Tiada (cerpen horor)

112 2 0
                                    

Tiada (Cerpen Horor) Perkenalkan nama saya ryan, saya seorang pemuda yang tumbuh besar di daerah jawa barat tepatnya di dusun ciwangi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiada (Cerpen Horor) Perkenalkan nama saya ryan, saya seorang pemuda yang tumbuh besar di daerah jawa barat tepatnya di dusun ciwangi.

Saya berasal dari keluarga sederhana

saya mempunyai ayah yang berprofesi sebagai saudagar ubi cilembu,dan seorang ibu yang bekerja dirumah menjaga warung.

Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi kisah saya, kisah tentang perasaan saya ke seorang wanita yang saya cintai.

Dan ini adalah kisah saya.

Setelah lulus SMA maka saya memutuskan untuk tidak lanjut ke jenjang kuliah, karena saya terlalu malas untuk melanjutkan pendidikan.

Berbanding terbalik dengan Putri, dia wanita yang satu sekolah dengan saya, setelah lulus dia berkeinginan melanjutkan kuliah di salah satu kampus swasta di Bandung.

Hari demi hari saya lalui dengan membantu ibu jaga warung, sambil merenung dan berharap menerima telepon dari perusahaan yang sudah saya lamar.

"heh, masih pagi kok udh bengong aja sih yan" ucap putri sambil tertawa kecil.

"siapa yang bengong sih put" ucap aku sambil menahan malu dan mengalihkan pandangan ke sepatu joging putri.

Setelah itu kami berdua memulai obrolan ringan, sampai pada akhirnya putri menanyakan hal serius kepadaku.

"kamu masih inget Didi?" tanya putri dengan nada rendah.

"iya aku ingetlah, dia kan yang dulu keroyokin aku terus buang sepatu sekolah aku di sungai, karena dia cemburu liat aku negor kamu waktu di depan gerbang sekolah pas jam pulang" jawab aku sambil mengingat kejadian tidak mengenakan itu.

"maaf untuk hal itu yan" jawab putri dengan suara lirih.

"itu bukan salah kamu put,jadi kamu gausah minta maaf, ngomong-ngomong ada apa sih put?" tanyaku

"aku minta nomormu lagi yan, nanti aku ceritain di telpon aja ya, karena aku mau bantuin ibu beresin rumah" jawab putri sambil menatap lirih ke arahku.

Setelah itu aku memberi nomor telepon ku lagi ke putri, dengan perasaan bingung karena dulu aku sudah pernah memberi nomor telepon ku ke putri, "ah paling nomorku di hapus sama si didi itu" gumamku dalam hati.

Putri pun pulang kerumahnya, dan aku melanjutkan menjaga warung sampai siang hari.

setelah sholat ashar aku langsung membantu ayah dilapaknya untuk menimbang ubi cilembu yang baru datang dari petani.

Menjelang malam aku langsung mengambil jaket tebal punyaku, maklum saja karena tempat tinggalku berada persis dibawah gunung jadi harus mengenakan jaket tebal saat menjelang malam jika tidak ingin masuk angin.

Setelah itu aku duduk sambil mencoba menelpon putri duluan sambil menunggu mobil yang datang dari bandung untuk mengambil ubi cilembu yang sudah ditimbang tadi sore.

Tiada (cerpen horor)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang