1. Sekolah baru

176 20 33
                                    

Namaku Shasha Liana Jordi. Sekarang aku berada di sekolah baru, lebih tepatnya di dalam kelas menghadap murid-murid yang aku tak tau nama mereka siapa. Yang aku lakukan sekarang itu hal yang aku gak suka, rasanya...

"Hai, namaku Shasha Liana Jordi. Senang bertemu dengan kalian." Lalu aku tersenyum ramah.

"Shasha, namaku juga Jordi. Jangan jangan kita...." belum sempat selesai bicara, yang namanya Jordi itu dipotong oleh teman sebangkunya.

"Aku jodoh kamu sha."

Seketika kelas penuh dengan tawa, Shasha juga ikut tersenyum kikuk.

"Sha aku boleh minta no whatsapp kamu gak?" Kata salah satu cowok yang duduknya berada di tengah tengah.

"Jangan sha, dia playboy nya kelas. Udah banyak korban di sini." Aku langsung menatap perempuan itu.

"Kemakan omongan kan lu, hahaha." Ucap yang bernama Jordi itu lagi.

"Ih apaan sih lu Jordi." Sambil melemparkan pulpennya.

"Makasih ya dian, lumayan."

"Iya sama sama. Gue iklas banget kok ngasih pulpen kosong, haha."

"Udah udah. Sekarang Shasha duduk disana." Ibu Vita menunjuk bangku kosong. Aku langsung berterima kasih.

Posisi tempat dudukku itu di belakang dekat jendela~memperlihatkan lapangan yang begitu bersih. Ada stopkontak, duduk sendiri itu adalah tempat ternyaman bagiku.

Bu vita guru biologi, semua anak anak di sini sangat serius mengikuti pelajaran ini. Meskipun ada saja anak yang mengantuk.

Semua anak anak tertawa apa yang dijelaskan oleh Bu vita lalu teralihkan dengan suara pintu terbuka. Aku menatap sosok cowok bertubuh tinggi, rambut berantakan, berkulit putih, memiliki lesung pipi, tatapan dingin.

Wah, dia sangat mengesankan. Baru pertama kali aku melihat seorang murid datang pukul 9, apa benar benar kesiangan? Apa disengaja?

"Maaf bu, saya kesiangan."

"Rekor cino sekarang ganti, pukul 9. Panutanku." Celutuk Jordi.

"Nanti menghadap ke meja ibu." Ucap ibu Vita begitu saja. Hah? Dia tidak dimarahi sama sekali. Apa dia sering begitu sampai ibu males memarahi nya? Aku tersenyum tidak percaya sampai mataku bertemu dengan mata yang bernama Cino itu. Tatapan itu tidak bersahabat. Tunggu, aku duduk dengan Cino ini, wah serius?

Cino langsung duduk di sampingku, mataku langsung mengalihkan ke arah jendela melihat lapangan yang sudah dipenuhi murid murid untuk berolahraga.

Aku memberanikan diri untuk memperkenalkan siapa aku. Aku tidak mau suasana menjadi akward.

Aku mengetuk pelan ke meja Cino, ia menoleh. Aku langsung mengulurkan tanganku. "Gue Shasha." Seketika aku menyadari kebodohanku sendiri, kenapa juga harus mengulurkan tanganku. Yang bernama cino itu hanya melihatku atas bawah tanpa memperdulikan tanganku yang dari tadi menunggunya.

Tidak berpikir panjang aku menurukan tanganku, Cino langsung menyentuh tanganku dan menarik tanganku, badanku juga ikut tergeser ke arah dia. Ia mendekati telingaku sambil berbisik.

"Lo udah menempati tempat duduk gue, gak mau tau lo harus pindah."

"Cino Shasha, kalian lagi ngapain?"  Aku langsung menjauhkan diriku dan menatap ibu Vita tersenyum.

"Wah cino udah ngegas duluan nih. Saingan kalian berat guys ada cino." Aku menatap Jordi tidak mengerti.

"Sudah sudah. Tadi ibu udah sampai mana?" Aku fokus kembali kepada ibu Vita sedangkan orang di sampingku mungkin sudah ada di dunia mimpi. Wah dia sepertinya tidak berniat sekolah.

***

Sekarang waktunya Istirahat, anak anak kelas mendekatiku sekedar bertanya, ada juga yang memperkenalkan dirinya. Jangan tanya Cino ada dimana, dia sudah keluar setelah bel mungkin dia pergi ke ruang guru untuk bertemu bu Vita, ah sepertinya tidak mungkin.

Anak anak sudah keluar untuk mengisi perutnya, kecuali aku, Laras, dan Sekar. Kita makan di kelas dengan bekal masing masing, kita saling berbagi.

Aku langsung dekat dengan Laras dan Sekar tanpa ada rasa canggung, syukurlah aku punya teman di sini. Aku melihat Cino masuk kelas dan mengarah ke mejaku. Ya tentu saja, dia kan teman bangku ku.

"Lo gak akan pindah dari tempat itu?"

"Ah iya, maaf sebelumnya." Aku langsung membereskan nya lalu pindah.

"Cino lo jangan dingin banget sama temen bangku lo ih. Gue greget banget tau sama lo." Ucap Laras.

"Iya baik baikin tuh temen baru lo." Ucap Sekar sambil makan.

Orang yang di ajakin ngobrol malah diam saja. Mungkin itu sifatnya, irit bicara. Ia hanya duduk sebentar lalu pergi kembali.

"Sha cino baik kok orangnya, jangan nanggepin sikapnya, ketusnya dia. Emang dia mah gitu orangnya. Jangan masukin ke hati kalo bareng dia mah." Ucap Sekar.

"Iya kok tenang aja. Apa dia suka sendirian?"

"Hmm, iya kayak keliatannya aja gimana." Ucap Laras "Tapi dia deket kok sama jordi algi." Tambah laras.

"Gue denger sih mereka deket udah semenjak SMP." Ucap Sekar

"Iya? Wah mereka betahan ya." Ucap Laras.

"Ish gak boleh gitu." Kata aku. Aku dengan yang lainnya melanjutkan cerita tentang sekolah, bagaimana sekolah ini, bagaimana guru guru disini, siapa saja anak anak famous di sini, ternyata Cino salah satu anak famous di sini iya sih dia cukup tampan. Ya aku akui itu.

***

Aku berdiri sendiri melihat lihat isi mading, ada satu poto yang membuatku penasaran. Di dalam foto itu ada beberapa anak anak yang tersenyum lebar yang telah memenangi lomba O2SN di bidang basket. Mataku tertuju satu cowok yang memegangi piala, bagiku dia sangat familiar.

Wajahku sedikit maju melihat orang itu kembali sambil menunjuk nunjuk, lalu mengambil ponselku untuk memotretnya. sepertinya aku pernah bertemu dengannya, tapi aku tidak ingat dimana. Aku mendengar suara ketukan, aku menoleh. Lalu menggeser mungkin dia juga ingin melihat foto itu.

Tunggu, dia kan orang yang di foto. Aku shock, menahan nafas, bahuku ke atas dan mataku melotot. Apa dia melihat apa yang aku lakukan tadi.

"Kenapa?"

"Hah? Nggak apa apa." Aku masih menetap di sini sambil melihat seorang cowok di sampingku, seharusnya aku tidak seperti ini sama aja ini akan memalukan.

"Kenapa?"

"Ah, aku Shasha dari kelas 11mipa3. Oh yah aku anak baru di sini." Sungguh ini memalulan sekali, kenapa aku harus memperkenalkan diri, kenapa tidak pergi saja. Wah..

Seseorang di depanku ini menatapku dari bawah ke atas, seperti yang di lakukan  Cino. Apa aku juga akan di abaikan lagi? Menyedihkan sekali Shasha.

Benar saja dia hanya menatapku lalu pergi, aku menunduk. Aku kesal dengan diriku, kenapa aku selalu bersikap berlebihan.

"Gue Shaka." Cowok itu kembali. Aku kaget tidak bisa berkutik, yang namanya Shaka itu tersenyum kecil lalu meninggalkanku. Aku menatap punggungnya sambil tersenyum.

•••

Terima kasih sudah membaca cerita Heartbeat

Aku ingin minta pendapat menurut kalian cerita ini bagaimana?

-chacha-

02 Januari 2020

HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang