PART 3

280 60 8
                                    


Mading sekolah hari ini tidak seperti biasanya. Hari ini mading yang hanya berukurang 3x2 meter itu dikelilingi oleh banyak siswa. Mereka berebut untuk melihat daftar siswa yang lolos dalam seleksi kepanitiaan untuk acara pentas seni yang akan diadakan sekolah Felda dua bulan kedepan.

"Ayok lihat pengumumannya! Katanya udah keluar tuh!" ajak Safira ke empat temannya dengan semangat.

"Kamu sama Felda aja deh. Kan yang daftar cuma kamu dan Felda" Jawab Kayla ogah ogahan sambil terus menatap ke layar ponselnya dengan berkonsentrasi agar ia tidak kalah di gamenya itu.

"Yuk Fel!" ajak Safira lagi

Akhirnya mereka berdua berhasil berada di barisan paling depan dari sekumpulan orang orang yang sedang senang karena nama mereka tertulis di daftar tersebut. Tidak sedikit pula yang mengumpat untuk mengeluarkan rasa kecewanya karena nama mereka tidak tertulis di papan madding.

Tak lama Safira dan Felda langsung mencari nama mereka masing masing. Sebenarnya yang benar benar tertarik untuk mendaftar kepanitiaan hanyalah Safira. Felda ikut mendaftar karena ia dipaksa oleh Safira agar Safira mempunyai teman saat seleksi wawancara. Sungguh kekanak kanakan,

Saat Safira masih berusaha mencari namanya, Felda sudah berhasil menemukan namanya di urutan ke 50. Seperti yang ia tuliskan di formulir, ia diterima dibagian perlengkapan. Sebenarnya ia juga menulis bagian itu secara asal asalan. Karena ia tidak tahu apa bagian bagian dari kepanitiaan yang lain. Yang ia tau hanyalah ketua, wakil, sekertaris, bendahara, sie acara. Dan tidak mungkin jika Felda mecalonkan diri dibagian itu semua.

"Udah nemu belom Saf?" Tanya Felda kepada Safira yang dari tadi belum selesai mencari namanya di papan tersebut. Mungkin ini sudah ke tiga kalinya ia menelusuri daftar nama tersebut.

"Belum nih Fel. Kamu udah?"

"Udah. Mau aku bantu cariin?"

"Iya deh. Keknya mata aku lagi error nih"

Tak lama, Felda langsung kembali menelusuri daftar nama tersebut. Ia mengulang sebanyak dua kali karena ia belum juga menemukan nama Safira di sana. Felda takut terlewat. Karena ia yakin, Safira pasti akan diterima menjadi salah satu panitia acara bergengsi sekolahnya tersebut.

"Aku kok ga ketemu namamu ya Saf? Dah ketemu belom?"

"Aku juga belum nemu nih Fel. Kayaknya aku ga lolos deh" ucap Safira dengan nada lesu. Ia kecewa, karena ia ingin sekali bisa menjadi salah satu panitia acara ini. Ia memang sangat mencintai dunia organisasi. Tidak heran jika ia termasuk salah satu murid popular di sekolahnya,

"Emangnya kamu pilih bagian apa?"

"aku pilih sie acara"

"Pantes aja! Kok pilih itu sih. Kamu gak tau ya, kalau mereka Cuma ambil dua orang untuk mengisi sie acara." Ucap Felda kesal kepada Safira.

"Masak sih? Aku ga tau. Yah terus gimana dong Fel. Ah sedih banget aku!" jawab Safira yang kini memasang wajah cemberut.

"Februari sekolah juga bakal adain olimpiade. Kamu bisa ikutan lagi deh Saf! Dah ah jangan cemberut kek gitu. Ayo balik ke lainnya"

Tak lama, mereka langsung kembali ke kelas karena jam istirahat kurang lima menit lagi.

"Gimana Fel, Saf ketrima?" Lala langsung bertanya ketika dua orang temannya itu sudah memasuki kelas.

"Si Felda sih ketrima. Kalau aku enggak huhu" jawab Safira yang masih kecewa.

"Yaudah Saf, jangan cemberut gitu. Acara lainnnya kamu coba daftar lagi deh. Pasti ketrima" ucap Zorna mencoba untuk menghibur Safira.

Bel sekolah sudah berbunyi tiga kali, menandakan waktu untuk pulang sudah tiba. Tak seperti biasanya, kali ini Felda harus rapat kepengurusan dalam kepanitiaan yang barusan diikutinya itu. Oleh sebab itu, terpaksa ia tidak bisa pulang bareng Lala. Ia harus pulang sendiri kali ini. Semoga Felda berani.

Rapat kali ini tidak berjalan begitu lama. Hanya perkenalan semua panitia dan penjelasan tugas apa yang akan mereka hadapi nanti. Sebagai panitia bagian perlengkapan, Felda mempunyaitugas yang cukup merepotkan.

Setelah rapat usai. Felda langsung bergegas pulang ke rumah karena badannya benar benar sudah remuk. Ia ingin segera mandi dan berbaring di kasurnya yang empuk.

"Felda!!" tiba tiba ada suara yang cukup keras memanggil Felda saat ia barusan keluar dari gerbang sekolah. Tak disangka, orang yang memanggilnya barusan adalah Aidan. Cowok yang sedang dilupakan Felda.

Karena malas berhadapan dengan Aidan, Felda tidak menggubris panggilannya itu. Felda tetap berjalan kearah yang berlawanan dari Aidan. Tapi usahanya sia sia. Kini Aidan sudah ada disebelahnya dengan motor yang selalu dibawanya itu.

"Kok malah pergi sih. Kamu denger aku panggil kan?" Tanya Aidan yang kini sedang mendorong motornya dengan kakinya karena mesin motor dimatikan agar ia dapat mengimbangi kecepatan Felda yang sedang berjalan.

"Denger kok" jawab Felda tanpa menoleh kearah Aidan.

"Kok diem aja kalau gitu?"

"Males aja. Kamu ngapain sih ke sini?"

"Mau jemput kamu" kata Aidan sambil menyunggingkan senyum di wajahnya. Senyum itu dulu sempat menjadi senyum favorit Felda, tapi sekarang ia sudah muak dengan senyum itu.

"Ga usah. Aku bisa pulang sendiri"

"Ayolah Fel. Aku dari tadi udah nungguin kamu lama" Aidan kini memohon agar Felda mau pulang dengannya.

"Siapa juga yang suruh kamu jemput aku. Lagian kemana cewek sekolahmu itu. Antar aja dia pulang" Felda langsung mengutuk mulutnya yang ceroboh ini. Kenapa ia bisa berkata seperti itu. Pasti Aidan berpikir bahwa ia cemburu. Bodoh kau Felda!

"Oh jadi kamu marah gara gara itu. Cewek yang kamu maksud ternyata udah punya pacar hahaha." Jawab Aidan dengan tanpa berdosa.

"Terus kamu dengan gampangnya balik lagi deketin aku lagi gitu? Kamu pikir aku apaan Dan! Ga sudi ya aku deket sama kamu lagi!" kata Felda yang setengah berteriak. Felda langsung berlari meninggalkan Aidan. Ia tidak mau air matanya menetes di depan cowok yang dibencinya itu.

Saat Felda berlari, Aidan tidak mengejar Felda. Untunglah. Felda tidak perlu meluapkan emosinya lagi. Sekarang ia hanya ingin sendiri. Dan benar saja, saat ia menunnggu bus di halte, air matanya sukses meluncur di kedua pipinya itu.

Felda benar benar membenci Aidan. Bisa bisanya ia dengan gampangnya pergi dan kembali ke Felda. Felda berpikir bahwa semua cowok memang seperti itu. Selalu egois. Mereka tidak pernah berpikir apa yang wanita reasakan. Mereka hanya mau semua keinginannya didapat. Mereka hanya ingin senang senang tanpa peduli rasa sakit yang mereka tinggalkan.

Jangan lupa vote dan comment ya!^^

Second ChanceWhere stories live. Discover now