Bu Tati

9 4 2
                                    


Dentingan sendok dan garpu memenuhi ruang makan keluarga Raisa yang biasa di panggil Caca.

"Makan yang bener Ca!", peringat mamanya.

"Jadi cewek makannya jorok banget!", ejek kakaknya Athaya lalu memasukkan makanannya kemulut lagi.

"Ishhh pahh liat noh kak Atha buli aku lagi", kesal Caca sambil memanyunkan bibirnya.

"Pake sok-sok an lagi tu bibir pake acara di majuin segala, ga tau apa tu bibir kaya bibir bebek", ucap Atha tak peduli.

"Udah lah Tha, jan gangguin adik kamu lagi", nasihat papa setelah selesai dari sarapannya.

"Atha ga gangguin ko", jawab Atha.

"Ga gangguin apanya ck!", sinis Caca adiknya yang kesal dibuatnya.

"Udah-udah cepet abisin nanti telat loh", peringat mama mereka.

"Papa berangkat dulu yah takut telat", pamitnya yang langsung di salimi istri dan anak-anaknya lalu beranjak keluar ruang makan dan meninggalkan rumah ini.

"Yaudah mah kalo gitu Atha juga pamit ke kampus dah kesiangan ni", pamit Atha langsung menyalimi tangan mamanya dan mengacak rambut adiknya Caca dan meminum susu adiknya sebelum pergi.

"KAK ATHA!!!", murka Caca.

"Auss caaa", teriak Atha di ambang pintu.

"Ishh bikin kesel aja", keluh Caca.

"Udah sana kamu berangkat juga", pinta mamanya.

"Yaudah Caca pergi dulu",pamit Caca lalu menyalimi tangan mamanya.

"Bareng ama siapa?", tanya mamanya kepada Caca yang uda di depan pintu.

"Biassa ma ama Doni", teriak Caca lalu meninggalkan halaman rumah menuju rumah Doni yang ada tepat di depannya.

Caca memasuki pekarangan rumah Doni tetangga sekaligus sahabat dari kecilnya sampai sekarang. Baru saja Caca akan memencet bel rumah itu, tiba-tiba saja Doni keluar dari rumahnya.

"Eh ada buk kos sebelah", goda Doni.

"Ishh Donnn jan tambah mood gue jadi rusak lagiii ishhh", kesal Caca sambil menghentakkan kakinya di lantai teras rumah Doni.

"Iya iya maap kali, becanda sayang", goda Doni sambil mengapit leher Caca dengan kedua tangannya.

"Sayang-sayang palalu botak", kesal Caca.

"Ye...enak aja , yodah tunggu disini gue ambil motor dulu ok", pinta Doni.

"Cepettt!", teriak Caca.

Setelah motor Doni udah di depan Caca, caca pun berjalan mendekatinya lalu sebelum menaiki motor itu Doni memasangkan helm terlebih dahulu kepada Caca.

"Udah", ucap Doni setelah mengunci helm Caca.

Caca tak membalas ucapan Doni dan langsung saja menaiki motor itu. Doni langsung menyalakan motornya dan berjalan menjauhi pekarangan rumahnya.

Tanpa di suruh untuk memeluk pinggang Doni, Caca udah memeluknya lebih dulu sambil menyimpan kepalanya di atas bahu Doni.

"Kenapa? Tumben kaya gini, biasanya nanti disuru baru kaya gini?", tanya Doni.

"Hmmm pengen aja", jawabnya sambil mengeratkan kembali pelukannya.

"Cerita aja", tawar Doni sambil mengelus tangan Caca yang melingkar di perutnya.

"Ga papa kali Don, lagi mood aja", jelas Caca.

Mereka berbincang dan bercanda dalam perjalan hingga sekarang mereka telah sampai di parkiran sekolah. Caca melepaskan pelukannya dan begitu juga helmnya lalu merapikan rambut dan pakaiannya, begitu juga dengan Doni.

---

Semua siswa berada di dalam kelasnya setelah melaksanakan upacara yang biasa di lakukan setiap siswa-siswa pada hari senin. Kelas begitu rame dengan riuh-riuh siswa sambil menunggu gurunya datang.

Tak lama guru Fisika pun datang Bu Tati yang terkenal galak dan tegas.

"Ok kita lanjut pembahasan minggu lalu, buka halaman 157, perhatikan baik-baik."

Para siswa mengikuti arahan guru yang ada didepannya.

Doni. Dia sangat memerhatikan guru yang ada di depannya karna dia sangat menyukai hal-hal yang berbau angka dan rumus-rumus. Berbeda dengan perempuan yang ada di sampingnya Caca dia sama sekali tidak niat mengikuti pelajaran Bu Tati dia sangat pusing dengan apapun yang dijelaskan dan di tulis oleh Bu Tati.

Semua siswa tak ada yang berani berbicara atau sekedar batuk maupun berdehem. Suasana kelas saat ini di selimuti ketegangan dan terasa sangat sunyi, hanya terdengar suara Bu Tati yang sedang menjelaskan.

"Ok sekarang tulis dan coba latihan dengan soal yang telah saya buat!", perintah Bu Tati.

Semua siswa pun melakukan apa yang di perintah Bu Tati.

"Donn ajarinnnn",rengek Caca sambil mendorong bukunya ke depan Doni.

"Iya-iya, sini yang mana lu ga paham hm?", tanya Doni

"Semua",ucap Caca lalu berbaring di atas meja lalu bangkit kembali takut di marahi ama Bu Tati.

"Ampun dah, yodah sini gue ajarin", ucap Doni.

Caca pun memerhatikan Doni yang sedang menjelaskan materi itu kepadanya dah dia betul-betul memperhatikan setiap kata maupun tulisan yang di lakukan oleh Doni, sekiranya ada yang masuk walau sedikit ke otaknya.

"Sekarang Ibu akan tunjuk satu orang buat maju kedepan jawab soal latihan ini tanpa bawa buku kalian".

Semua siswa tegang dibuatnya dalam hati semoga dirinya tidak di tunjuk oleh guru di depannya itu untuk menjawab soal.

Bu Tati memerhatikan semua penjuru kelas dan melihat siapa yang akan dia tunjuk biat maju kedepan.

Tanpa menunggu waktu lama Bu Tati menunjuk satu orang siswa yang duduk dideretan ke lima dari depan.

"Kamu maju!", tunjuk bu Tati.

"Saya bu?", tanyanya untuk memastikan.

"Iya Raisa Anatasya Putri, pake nanya lagi", ucap bu Tati.

"Tapi bu, sa....s..saya--

"Ga ada penolakan, maju!",perintahnya.

Disebelahnya Doni memegang kuat tangan Caca dan memberikan semangat padanya.

"Lo pasti bisa, gue yakin kan tadi uda gue ajar", Doni memberikannya semangat.

Caca senyum menggapinya dan melangkah maju ke depan.

---

Bagaimana dengan nasib Caca apakah dia bisa menjawabnya?

Liat aja...

Tbc!!!

Jan lupa vote dong:)

Vote dulu!

---

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

》You And Me 《Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang