Chapter 1

2.8K 132 9
                                    

Untuk kesekian kali nya suara nyaring itu memaksaku untuk terbangun di pagi buta.

Siapa lagi jika bukan, Cha Yeora.

Memang cukup sial agaknya, kini aku harus rela mendengar suara menyebalkan itu setiap pagi.

Sudah cukup lama dia menjadi teman satu kamarku di apartemen. Alasannya karena kami sudah masuk ke Universitas. Agar lebih menghemat waktu pergi ke kampus, kami sepakat untuk menyewa apartemen yang lokasinya dekat dengan kampus.

Aku sama sekali tidak keberatan.

Lagipula, aku sudah menganggap Yeora lebih dari seorang sahabat. Tepatnya aku menganggap dia bagian dari keluargaku juga. Jadi, tidak ada alasan untuk menolak tinggal bersamanya.

Aku menggerutu saat Yeora kembali berbicara lantang sekali, menyuruhku untuk cepat beranjak dari ranjang.

Astaga.

Berapa kali aku harus mengingatkan dia agar tak perlu teriak untuk membangunkan ku. Oh, apa dia tak takut di bunuh oleh tetangga hanya karena berteriak tak jelas seperti orang gila.

"Park Nara!"

"Astaga, iya iya. Aku bangun." Aku beranjak dari ranjang, beralih mengambil handuk.

Gendang telingaku bisa bisa pecah jika terus mendengar ocehannya.

Aku masuk ke dalam kamar mandi, mengguyur diri dengan air dingin. Tidak butuh waktu lama, aku sudah keluar dengan handuk melilit sempurna di tubuhku.

*****

Sedari tadi aku menghabiskan waktu untuk bertopang dagu saat mendengar Mr. Lee terus mengoceh di depan kelas seolah-olah aku tengah serius mendengarkannya.

Aku tidak benar benar memperhatikannya, sebenarnya aku tengah berusaha melawan rasa kantukku yang terus menyerang. Bahkan, aku berani menjamin tak ada satupun materi yang masuk ke dalam otak cerdas-ku.

"Oh, cepatlah selesai. Cacing di perutku terus berteriak meminta makanan." gumam Yeora yang masih terdengar oleh-ku. Sedang aku hanya bisa terkekeh pelan mendengarnya.

"Baiklah, kelas selesai. Setelah ini kalian kerjakan apa yang telah saya tugaskan. Selamat siang." ucap Mr. Lee mengakhiri, sebelum akhirnya presensi dirinya menghilang setelah keluar dari kelas.


*****

Sepertinya Yeora benar-benar kelaparan saat ini, buktinya dua cup ramyeon sudah lenyap bersamaan dengan suara sendawa keluar dari bilah bibirnya.

Tidak heran sih, Yeora memang tukang makan.

Aku menghela nafas pendek ketika kedua iris-ku belum juga melihat seseorang yang akhir-akhir ini menganggu pikiranku, dia-Jeon Jungkook. Bahkan saat jam mata kuliah, aku seringkali mencuri pandang pada pria itu.

Seingatku-biasanya di jam istirahat seperti ini, Jungkook selalu duduk di bangku paling pojok bersama teman-teman se-perkumpulannya. Namun hari ini, aku hanya hanya melihat beberapa teman-nya saja-tanpa Jungkook.

"Sedang memikirkan Jungkook?" tanya Yeora yang sukses mengalihkan atensi-ku, lantas aku menatap lurus padanya.

Sial!

Raut wajah-ku kaget bukan main, seperti orang yang habis kepergok mencuri.

"T-tidak, kok." jawabku sedikit terbata.

Yeora merotasi kan bola matanya malas, "Terus saja mengelak. Memangnya kenapa, sih? Kau malu berkata jujur padaku hanya karena kau menyukai Jungkook?"

MY BOYFRIEND || JUNGKOOK [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang