Beat It!

6 0 1
                                    

          Akhirnya pula sekolah juga. Aku lebih lelah hari ini karena ada rapat dadakan. Jadi, tadi aku harus mengejar bus tapi akhirnya terlambat juga. Ya sudah, menunggu bis berikitnya 20 menit lagi.

          Sekarang aku masih berjalan menuju rumahku yang bisa dibilang perumahan komplek kecil. Aku baru sampai gerbang. Harusnya sudah sampai rumah tapi karena kelelahan aku mampir dulu ke sebuah market untuk membeli kopi. Sebenarnya, karena aku malas pulang ke rumah. Tadinya aku mau pulang ke kafe,  cuma hari ini aku tidak ada shift jadi apa boleh buat. Terpaksa.

          "HOI! Anak Terbuang!" Seseorang berteriak dari lapangan futsal ketika aku menarik tudung jaketku lagi.

          Aku berpura-pura tidak mendengar dan terus berjalan.

          "Hei! Bocah sialan. Tengok dong kalau dipanggil anakku!" Tiba-tiba ada yang ngamuk dari rumahnya. Bisa dibilang, orang yang mengamuk itu adalah orangtua dari anak yang memanggilku dengan kasar.

         Bodo amat. Jalan saja terus. Anggap saja, radio rusak.

         "Oh, pura-pura tidak dengar,ya?!"

          "Kalau kau mau omonganmu disahut, tolong yang sopan." Kataku datar tanpa menghentikan langkah. Eh, sudah sampai rumah ya?

           Rumahku berwarna hitam-putih dengan taman penuh bunga. Aku memiliki halaman belakang yang biasanya digunakan untuk kerja kelompok atau group outing discussion. Tempat ini sengaja dipilih oleh semua anggota karena sejuk. Ya.... harus kuakui halaman belakang rumahku memang teduh dan sejuk. Kadang kalau benar-benar lelah, aku belajar disana dan alhasil.... ketiduran_-. Lagipula tak ada siapa-siapa kan di rumahku kecuali aku sendiri.

            Sampai di dalam rumah aku mengecek kamar. Tepatnya mengecek kulkas pribadi. Kubuka kulkasnya dan....... bahan makananku habis. Huft... berarti aku harus berburu lagi. Kututup barang itu dan melempar tas ke samping tempat tidur. Kubanting tubuhku ke kasur dengan tangan terbuka. Mataku menutup sebentar karena tiba-tiba pusing. Tak hanya itu aku membayangkan jika nanti aku bertemu dengan investigator di jalan. Aku malas berhadapan dengan mereka. Bukannya aku tidak berusaha ya. Tapi, kalau saja tertangkap, belum baku hantamnya, belum kelaparannya. Ya semua nanti akan menjadi kesatuan dan menjadi 'kesialan' yang luar biasa.

           Aku bangun dari rebahan lalu melepas jaket yang kukenakan dan melepas penutup mata kanan karena ingin cuci muka. Kuikat poniku ke belakang bersama rambut lainnya. Dan langsung ngacir ke toilet.

          "Eh, Mrs. Eseron. Tahu penghuni rumah hitam-putih itu tidak?" Aku mendengar seseorang menyebut warna rumahku.

         "Ah, iya. Saya tahu. Remaja yang namanya Jacob Anderson, kan?" Sahut seorang lagi.

         "Kenapa kau terlalu berbaik hati padanya, huh? Dia, kan laki-laki. Dan ia tidak pernah mau bergabung dengan kita semua. Dia juga sangat tidak sopan dengan kita semua."

        Zraak Hatiku seketika hancur. Apa aku sejahat itu pada orang-orang disini? Apa aku terlalu egois tinggal disini? Padahal aku sudah banyak membantu semua orang disini. Aku hanya Trauma! Aku takut disakiti lagi di luar!

          "Darimana tidak membantu? Dia benar-benar sangat penolong. Dia sangat serius dalam mengerjakan sesuatu. Dan ia juga sangat teliti."

         "Tapi dia pernah menyakiti anakku, tahu."

        HENTIKAN!

        Kuhancurkan cermin di depanku. Rasanya aku ingin mati saja.  Rasanya sangat hampa.  Hidupku benar-benar menyedihkan.  Tanpa orangtua, dihina orang-orang, bayangan kematian senantiasa mengejarku. Tak ada tempat bernaung untukku dari itu semua. Frustasi. Aku hilang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blue Hybrid. Vol.1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang