Dia adalah seorang dokter yang mempunyai wajah tampan, tubuh tinggi, mata coklat yang membuat dirinya disukai oleh semua kaum wanita, bahkan sampai ada yang rela menyerahkan dirinya hanya untuk dinikmati oleh dokter itu, tapi sayangnya dokter itu cuek. Tak kusangka dia dokter yang menangani kakekku. Senang tiap saat bisa lihat wajah tampannya? Awalnya iya, tapi setelah aku tahu semua sifatnya aku jadi takut dan benci, semua ini bisa terjadi semenjak dia menyuruhku untuk mengikuti ke ruangan kerjanya, sialnya saat aku masuk di ruang kerja dokter itu, ternyata ruangannya kedap suara.
"Gimana keadaan Kakek saya, dok?" tanyaku pada dia yang sedang memeriksa kakek.
"Kakek kamu sudah membaik little girl," jawabnya diikuti senyum devil yang membuat siapa aja ngeri saat melihat senyuman itu, apalagi sekarang di ruangan kakek ini hanya ada aku, dia dan kakek yang masih koma, ruangan terasa makin menakutkan.
"Oke dok. Terimakasih, dokter bisa keluar sekarang kan?" tanyaku saat dia sudah selesaikan tugasnya, tetapi dia masih setia berdiri di samping kakek sambil memandang wajah kakek, kurang nyaman? Ya itu yang sekarang aku rasakan. Entah apa yang dokter itu pikirkan tapi yang pasti ekspresi itu membuatku jadi takut. Aku terkejut saat kutatap dia, dia juga ikut menatapku dengan tatapan marah.
"Ap ... apa yang ingin dokter lakukan, ber ... berhenti di situ dokter!" ucapku gemetar karena ketakutan saat dokter itu semakin lama mempersingkat jaraknya denganku.
"Ikut ke ruanganku little girl!" perintahnya dengan penuh penekanan, sedangkan aku hanya diam mematung tak bergerak sama sekali. "Jika dalam hitungan ketiga kamu tidak ikuti aku, maka ini adalah hari terakhir melihat Kakekmu itu!" ucapnya sekali lagi dengan menunjuk kakek yang masih koma. Setelah mendengar ucapannya, aku langsung mengikuti dia dari belakang. Entah mungkin ini hanya perasaanku, dia tersenyum dan saat aku melihat senyuman yang beda dari pertama aku lihat tadi, hatiku jadi tenang.
"Masuklah little girl, jangan lupa kunci pintunya dan serahkan kunci itu kepadaku!" perintahnya sebelum dia masuk mendahuluiku dan sekarang dia duduk di kursi kebanggaannya, aku hanya mematuhinya saja. Saat aku melihat ruangannya, sungguh ini bukan seperti ruangan dokter pada umumnya karena ini bagus sekali, rapi, wangi dedaunan dan bunga violet, ini sungguh menenangkan.
"Suka dengan ruanganku little girl?" Dia mengagetkanku dengan suara beratnya, sejenak aku lupa kalau aku tidak berada di ruangan kakekku.
"Ap ... apa yang ingin anda bicarakan do ... dokter?" entah mengapa aku jadi gagap saat bicara dengannya.
"Duduklah di sofa itu!" Dia menunjuk sofa lembut, panjang dan muat untuk dua orang, aku hanya menurut saja.
"Jauhi laki-laki itu little girl!" ucapnya yang membuatku bingung. "Pacar sialanmu itu, aku ingin kamu jauhi dia!" seakan dia tahu aku sedang bingung dan seketika itu aku juga terkejut dengan perkataannya tadi, memangnya dia siapa, seenaknya memerintahku untuk jauhi pacarku. Oh ya, kenapa dia bisa tahu kalau aku sudah punya pacar? Apa dia mencari informasi tentang diriku? Tapi kalau memang benar seperti itu, lalu apa urusan dia kalau aku punya pacar? Inikan hidupku! Bukan hidupnya!
"Ti ... tidak! Tidak akan! Me ... memangnya kamu siapa berani memerintahku untuk jauhi pacarku," protesku dengan gugup. Setelah mengetahui respon dariku, dia langsung berdiri dari kursi kebanggaannya itu untuk menghampiriku dan jangan lupakan aku, di sini aku tidak bisa bergerak seakan tubuhku kaku.
"Ternyata kamu berani juga ya, my little girl," ucapnya setelah duduk di samping kananku sambil membelai pipiku.
"Le ... lepaskan aku, ak ... aku ingin menemui Kakekku," ucapku terbata-bata karena ketakutanku pada dirinya tidak bisa kukontrol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Obsesimu!
Romance"Ketika aku bertemu dengannya pertama kali, seketika itu aku merasa ingin tiap saat bisa bersamanya, tapi setelah aku tahu sifatnya maka kutarik semua keinginanku itu!" Aku dan Obsesimu! ♡