pasangan dari hyunjin.

"Jeongin..?"

"Hey jeongin...?"

Jeongin terbuyar dari lamunannya karna hyunjin menyentil jidatnya.

"Kau melamun?" tanya hyunjin.

Jeongin malu bukan kepayang karna ketahuan, dan berlagak seolah dia tidak melamun.

"Piringnya letakan saja di wastafel, setelah pulang dari kampus aku akan mencucinya." ujar jeongin yang berdiri menuju wastafel.

"Kak hyunjin gak kerumah sakit?" tanya jeongin.

Hyunjin mengangguk "aku akan kesana, tapi sebelum itu.."

Jeongin menatap hyunjin dengan tatapan bertanya. "Tapi kenapa kak?"

"Aku akan mengantarmu ke kampus, bolehkah?"

Jeongin sedikit terkejut dan jantungnya sekarang sedikit berdegup lebih kencang.

"Sebagai ucapan terima kasihku sudah jaga felix" sambung hyunjin.

"O..ohh oke" jawab jeongin sedikit ragu.

Hyunjin meraih sneli dokternya yang ia gantungnya di kursi dan berjalan mendekati jeongin.

"Kalau begitu, ayo"

••

Felix menatap nampan berisi sarapannya yang diberikan oleh suster tadi. Sungguh ia tak punya selera makan. Entah makanannya yang tak enak atau mulutnya saja yang terasa pahit. Kali ini ia benar benar tak ingin makan.

"Felix, kenapa makanannya didiamin aja sayang?"

Felix menoleh kearah changbin, "gak selera. Makanan nya gak enak"

Changbin mendekati ranjang felix dan mengusap pipi tirus felix. "Kamu harus makan sayang, kakak suapin ya?"

Felix masih menolak, "aku mau pizza"

"Nanti kakak belikan setelah kamu sembuh, kakak beliin semua yang kamu mau. Makan dulu ya biar cepat sembuh" ujar changbin.

Felix menatap changbin sendu dan tersenyum tipis, "kemungkinan aku untuk sembuh itu kecil kak"

Changbin menggeser nampan itu dan menggenggam kedua tangan felix. "Hey, gak boleh gitu. Kamu pasti sembuh. Jangan pesimis, gak baik. Kakak usahain semuanya buat kamu sembuh. Banyak yang sayang sama kamu felix, banyak yang mendoakanmu cepat sembuh dan kembali ke korea"

Changbin mengusap air mata felix yang mengalir di pipi felix, "ayo berjuang bersama. Kakak akan berjuang demi kesembuhan kamu, semua akan kakak korbankan demi kamu. Kamu juga berjuang melawan penyakitmu demi kakak dan orang orang yang kamu sayangi"

"Hyunjin juga banyak berkorban demi kamu, entah waktu ataupun pekerjaannya yang berada di korea. Jeongin, sepupu kamu juga banyak berkorban demi kamu sembuh. Banyak yang ingin melihatmu sembuh, maka dari itu semangat ya? Kakak akan berjuang dan mendukungmu selalu"

"Setelah kamu sembuh, kita bangun semuanya dari awal, kita mulai dari nol. Kita akan membeli rumah, dan memiliki anak anak yang manis dan lucu. Tolong felix...



Berikan kakak satu kesempatan lagi untuk bahagiain kamu."

Changbin merengkuh pelan felix membawanya kedalam pelukan. Tak hanya felix, changbin juga menangis. Pria itu takut, sangat takut jika felix meninggalkannya. Changbin tak akan siap dan tak akan pernah siap untuk kehilangan felix kedua kalinya.







TBC

Hey, ada yg kangen book ini gak sih??

Udah lama gak update:')

Jangan lupa vote dan komennya yaa❤️
Banyal vote nanti aku bakal cepet up chapter selanjutnya❤️


Je suis désolé; changlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang