Pyarrr ...."Shadaqallahu ..." Pria dengan setelan baju koko dan peci mengakhiri bacaannya sebab mendengar suara seperti kaca pecah dari arah belakang tempatnya mengaji. Ia menoleh ke belakang dan mendapati seorang wanita dengan celana jeans, jaket kulit dan penutup wajah hitam memasuki kamar tidurnya. Vas bunga yang tadinya terletak di sudut kamar sudah pecah berserakan di lantai. Ia mengira wanita itu yang memecahkannya entah sengaja maupun tidak.
"Hey! siapa kamu?" tanya pria pemilik rumah dengan nada tinggi seakan-akan ingin menginterogasinya. Wanita itu masih saja berdiri di tempat sambil memandang pemilik rumah dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Karena tidak ada respon dari yang ditanya, pria muda itu melangkah maju berniat menghampiri lawan bicaranya. Baru satu langkah pria itu dibuat kaget dengan aksi si wanita. Ia menyodorkan sebuah pisau tajam berkilau ke arahnya sambil maju mendekatinya.
Keringat mulai bercucuran dari keningnya, pria itu hanya bisa meneguk saliva sambil berjalan mundur. Tangannya berusaha meraih sesuatu namun gagal, ia merasa nasib buruk akan menimpanya saat ini. Jika tahu akan terjadi hal mengerikan seperti ini ia akan berjaga-jaga dan mempersiapkan diri. Pisau semakin dekat dengan lehernya bahkan rasa dingin yang disalurkan bisa ia rasakan.
"Tolong hentikan! Jangan bunuh saya." Suara pria itu terdengar gemetar. Tubuhnya menempel tembok, ia memejamkan mata sedangkan bibirnya terus melafalkan zikir. Setengah menit berlalu namun tidak terjadi apa-apa padanya. Ia berpikir apakah saat ini dirinya berada di dunia lain? Apakah ia sudah mati? Tapi pikirannya itu terpatahkan saat ia mulai membuka matanya dan melihat wanita psiko tadi mundur beberapa langkah dengan kelopak mata yang terlihat memerah dan berair seperti mau menangis. Ekspresi wajahnya tidak bisa terlihat karena tertutup masker. Badan wanita itu bergetar hebat sampai pria pemilik rumah mendengarnya, bahkan pisau yang ingin menghunus lehernya jatuh ke lantai akibat getaran hebat tubuhnya.
"To-tolong saya! Saya mohon selamatkan saya!" pintanya tiba-tiba setelah menjatuhkan pisau. Pria pemilik rumah merasa takut, tetapi juga bingung. Pasalnya wanita itu yang mau membunuhnya lalu kenapa dia yang minta diselamatkan. Aneh pikirnya.
"Cepat kita harus keluar dari sini! Nyawa kita dalam bahaya!" ucapnya lagi. Kali ini suaranya terdengar sangat serius dan menekan.
"Hey! kau mendengar ucapanku 'kan? Ayo!" Wanita itu merengek mendekati pria muda yang sejak tadi hanya diam di tempat entah apa yang ia pikirkan.
Terdengar suara langkah kaki orang berlari mendekat ke arah dua sejoli yang masih tidak sadar dengan keadaan di sekitarnya, tidak hanya satu orang tapi lebih dari tiga orang yang berlari. Suara itu semakin mendekat dan semakin terdengar jelas.
"Dor ... dor ...." Tiba-tiba pintu kamar terbuka dari luar dan terjadi kekacauan karena ledakan pistol.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terang
Teen FictionDemi kebahagiaan keluarganya, Keisya rela mengorbankan diri menjadi Tenaga Kerja Wanita di Negeri Jiran. Keputusannya untuk pergi ternyata bukan pilihan yang tepat, ia tenggelam ke dalam dunia gelap. Menjadi anggota sebuah organisasi kriminal atau M...