Semut-semut itu berbaris rapi
Mulai berjalan dengan penuh afeksi
Satu diantaranya mulai menepi
Mengejar gulali?
Bukan bung; filantropi
Ah, dia yang menepi mengumpat tak sudi
Sayang, lisan tiada berani
Tapi senyum?
Oh tentu saja tersimpul rapiDari tepian datang kawanan
Satu per satu mulai tergait perasaan dan melupakan barisan
Tinggal seekor serat keputusasaan
Ia berucap dalam perasaanAku lelah!
Kenapa selalu aku yang mengalah?
Aku tidak mau menyerah
Tapi kalian menutup telinga seolah berkata 'terserah'
Aku pasrah.Untuk Kalian
Ran
