Akhirnya, penghujung tahun 2019 telah tiba. Seperti tahun-tahun sebelumnya, sudah waktunya saya menulis catatan akhir tahun saya sekedar sebagai refleksi tentang apa saja yang terjadi dalam satu tahun ini. Bagaimana saya bisa jujur dengan diri saya sendiri dan mencatat momentum terbaik yang terjadi pada tahun ini.
Tahun 2019 bagi saya adalah tahun yang menakjubkan, banyak hal yang terjadi dalam kehidupan saya, banyak proses menuju hal-hal yang saya tuju, dan lambat laun saya bisa mengerti mengapa Allah mengabulkan doa yang selalu saya panjatkan sejak 6 tahun lalu pada tahun ini. Ya! Allah sedang menyelamatkan saya. Memberikan apa yang saya minta saat saya benar-benar siap menerimanya. Akhirnya saya menyadari akan hal itu.
Puji syukur atas Allah yang telah memberikan karunia begitu luar biasa bagi keluarga saya. Kami diberi kesehatan dan rejeki yang begitu menenteramkan hati. Tak lupa pula terima kasih untuk Ibu, kakak, keluarga dan saudara serta sahabat-sahabat yang senantiasa ada untuk mendampingi saya. Semoga Allah selalu membimbing kita pada jalan yang lurus dan menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang banyak bersukur.
Diantara banyaknya karunia Allah tersebut, ada satu hal yang paling saya syukuri dan menggembirakan hati dalam tahun ini: yakni Allah memberikan pada saya sebuah kesempatan untuk mempelajari tafsir Al-Qur'an. Memberikan kesempatan kepada orang yang buruk seperti saya ini, yang tidak hobi membaca, tidak pintar. MasyaAllah ...
Kesempatan itu datang dengan tanda-tandanya pada akhir tahun 2018. Di kala itu saya melalui hari-hari saya dengan perasaan begitu gelisah. Seperti ada sesuatu yang salah dalam hidup saya ini. Perasaan yang tidak enak sekali. Saya selalu berpikir apakah hidup yang saya jalani ini sudah benar ataukah salah, sedangkan pedoman (Al-Qur'an) hidup saya, jarang sekali saya baca, dan celakanya saya tidak tahu arti dari Al-Qur'an yang saya baca. Memang sesekali saya membaca terjemah, namun secara acak pada surat/ayat favorit saja.
Saya berucap dalam hati, "Hamba macam apakah aku ini, bila sejak lahir hingga mati saya tak pernah tahu apa yang ingin Allah katakan pada saya dalam Al-Qur'an"?
Tanpa berpikir panjang, saya mengumpulkan teman-teman yang berkeinginan sama dengan saya, dan membuat sebuah kegiatan membaca terjemah Al-Qur'an hingga hatam. Saya berpikir alangkah baiknya jika kita belajar bersama-sama agar kita bisa saling memberi semangat dan berbagi pengalaman. Syukur alhamdulillah, kegiatan itu selesai dalam 1 bulan (Satu hari satu juz) karena kegiatan kami itu hanya membaca terjemah saja, tanpa harus mendalami.
Ternyata meluangkan waktu 1 jam perhari untuk membaca terjemah itu ternyata bukan hal yang mudah. Selalu saja datang benturan secara tak terduga dengan rutinitas sehari-hari. Dan saat kegiatan membaca terjemah itu telah selesai, saya berkata dalam hati, "Yaa Allah, pesan-Mu sudah saya terima".
***
Akhir tahun 2018. Ternyata setelah menyelesaikan membaca terjemah, saya dan sahabat-sahabat saya merasakan hal yang sama, kami membutuhkan penjelasan dari Al-Qur'an lebih lanjut, kami takut salah memahami Al-Qur'an dan kami sepakat untuk membuat grup membaca Tafsir sebagai jawaban dari kerisauan kami saat itu.
Setelah meneliti beberapa kitab tafsir yang ada, pilihan saya jatuh kepada kitab tafsir dari Ibnu Katsir. Kitab tafsir Beliau ini sangat lengkap dalam pembahasan, banyak didukung dengan hadits, sesuai dengan terjemah Al-Qur'an dan menjadi rujukan Ulama tafsir yang lain.
Setelah kami hitung-hitung, kami sepakat membaca 20 ayat perhari meliputi membaca Al-Qur'an, terjemah dan tafsirnya sekaligus. Jadi kami akan membutuhkan waktu 11 bulan. kegiatan kami mulai tanggal 1 januari 2019 dan jika sesuai target maka kegitan kami akan berakhir sekitar bulan November 2019.