Love is Not Over

10.3K 908 263
                                    



"Brengsek!"

Jungkook mengumpat marah seraya bangkit dari posisi duduk untuk kemudian berbalik menatap sengit kearah siswa yang melempar tutup spidol hingga mengenai pelipisnya dengan sengaja. Adalah orang yang sama, yang juga sempat menabrak bahunya dari belakang hingga tubuhnya sedikit terhuyung kedepan, dilorong perpustakaan pagi tadi. Dan masih orang yang sama, yang juga selalu menyembunyikan salah satu alat tulisnya. Setiap hari.

Tidak terlalu paham apa modus utama si ketua kelas bermarga Kim yang kerap kali mendapat pujian atas prestasi dan keramah tamahannya dari para guru dan siswa itu, selalu saja bertingkah bajingan terhadapnya, nyaris setiap hari.


"Apa?"          Kim Taehyung,  si ketua kelas brengsek itu justru menumpu dagu menggunakan telapak tangan sembari bertanya ogah-ogahan, menunjukkan sikap sok inosen seolah dirinya tak pernah berbuat apa-apa barusan.

"Kau yang apa-apaan?!"          Balasnya, menyalak tidak terima.


Taehyung tidak memberi reaksi apapun pada bentakan Jungkook.  Hanya terus menatap bosan sembari memutar-mutar spidol menggunakan jari tengah dan telunjuknya.
Menjadikan Jungkook mengepal jemari tangan sembari menggerit geraham tempramen, menahan diri supaya tidak menonjok ketua kelas idaman hingga tewas saat itu juga.

Perlu dijelaskan, meski Jungkook kerap kali menjadi bahan bulan-bulanan Taehyung disekolah,  bukan berarti dirinya masuk jajaran siswa bully an yang lemah dan hanya bisa mengalah. Tidak, tentu saja tidak. Jika harus diadu dengan si ketua kelas idaman itu, mungkin dirinya lah yang akan berdiri ditengah-tengah ring tinju, bangga, dengan piala dalam kepalan tangan sebagai seorang pemenang.
Hanya saja, dirinya memang diharuskan mengalah supaya tidak terjadi keributan yang bisa saja mencoreng nama baiknya sebagai siswa pindahan.

Karenanya, ia berupaya menarik napas panjang dan menghembuskan kasar untuk meredam seluruh emosi. Lantas kembali duduk dikursinya sendiri, mengabaikan celotehan si ketua kelas bersama para kawanan manusia purba dibelakang dan berharap jam istirahat segera berakhir.










.

.

.









"Tugas fisika, kita satu kelompok."


Ketua kelas bajingan itu lagi. Terlampau malas peduli, Jungkook hanya segera menaiki motor dan memasang helm berlagak seolah telinganya tidak pernah mendengar suara apapun. Tujuannya hanya pulang dan tidur sepuasnya hingga pagi menjelang.


"Kau tuli atau apa?"          Taehyung dengan sigap menyahut kunci motor Jungkook ketika pemuda itu mengacuhkannya, bahkan dengan begitu lancang menyalakan mesin bersiap memacu laju motornya. Menghasilkan desis umpatan geram disertai tatapan tajam dari si empunya.            "Aku bicara denganmu, tolol! "

"Terserah!"           Pemuda Jeon menyahut apatis. Merasa dipermainkan ketika Taehyung justru menyembunyikan kuncinya kedalam saku celana ketika ia berusaha menyahut kembali.            "Aku tidak pernah membuat masalah denganmu, Cepat kembalikan milikku sebelum aku benar-benar muak dan menghajar wajah sialanmu!"



Bukan takut dan segera menyerahkan kembali kunci motor pada si pemilik, Taehyung justru tergelak remeh tanpa mengalihkan tatapan dari mata jernih Jungkook. Selama nyaris tujuh belas tahun masa hidupnya, menjadi kali pertama bagi Taehyung menghadapi seseorang yang berani mengancam secara langsung.            "Aku hanya ingin membahas perihal tugas kelompok kita, man,  kenapa naik darah begitu?"          Lagi, Taehyung menyunggingkan senyum miring yang menyebalkan.                 "Tugas ini tanggung jawab kita berdua, jadi... "


Blinding Lights  [kth+jjk]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang