Biarkan aku terus menjalani kebodohan ini, kebodohan yang bisa terus bersamamu meskipun menyakitkan.
***Setelah kejadian pertengkaran tadi, Arga tiba-tiba menjadi orang pendiam. Jangan kan bicara, senyum pun dia enggan.
Mau nanya, takut bikin mood nya tambah hancur. Yaudah deh, gue tunggu aja dia ngomong.
"Ly," yes akhirnya
"Kenapa Ga?"
"A-apa bener, selama ini aku udah sering nyakitin perasaan kamu?."
Apa harus Ga lo tanyain pertanyaan, yang udah jelas-jelas lo ketahui jawabannya?
"Engga kok Ga," bohong gue, mana tega gue jujur ke Arga, saat-saat gue tau dia keliatan sedih begini.
"Jujur Ly," tatapannya sendu.
Dan Arga pun akhirnya meninggalkan gue, entah mau ke mana. Tapi gue ngga berusaha mengejar karena gue tau dia butuh waktu sendiri.
"Ly sorry," ucap seseorang tiba-tiba
Adrean, ya itu Adrean!
"Niat gue cuma bercanda, tapi you know lah tadi?," lanjut nya
Gue hanya tersenyum.
"Tapi benar kan apa yang gue bilang, satu sekolah tau dia selalu nyakitin lo Ly, dan lo masih bertahan?,"
"Atas nama Arga gue minta maaf, dan atas nama diri gue sendiri, gue harap lo ngga ikut campur masalah hubungan gue," ucap gue dengan suara datar
Setelah itu gue segera pergi, memangnya siapa dia? mengomentari hubungan gue dan Arga Menyebalkan!
***
Hari sudah sore dan Arga belum memberi kabar pada gue, jujur gue khawatir, takut Arga kenapa-kenapa, gue telpon ngga diangkat, gue chat ngga dibalas, gue kerumahnya tadi pun ngga ada.
"Dimana sih lo Ga? Gue khawatir,"
Tiba-tiba seketika gue ingat, tempat Arga untuk menenangkan dirinya.
"Ngga salah lagi, pasti pohon mangga! dia kan paling seneng manjat, ok gue harus ke perkebunan mangga terdekat disini sekarang,"
Setelah sampai diperkebunan gue lega Arga ternyata memang benar ada disini. Tapi-
"Siapa lagi perempuan yang Arga peluk ya allah?," gue menggeleng kan kepala lantas pergi meninggalkan perkebunan dengan hati yang serasa diremas
Gue berjalan menuju taman komplek, kemudian duduk di ayunan yang disedia kan oleh taman komplek.
"Ini bukan sekali dua kali, tapi kenapa selalu sakit ya? apa gue ngga pernah dianggap oleh Arga? Sebetulnya ada ngga sih nama gue dihati Arga?,"
Gue menangis sejadi-jadinya, sampai tak menyadari hari sudah mulai menggelap.
Tiba-tiba, ada seseorang yang menyodorkan sapu tangan nya.
"Masih bersih," ujar nya.
Gue menurut mengambil sapu tangan kemudian, menghapus jejak-jejak air mata, dan sekalian membuang ingus gue.
"Ini" gue mengembalikkan, sapu tangannya.
Dia terlihat kaget, tapi menurut mengambilnya.
"Eeh, ok,"
Setelah itu gue mengamati wajahnya. Sepertinya gue pernah melihatnya, tapi dimana?
"Arga lagi?" tanya nya meremehkan