Part 4

1K 95 9
                                    

#Kalena_Aku_Aghni
Part 4

____

"Namanya Scabies, bukan labies with R (ejaan Inggris)," Aghni membuka ceramah ilmiahnya hari itu. Beberapa santri putri dan putra yang berkumpul di aula banyak yang terkantuk-kantuk sebelumnya tapi, saat mendengar Aghni yang tak bisa mengeja R membuat mereka tertarik.

"Maaf, saya cadel, jadi ... halus banyak konsentlasi ya gaess ...."

Lalu suara Gerr anak-anak membahana, membuat Aghni tersenyum bahagia.

"Kalian pasti bingung, kan. Kepalat Scabies ini biasa kita kenal dengan Gudik, gaess. Coba peliksa kulit masing-masing, saya yakin pala Scabies itu sedang ikut ngaji ilmu baleng kita," kata Aghni sambil memancing perhatian mereka.

Aghni diam sejenak dan memperhatikan ekspresi anak-anak pondok yang meneliti tubuh mereka kemudian mereka saling tertawa.

"Ukulannya si kutu ini kecil gaess, kecil sekali. Sekital 300-800 Miu. Tapi, lobang yang meleka gali di kulit kalian, Beh ... jangan salah, bisa dihabiskan sama meleka kalau meleka mau. Modyal."

Semua anak tertawa membahana. Aghni ikut tertawa bersama mereka tanpa merasa sakit hati. Diliriknya dokter Erik di sampingnya yang diam tak berekspresi. Aghni sekarang yang modyar.

"Tapi, pelcayalah. Insyaallah kutu Scabies ini adalah makhluk kecil Allah yang bebas masuk sulga. Bagaimana tidak, ia ikut kalian mondok, ikut mengaji baleng kalian dan dialah yang membuat kalian sekolah tanpa ngantuk. Hayo ngaku!" Aghni berkata sambil mengacungkan tangan.

"Dia membuat kalian sibuk mencali sumbel gatal, menggaluknya dan mencali bagian mana yang sudah keling untuk dikeletek. Iya, enggak?" tanya Aghni yang segera disambut sorakan anak-anak.

"Pengalaman, ya ... Dok?"

Aghni terkesiap. Dia seperti tak percaya dengan apa yang didengarnya. Meskipun lirih tapi suara itu terdengar lantang di telinga Aghni.

Wajah Aghni memerah. Dia menatap lurus anak-anak kemudian mengajak mereka bertepuk tangan.

Suara Erik tadi membuatnya semakin bersemangat.

"Nah, kalau kalian ingin agal Scabies bin Gudik bin kemploh ini pelgi, bial tidak ikut mondok baleng kalian ya ... calanya kalian halus belsih dan lapi." Aghni menutup mulutnya mengingat masa lalu. Dia menatap lekat sahabatnya yang duduk di pinggir anak-anak. Dulu, Hana pernah gudikan dan Aghni lah yang merawatnya.

"Esok, kalau si Gudik mau ikut mondok halus patungan bayal SPP. Oke gaess."

Lalu serempak anak-anak bertepuk tangan sambil mengacungkan jempol ke arah Aghni. Ada senyum bangga dokter Erik di sana yang diam-diam disunggingkan di wajah tampannya untuk Aghni.

Bersambung dulu ya gaess, mau ngecek nih di kulit ada Scabies bin Gudik enggak nih hehehe.

Yang pernah gudikan dulu ... Ngacung 👆

Kalena Aku AghniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang