One

5 0 0
                                    

kasus pembunuhan kembali terjadi di daerah chungseon dengan korban wanita memegang mawar merah, warga diharapkan waspada kepada orang asing dan mencurigakan
.
.


"sudah kuduga, itu ulahmu --lagi"

"itu menyenangkan kau tahu"

"kau harus membeli bunga mawar saat akan melakukannya, dasar merepotkan."

"kau yang membelinya, tepatnya dalam jumlah banyak. Anggap sebagai kebaikanku untuk para korban, hahhah"

"bodoh"

Kedua pria muda berpakaian serba hitam melanjutkan pembicaraannya tanpa takut ketahuan orang lain.

Kasus pembunuhan kian marak terjadi, membuat orangtua khususnya para wanita khawatir. Korban dibunuh secara rapi tanpa ada bekas tusukan atau racun. Di dekatnya selalu ditemukan mawar merah tanpa sidik jari atau identitas pelaku, itu sebabnya hingga kini tak diketahui siapa pelakunya.
.
.
.

"kemarin, saat aku sendirian lewat jalan ini, aku ketemu lelaki tinggi tampan seperti idol. Mungkin dia memang idol, dia juga pakai masker dan topi hitam. Aku ingin minta foto" ujarnya bahagia.

"kamu ini, hati hati kek. Banyak pembunuhan loh akhir akhir ini. Sadar diri kamu itu perempuan, korbannya perempuan semua loh" nasehat ku.

"tingginya hampir sama kayak kamu loh, tapi sepertinya kamu lebih pendek lagi deh." dia terus terusan memuji lelaki itu.

"yak Kang Hani!! Aku cukup tinggi untuk jadi idol.. Begitu ya?" ledekku.

"jangan mimpi Park ! Hehe makasi ya uda ngantar kerumah. Aku juga takut sih pulang sendiri" ucap hani padaku.

Aku hanya mengangguk sebagai tanda perpisahan. Rumahku tak jauh dari rumah Hani, hingga tak jarang kami pergi dan pulang sekolah bersama.

Sebagai siswa tingkat akhir senior high school, kami harus belajar lebih giat untuk lulus ke universitas impian. Hal itu membuat aku dan hani sering mengambil pelajaran tambahan disekolah hingga larut malam. Aku dan hani sendiri bukanlah sepasang kekasih, kami hanya teman biasa dan kebetulan akrab karena sering pulang bersama.

Soal pembunuhan itu, aku tidak terlalu memikirkannya selama korbannya selalu perempuan. Karena aku tinggal sendirian. Tapi kadang rasa khawatir terhadap hani tetaplah ada. Aku takut, tidak bisa menahan diri dan menargetkan Hani, seorang perempuan.

.

Hani menelfonku malam itu juga. 
"Yak Park Yeonhu!!" teriaknya.

"Apaan sih, juga kenapa nelfon? Biasanya pesan teks tuh" sahutku masih santai.

"Besok  antarin aku ke toko buku setelah pulang sekolah yaa.. And ngomong ngomong soal idol tadi, aku melihatnya lagi. Dia lewat depan rumahku saat aku berada di balkon. Aku ngga minta foto kok ngga, cuma aku ngerasa aneh sama pakaiannya yang serba hitam. Aku takut dia pelaku pembunuhannya. Gimana tuh Yeon?" jelasnya panjang lebar.

"Kalau kamu curiga, laporin aja. Udah dulu ya aku sibuk, dahh~" aku mengakhiri telfon nya secara sepihak.
Sepertinya aku harus membeli kostum baru setelah ini.

Aku ngga tahu kenapa malam ini banyak yang menelfonku. Mulai dari Hani sampai Jeongsa, rekan kerjaku.

"Heh Yeonnie, ngga keluar?" tanya Jeongsa.

"Ngga. Why?"

"Kutunggu di cafe biasa ya, ada yg ingin ku bicarakan. Santai saja"

Ini sebuah hiburan bagiku. Aku yakin Jeongsa punya target selanjutnya. Entah kenapa aku menyukai hal ini.
.
.
Di cafe, Jeonsa sudah menunggu.
"Hai bro. Wah kau sangat fresh hahahah" candanya. Tidak lucu sebenarnya.

"Siapa?"

"H-huh?"

"Orangnya? Targetmu?"

"Wah kau sudah tahu ya aku punya target, dasar peramal"

"Sebutkan, siapa orangnya?" desakku.

"Ahh.. Dasar tidak sabaran. Ada satu gadis, yang mungkin mencurigaiku. Dua malam lalu aku bertemu dengannya di jalan sendirian. Mau bermain dengannya?" tawar Jeonsa.

"Jangan, gadis yang kau maksud itu temanku" aku langsung menyadari siapa gadis yang ditargetkan Jeonsa.

"Temanmu manis, dan mengganggu" ledeknya.

"Jangan lakukan didaerah rumahmu atau rumahku. Berbahaya. Aku tidak mau masuk rehabilitasi lebih awal. Ataupun masuk penjara dua tahun kedepan" jelasku.

"Dasar bocah"
.
Yapp umurku masih 16 tahun sebenarnya, tapi aku sudah punya banyak prestasi baik maupun buruk. Mau tahu?

Prestasi baik ku  :
Juara umum 1 dan 2 di sekolah tahun lalu, murid teladan sekolah, menang olimpiade, mendapatkan sertifikat lulus kelas piano Yamaha, dan menang lomba lari.

Prestasi buruk ku :
Membunuh 5 wanita dalam kurun waktu 2 bulan, mencuri mawar merah milih bibi Yunn, belum tertangkap polisi.

Akulah pelakunya. Tidak disangka bukan? Bocah umur 16 tahun melakukan hal keji seperti ini. Mendatangi korban, dan membuatnya tidak bisa bernafas hingga akhirnya kehilangan nyawa dengan tangan mungilku. Membaringkan korban, dan meletakkan bunga mawar di sampingnya. Dan jangan lupa, menikmati wajah tenangnya.

Jangan berburuk sangka padaku. Aku tidak melakukan hal lain, mencuri, memperkosa atau apapun itu tak kulakukan. Aku hanya membunuhnya. Aku suka melihat wajah tenang mereka. Entah mengapa.

.
.
.
.
Hai guys, this is my first story in here. Please vote and comment ya, mungkin akan update lebih banyak dari ini.

Hope you like my story^^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Red RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang