Malam-malam sekali, Boruto melangkahkan kakinya pelan-pelan. Tujuan dari segala aksinya adalah menghindari keributan dan selamat sampai mencapai genkan.
Sesampainya di sana, dibukanya kunci dan juga pintu rumahnya. Sesekali anak laki-laki itu memandangi keadaan sekitarnya sebelum mengenakan sandal ninjanya dan keluar rumah—setelah sebelumnya menutup pintu dahulu, tentunya. Lagipula dia tak akan lama-lama.
Kali ini, tepatnya di halaman depan rumahnya yang kini tertutup salju tipis. Anak laki-laki itu masih berusaha meminimalisir suara yang dihasilkan oleh langkahnya. Bagaimanapun juga sang ibu, Hinata, adalah ninja. Tipe pelacak dan sensor pula. Duh, sekarang Boruto merasa peluh sebesar biji jagung turun dari pelipisnya.
"Kami-sama, aku seperti pencuri di rumahku sendiri saja, ttebasa!" Bisiknya dengan suara yang benar-benar pelan.
Pagar rumahnya memang sudah di depan mata, tapi dia tidak boleh semena-mena membukanya asal-asalan karena akan menimbulkan suara yang kiranya dapat membangunkan sang ibu.
Boruto membuka pagar pelan-pelan. Dia sampai menggigit bagian bawah bibir saking gugupnya. Ini agak sedikit jorok, tapi daritadi ia sudah menelan ludahnya berkali-kali juga.
Krieeet—
—Duk.
Malangnya nasib anak laki-laki Uzumaki ini. Kepala terbentur pagar rumahnya sendiri yang dibuka asal oleh orang di seberangnya ini.
"B-boruto?"
***
Sepenggal Kisah (c) faihyuu
Naruto (c) Masashi Kishimoto
Rated T mendekati M (buat jaga-jaga saja)
Warning(s): Miss Typo(s), OOC, plot gajelas, alur kecepetan, ending nge-gantung, dan semua ke-absurdan yang kalian akan temukan di fanfik ini.
Fanfiksi ini ditulis merayakan ultahnya waifunya sang Nanadaime Hokage—Uzumaki Naruto, Uzumaki Hinata.
***
"Maaf
, Boruto,"
Ternyata si pembuka pagar tadi adalah Uzumaki Naruto. Sang ayah dari anak laki-laki yang kini masih merasakan kening dan hidungnya berdenyut sakit.
"Kalau semua rencana kami gagal, maka itu salah Tou-chan!" Sambil mengusap-usap kening dan hidungnya yang kini memerah, Boruto berdesis pada sang ayah. "Duh, masih sakit pula,"
Syu—
"Sakit cepat pergilah," Naruto tiba-tiba saja menyingkirkan poni acak yang ada di kening anaknya dan mulai meniupi bagian itu. Sang anak yang diperlakukan begitu hanya bisa melongo sesaat.
Boruto yang cepat menyadari perlakuan itu segera menjauhi Naruto dengan wajah yang mulai dipenuhi oleh rona-rona warna merah. "Astaga, Tou-chan! Aku sudah besar!"
"E-eh? Tapi bukannya dulu kau suka sekali ditiup-tiup, ttebayo? Kau selalu meminta itu pada Kaa-san jika ada yang sakit, 'kan?" Naruto menggaruk pipinya yang sebenarnya tidak merasakan gatal. Pria pirang itu hanya sedang dilanda kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepenggal Kisah [OS]
FanfictionDiberi kejutan oleh orang-orang yang paling disayanginya tanpa ia duga sama sekali. Bahkan sempat dilapisi dengan drama yang membuat air matanya jatuh-mana bisa Hinata lupakan sih? [Uzumaki Family, fanfiksi untuk hari ulang tahun Hinata.]