Prolog

16 2 0
                                    

Gadis cantik berambut sepunggung yang hanya di kuncir kuda, mengenakan hoddie abu-abu dengan celana jeans biasa itu mengambil sepeda gunung nya dari garasi rumah. Lalu dia menuntun sepedanya menuju luar gerbang rumahnya dan menaikinya.

"Eh dek, mau kemana?" Teriak seorang wanita paruh baya yang tengah berbelanja sayur pada tukang sayur dengan gerobak yang sedang berada di depan rumahnya.

"Sekolah Bun, ada latihan drama"

"Eh dek bentar" Ibu itu menyusul kearah gadis itu berada. "Udah ada uang saku belum?"

"Belum Bun, sini minta"

"Uuu giliran uang cepet" Ibu itu merogoh dompet dan mengambil selembar uang berwarna hijau.

"Yang biru dong Bun"

"Ngga ada! Ngga usah boros kamu ya!"

Gadis itu hanya menggaruk tengkuknya. "Ya udah deh, makasih ya Bun. Bye"

Ibu itu tersenyum dan menatap kepergian anaknya yang lama-kelamaan menghilang dari penglihatannya. "Bun ini gimana sayur nya?" Ibu itu kembali ke gerobak penjual sayur tersebut untuk mengambil dan membayar belanjaannya.

***

Gadis itu melajukan sepedanya dengan lambat, karena jalan yang cukup menanjak. Dia berkeringat dan berusaha mengelapnya sekian kali.

"Eh Bee, mau kemana?"

Bee yang merasa namanya di panggil, menoleh ke arah seseorang yang memanggilnya. "Latihan drama Geby... Cepetan! Ikut ngga?"

"Oh iya ya, ngga lah. Gue naik motor aja. Lo duluan gih!"

Gadis bernama Bee itu mengedikkan bahunya dan kembali melajukan sepedanya menuju sekolahnya.

Dia terus melakukan sepedanya dengan kecepatan sedang. Dia santai dan menikmati angin yang berhembus di sekitarnya.

Saat dia sampai di halaman sekolahnya, dia menuntun sepeda gunungnya menuju parkiran. "Bee.." Teman-temannya berteriak dan melambaikan tangan ke arah Bee. Bee hanya membalas dengan senyuman tipis. "Bawa masuk aja Bee, ke lapangan!"

Bee menaiki sepedanya dan melajukannya menuju lapangan sekolah. "Gimana?"

"Lo udah dateng, tinggal Geby sama Adit" Saut Dinda, pengarah atau lebih tepatnya pemimpin drama kelas Bee.

"Sudah kuduga" Gumam beberapa temannya.

"HEY HEY HEY... BABY GEBY SWEETY CUTE PALING IMUT DAN SUPER DUPER CETAR MEMBAHANA IN HERE..."

Teriakan itu tiba-tiba saja muncul dan mengakibatkan para siswa-siswi yang berada di lapangan menutup telinganya. "YA AMPUN GEBY BERISIK! SAKIT TELINGA GUE TAU!!" Teriak Cindy, tak kalah berisik dari Geby.

"Ya ampun my baby unyu nya Geby udah disini... Aduh Bee kamu kok cepet banget sampe sih?" Bee menghindar saat Geby hendak memberikan pelukan kepada Bee.

"Apaan sih Geb, suara Lo kaya toak tau ngga. Nglebihin malah"

Geby menyengir menunjukkan deretan giginya. "Hehe jangan marah atuh neng Bee, Teh Bee, Kak Bee, Oenni Bee, Bab..-"

"Hust hust hust... Kapan mulai sih? Mamas gans Adit udah ngga sabar mau akting sama dedek Geby yang gemes-gemes ini utututuuuu" Ucap seorang pria itu tiba-tiba muncul dan langsung mengunyel-unyel pipi Geby yang agak chubby.

"Ihhh Adit awass!! Sakit tauu. Ntar pipi emesnya Geby rusak! Huh jauh-jauh husttt!!"

Bee hanya menatap kedua temannya itu dengan tatapan yang... Entah apa. Rasanya dia ingin pergi saja dari sini. Dari pada melihat orang yang dia sukai, kagumi, atau bahkan ia cintai bersama orang lain. Apalagi mereka tidak ada hubungan keluarga atau apapun itu, hanya sebagai sahabat mungkin. Ah tidak, bagaimana Bee bisa merasa seperti itu. Cemburu? Ewhhh...

Bee menggerakkan bibirnya dan berlalu melangkahkan kakinya menuju tempat dimana teman-teman lainnya berkumpul. "Gue kenapa sih? Ih alay!" Gumamnya bergidik ngeri.

"Ih Bee tungguin akuu!!!!" Teriak Geby dan berlari menyusul Bee.

"Aduh Geby tunggu mamas gans dong!!" Adit berlari kecil menyusul Geby dan Bee.

"Ewh jijik!!" Adit merangkul pundak Geby secara diam-diam. Geby hanya bersikap acuh dan bernyanyi-nyanyi tidak jelas bersama Adit.

Bee merasa entah apa. Dia sangat... Apayah? Sakit? Iyuuuu.

Bee menatap mereka berdua yang sedang asik bernyanyi dan mengacuhkan Bee. Seolah keberadaan Bee tidak ada di dekat mereka. Dia merasa dirinya tidak penting. Iya, dia memang tidak penting. Memang tidak ada yang membutuhkannya di dunia ini. Percuma saja dia hidup disini.

"Eh dek Bee ikut nyanyi yuk dong..- eh eh Bee mau kemana? Bee!" Geby menatap Bee yang pergi entah kemana.

"Bee kenapa Dit?" Adit mengedikkan bahunya dan melanjutkan nyanyiannya yang tidak jelas.

"Aku mah apa penyuuuuu..-"

"ADIT ITU BABY BEE NYA GEBY LEPAS!! DIA NGAMBEK SAMA GUE KAN JADINYA! GARA-GARA LO SIH!!"

"Aduh aduh iya Geby lepasin dulu ini jambakannya, sakit!"

Geby memanyunkan bibirnya. "Marah dia nya.."

"Ya udah sih, ntar juga balik lagi pasti"

"Ngga tau aja sih Lo Dit, kalo dia marah gimana"

"Mencak-mencak? Kaya monster? Atau berubah jadi Hulk?"

"Ih Lo ngga tau!!"

"Ya emang gue ngga tau"

"Ih Adit mah nyebelin!! Ngga mau tau, pokoknya Adit harus baik-baikin Bee biar mau temenan sama Geby lagi!" Rengek Geby yang sudah gusar-gusar di bawah.

"I- ya ampun Geby bangun! Malu Lo diliatin orang!"

"Bodoamat ah Adit!!!"

"I-iya iya deh gue bantuin"

"Sumpah?" Geby berhenti merengek dan langsung berdiri menatap Adit.

Adit mengangguk terpaksa. " Yeyyyy Adit terbaik utututuuuu.." Geby menoel pipi Adit sekali. "Yaudah gue mau latihan dulu bye" lalu Geby beranjak pergi menuju tempat teman-temannya berada.

Adit menatap kepergian Geby sampai dia terlihat sedang teriak-teriak di telinga temannya. Adit terkekeh karena melihat tingkah temannya itu. "Mulai dari mana? Masa iya gue samperin itu bocah sih. Malu gue aduh"





TBC








Hanna BeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang