Satu

545 19 3
                                    


10 Agustus 2015

°°°

Sebuah bingkai yang kusam dan tak terawat meninggalkan kesan yang begitu menyakitkan. Kesan yang tak akan dilupa meskipun sudah puluhan hari bahkan ribuan bulan lamanya. Sebuah peristiwa beberapa tahun lalu, membuat secangkir kenangan yang indah tumpah seketika. Andai waktu bisa diulang, pasti hari itu tidak akan ada.

Kemarin mungkin merupakan peristiwa yang menakutkan, tapi yakinlah. Esok dan seterusnya pasti ada banyak hal yang menggembirakan sehingga bisa menggantikan hari yang kemarin.

Semenjak peristiwa itu, dunia seorang anak perempuan yang masih kecil berubah seketika. Dunianya kini menjadi dua. Pertama dunia yang orang lain dengar, dan dunia yang hanya dia bisa mendengarnya.

°°°

Anandhyta, gadis remaja yang biasa dipanggil Dhyta itu melangkah dengan semangat disekolah barunya. Sekolah yang akan dia tempati menimba ilmu selama 3 tahun kedepan. Baginya memulai sesuatu yang baru dengan senyuman itu adalah hal yang bagus. Begitulah kata-kata yang selalu terngiang ditelinga Dhyta.

"Bismillah, gue harap hari ini hari yang tidak buruk untuk gue" dengan langkah yang pasti Dhyta menuju keruang kepala sekolah.

Sesampainya diruang kepala sekolah, Dhyta memperkenalkan dirinya kemudian Dhyta diantar kekelas dimana dia akan belajar.

"Nah Dhyta, ini kelas kamu. Saya harap kamu suka dan bisa beradaptasi dilingkungan ini"

"Baik pak, terima kasih" kemudian dengan sangat pelan Dhyta memasuki ruangan yang begitu besar. Baginya mungkin ruangan ini bisa jadi ruang keluarga dirumahnya. Lamunan Dhyta buyar karena mendengar suara seseorang yang tak lain adalah wali kelasnya sendiri.

"Anak-anak, mohon perhatiannya sebentar. Kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri kamu"

"Terima kasih Bu. Ekhm, perkenalkan nama gue Anandhyta, kalian panggil aja Dhyta. Gue pindahan dari Bandung." singkat, padat, dan jelas. begitulah sikap Dhyta. tidak ingin beradaptasi dengan orang-orang disekitarnya.

"Selamat datang Dhyta. Nah apa ada kurang jelas dari penjelasan Dhyta?" kata Wali kelas Dhyta saat beliau memegang pundak Dhyta.

"Jika tidak ada, Dhyta kamu duduk disamping Rachel ya"

"Baik bu," dengan langkah yang pelan Dhyta menuju tempatnya. Tapi sebelum dia duduk dia mendengar wali kelasnya berbicara menatap Dhyta.

"Nanti datang ke ruangan ibu ya Dhyta." Dhyta cuman mengangguk dan langsung duduk.

"Hai, nama gue Rachel. Mungkin juga lo sudah tau"

"Iya, gue tau kok"gumam Dhyta dengan pelan.

"Gak usah risih sama gue. Lo biasa aja. Semoga lo betah disekolah ini ya Dhyta"kata Rachel dengan senyum khasnya kemudian mengalihkan pandangannya ke papan tulis.

"Mungkin Rachel orangnya baik. Dia juga gak punya pikiran yang jahat. Semoga gue bisa bertahan lama disekolah ini" gumam Dhyta dan langsung mencatat pelajaran hari ini.

°°°

Matahari menyinari sebuah ruangan, sinar matahari tepat mengenai wajah gadis cantik yang masih tertidur lelap. Dengan perlahan, Dhyta membuka matanya. Seperti biasa, Dhyta melalukan kegiatan rutinnya yang hampir 7 tahun dia tekuni, yaitu menatap foto anak laki-laki dan perempuan sedang bermain dengan wajah yang penuh kegembiraan.

"Gue gak akan bisa lupain lo, bagaimanapun gue berusaha, sekeras apapun yang gue lakukan. Gue tetap gak bisa lupain lo. Udah hampir 7 tahun lo ninggalin gue tanpa kabar, gue gak bisa tersenyum semenjak lo pergi. Lo cepat kembali ya."

Sepasang Sketsa [PENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang