Hitam melambangkan perlindungan, pengusiran, sesuatu yang negatif, mengikat, kekuatan, formalitas, misteri, kekayaan, ketakutan, kejahatan, ketidak bahagiaan, perasaan yang dalam, kesedihan, kemarahan, sesuatu yang melanggar (underground), dan harga diri.
— COLORS —
Semuanya baik-baik saja. Seungmin meyakini hal itu setidaknya sebelum seorang Hwang Hyunjin masuk tanpa permisi kedalam kehidupannya. Mengobrak-abrik apa yang Seungmin sebut dengan ketentraman antara hubungannya dengan Chan.
Semuanya terlihat baik-baik saja. Chan dan Seungmin masih menyempatkan waktu berangkat bersama mereka seperti biasa. Masih ada kecupan selamat tinggal yang dihadiahi Chan saat keduanya bertolak arah. Dirinya yang harus ke selatan menuju fakultas bisnis, dan Seungmin ke timur menuju fakultas Hukum.
Namun jika diperhatikan, air muka tenang yang seolah mendarah daging dalam diri Seungmin kini tak terlihat disana. Ia masih belum siap menghadapi seorang Hwang Hyunjin. Pemuda itu beberapa hari lalu menyatakan perasaannya yang ingin memiliki Seungmin secara gamblang saat mereka terjebak diruang arsip untuk mencari hardcopy skripsi peninggalan senior mereka.
Hyunjin sudah tahu tentang hubungan Seungmin dan Chan. Bahkan ia sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Chan melakukan gesture yang dianggap sebagai cara menyampaikan perasaannya pada Seungmin. Seperti sebuar kecupan, pelukan, atau elusan dipipi yang Seungmin terima dengan senang hati disertai sebuah senyum tipis.
"Gila.."
Seungmin tak habis pikir pada Hyunjin. Mereka bahkan baru pertama kali bertatap muka sedekat itu. Meski nyatanya mereka terpaut jarak dua meter saat pemuda Hwang mendeklarasikan tentang hal yang malamnya membuat Seungmin tak dapat tidur dengan nyenyak dipelukan Chan. Tidak. Mereka tidak tinggal serumah apalagi sekamar. Chan hanya sesekali menginap di flat sewaan Seungmin, itupun jika Seungmin yang meminta atau mengijinkan. Semua berada diatas kuasa si manis.
"Ini sama sekali tidak masuk akal.." desisnya lagi.
"Apanya yang tidak masuk akal, Min?"
"Yatuhan!" Seungmin mengelus dada menemukan dua pemuda muncul berbarengan disampingnya— yang hampir saja melayangkan KUHP-nya yang beratus-ratus halaman itu pada sang pelaku. Salahnya sendiri yang memiliki teman seperti mereka berdua, selalu datang begitu saja tanpa ia ketahui.
"Iya. Apa yang tidak masik akal?" Lelaki yang paling tinggi menimpali sembari mencuri beberapa potong kripik kentang dari temannya.
"Sudah kubilang jangan mencuri kripikku, Lino hyung!"
"Jisungie..."
"Tidak boleh!" Lagi-lagi Jisung— pemuda yang lebih kurus menampik tangan kekasihnya yang menelusup kedalam bungkus kripik sementara Seungmin hanya mendesah setelah cukup puas mengelus dadanya sendiri. Jantungnya hampir saja copot kalau-kalau yang mengagetkannya itu Hwang Hyunjin. Secara keduanya berada di fakultas dan bahkan kelas yang sama.
Sebuah tepukan mendarat dibahu Seungmin. Kali ini tangan yang berbeda, namun pemuda Kim itu bahkan tak peduli dan terus melanjutkan langkahnya.
"Hei, melamun lagi?"
Bukk!
KUHP yang sedari tadi setia dipelukan Seungmin lolos begitu saja jatuh menyentuh ubin licin kampus. Cepat-cepat ia memungutnya tanpa menoleh pada sumber suara. Ia bahkan tak menyadari sedari tadi Lino dan Jisung sudah menjauh sembari memperebutkan keripik yang sejatinya memang pemberian dari Lino.
Seungmin bangkit, menulikan telinga, mempererat cengkraman pada KUHP dipangkuannya sebelum tangan yang sama menyentuh bahu dan memutar tubuhnya.
"Berhenti menghindar. Aku tidak suka." Menatap tajam Seungmin yang mendengus dan mengalihkan pandangannya kelain arah.

KAMU SEDANG MEMBACA
COLORS [Seungjin/Hyunmin Version]
FanficKim Seungmin mewarisi mindset seperti sang ibu, pula hati seperti sang ayah. Ini menjadi konfliknya tersendiri sejak kedua orang tercintanya itu memutuskan untuk berpisah atas dasar ketidak cocokan. Sedikit yang Hwang Hyunjin tahu tentang Kim Seungm...