Cinderella, putri seorang pengusaha sukses yang tumbuh tanpa didampingi seorang ibu, pada hari dia lahir adalah hari terakhir sang ibu menghembuskan napas. Pada usia ke-8 tahun ayahnya memutuskan untuk menikah lagi, semua itu ia lakukan untuk anaknya. Ia tak ingin anaknya terus merindu sosok Ibu yang hanya bisa dilihat dalam pigura kolot. Namun, Ella harus bisa merasakan kembali tumbuh dalam peluk dan kasih nyata seorang Ibu.
Sebuah kebetulan, tidak hanya seorang ibu yang baru, dia juga memiliki dua saudara baru yang memiliki umur yang sama dengannya, namanya Anatasia dan Charlotte. Keluarga baru Ella sangatlah hangat, kasih dari ibunya bak mentari di pagi hari. Hari demi hari selalu dipenuhi dengan tawa dan canda dan pada setiap sore mereka selalu menunggu sang ayah pulang di pekarangan rumah. Setiap mereka melihat kereta kuda yang dinaiki sang ayah mereka berlari secepat yang mereka bisa untuk melepas rindu dan tentu saja untuk menaiki kereta yang tak mampu mereka kendarai.
Hujan yang tiba pada awal musim panas itu membawa pertanda buruk bagi keluarga Ella. Bukan ayah mereka yang datang saat sore, melainkan seorang pembawa duka yang berdiri menghadap sang Ibu dan anak-anaknya. Mujurnya, hujan yang turun berhasil menyamarkan jeritan pilu mereka agar tidak terdengar terlalu menyayat hati. Yang sangat terpuruk tentu Ella, gadis itu tahu betul tabiat hati-hati ayahnya dalam berkendara. Jadi, berita tentang kecelakaan ayahnya, masih sulit ia cerna.
Hari yang Ella lewati menjadi kacau tak karuan. Sang ibu terus mencoba mengobati luka Ella, hidupmu masih belum berakhir nak, angkatlah kepalamu dan cobalah untuk menjadi rela atas kehilangan. Karena bagaimana pun juga ini semua adalah bagian dari kehidupan. Tuntas sang ibu karena lelah melihat anaknya putus asa.
Lima tahun sudah berlalu semenjak kematian sang ayah. Kini, Cinderella kecil telah menjadi seorang remaja cantik pujaan para pujangga di desanya. Pada sebuah sore sang ibu menyuruh ketiga anaknya untuk membeli beberapa potong roti di balai kota. Sebelum mereka memasuki toko yang dimaksud, Anastasia tidak sengaja melihat sebuah poster tertempel di dinding toko tersebut.
“Pada malam jumat terakhir, istana mengundang seluruh rakyat untuk menghadiri pesta ulang tahun Pangeran Charm.” Dengan antusias, Anastasia memberitahukan berita yang baru saja dia baca kepada kedua saudaranya yang juga tertarik mendengarnya. Jadi, segera setelah memenuhi permintaan sang Ibu, dengan cepat mereka pulang dan mempersiapkan segala perlengkapan untuk pesta yang akan datang.
Keterampilan menjahit ketiga remaja ini tidak bisa dianggap remeh. Gaun yang mereka buat untuk pesta benar benar memanjakan mata, bahkan sang ibu yang mengajarkan mereka menjahit cukup terkejut dengan hasil ketiga anaknya. Hanya tinggal sepasang sepatu yang kurang. Mereka kebingungan, tidak ada satu sepatu pun di balai kota yang sesuai dengan selera mereka.
Tak berselang lama, Ella ingat pada saat ulang tahun Anatasia yang ke-12 sang ibu pergi seharian menuju kota yang ada di balik hutan hanya untuk memenuhi keinginan anaknya yang terus merengek menginginkan sepatu baru yang dia desain sendiri. Ella pun berinisiatif untuk pergi ke kota yang ada di belalang hutan untuk sepasang sepatu yang telah ia rancang. Kedua saudaranya setuju dan mereka memutuskan untuk pergi pada pagi berikutnya.
Tiga hari menuju pesta.
Mereka berjalan penuh dengan hati-hati karena takut membangunkan sang ibu. Sebelum benar-benar memasuki hutan mereka tertawa terbahak-bahak menertawai rasa takut mereka.
Di sisi lain, setelah keberangkatan mereka rakyat di hebohkan dengan berita hilangnya Pangeran Charm.
........
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinderella
Fantasytiada kisah yang lebih menarik daripada kisah yang disajikan oleh sang maha kuasa