Pertemuannya yang salah, sehingga terjadi sebuah ikatan 'Keluarga' yang tidak diharapkan. Demi kebahagiaan, ia rela menjadi orang jahat dan dibenci banyak orang.
Silahkan dibaca, saya gk pandai bikin sinopsis :(
Start = 31 Desember 2019
End = -
Cov...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
Seorang lelaki terlihat keluar dari dalam taksi, dan ia telah disambut oleh banyak wartawan yang memberondonginya dengan berbagai macam pertanyaan. Ia tak memperdulikan para wartawan tersebut yang berusaha menanyainya, ia hanya terus berjalan dengan langkh lesu. Kedua matanya membengkak karena terus menangis, tubuh yang dibalut dengan coat berwarna coklat itu tampak terlihat kurus. Terlihat jelas bahwa pemuda lelaki tersebut sangat tertekan dengan kehidupannya.
"kenapakaumemberikananakmukepada orang lain, jikapadaakhirnyakaumemilihuntukmengambilnyakembali?"
"Apakahkauberselingkuh?"
"Tolongberikamijawaban!"
Namun lelaki itu terus berjalan. Suara-suara itu bagai angin lalu di telinganya. Pandangannya lurus pada gedung pengadilan yang kini berdiri megah di depannya. Sesaat, matanya bergulir ke sisi kanan—dan di sanalah ia melihatnya: suaminya, berdiri di bawah pohon, menatap dengan campuran iba dan khawatir. Tatapan mereka saling bertaut. Diam-diam mereka berbicara melalui mata. Lelaki itu mengangkat sedikit sudut bibirnya ketika melihat kekasih hatinya tersenyum lembut padanya. Keraguan dan ketakutan yang menghantuinya pun perlahan surut. Ada kekuatan dalam dukungan yang tak terucap itu.
Ia yang lebih dulu memutus kontak mata dan kembali melangkah ke dalam gedung pengadilan. Di wajahnya masih tersisa senyum tipis—bukan karena bahagia, tetapi karena kelegaan. Hari ini, ia berharap semuanya segera berakhir.
Sementara itu, di tempat parkir, seorang pria lain menyaksikan kepergian lelaki itu dari dalam mobil. Tatapannya tak lepas dari punggung ringkih yang berjalan perlahan menuju gedung. Senyum getir mengembang di wajahnya, penuh sesal.
“Kau pria baik… terlalu baik. Melihatmu seperti ini, aku benar-benar tak sanggup. Begitu banyak kesalahan yang telah kulakukan padamu,” gumamnya lirih, nyaris tak terdengar.
Di dalam ruang sidang, proses pengadilan pun dimulai. Seorang pria berbalut coat hitam berdiri tegak, menghadapi lelaki berselimut coat coklat yang kini hanya diam, menatap tanpa ekspresi.
“Aku akan bertanya untuk terakhir kalinya pada pihak penggugat,” ucap pria itu, sorot matanya tajam menusuk. “Apakah kau menyesal telah menyerahkan anakmu padaku?”
Lelaki bercoat coklat akhirnya mengangkat wajah, menatap pria di hadapannya dengan mata sendu. Ia menoleh sebentar ke arah bangku seberang, tempat suaminya duduk. Tatapan itu hangat, namun cepat kembali ia alihkan ke pria di depannya. Ia menarik napas panjang, lalu menjawab dengan suara pelan namun mantap.