Kebiasaan yang sangat tak ku sukai, memikirkan hal yang tak pantas difikir. Padahal berkali- kali telah ku kirimkan pesan untuk otak.
Dari: aku
Untuk: Otak
Berhentilah memikirkan hal yang tak pantas
Tapi sepertinya otakku sedang tidak sependapat dengan keinginanku, ia tetap saja bekerja keras memutar hal-hal manis yang telah kau toreh dikehidupanku dulu. Ia membujuk rasa inginku untuk tetap pada rasa nyaman yang kurasakan dulu.
Ku merasa lelah dengan keadaanku yang seperti itu, untungnya ku memiliki Ayah yang hebat. Ia menyuruhku untuk pindah Universitas, awalnya ku tak mau. Namun, setelah ku pikir hal itu akan dapat membantu keterpurukanku, aku mengiyakannya.
Ayahku berusaha keras mengembalikan semangatku setelah Arya meninggalkan aku dan memilih orang lain yang tak lebih sahabatku sendiri. Padahal kala itu antara Ayah dan Arya serta Ayah bundanya sudah dekat seperti keluarga, mereka telah merencanakan kapan kami menikah, yaitu hanya menghitung bulan, menunggu hingga Skripsi Arya Selesai. Sayangnnya dipertengahan Arya berjuang menyelesaikan skripsinya ia menemukan sosok yang membuatnya nyaman, dan itu sama sekali bukan aku, Ia adalah Kinan sahabat terbaik. Yah,, sahabat baik.
Aku mengenal Kinan sejak duduk dibangku SMP. Rumah kami cukup dekat, hanya beda kompleks saja, Aku Komplek D, Kinan bertempat tinggal di komlek C.
Kinan adalah seorang perempuan yang bisa menarik perhatian semua orang dengan penampilannya. Berkulit putih dan bertubuh mungil. Jadi tak heran jika Arya beralih arah dariku yang hanya berpenampilan sederhana tanpa polesan mek up ternama.
Saat SMP dulu, aku dan Kinan duduk satu bangku, kemana- mana kami bareng, ke perpus, ke taman sekolah, nonton sepak bola saat Class meeting, bahkan menikmati Mie Ayam Pak Selamet di kantin kamipun bareng. Dua Sejoli adalah julukan temen- temen kepada aku an dia.
Aku ingat betul, saat pertama kali aku dan Kinan mengenal Arya yang tak lain kakak kelas kami, aku yang termasuk anak ingin aktif di bidang organisasi intra sekolah, tentunya harus sering- sering mengikuti kegiatan di luar jam sekolah, seperti halnya harus mengikuti rapat yang diagendakan setiap Sabtu.
Kala itu adalah hari pertama aku menghadiri rapat OSIS, aku yang belum mengenal siapa- siapa di organisasi itu hanya terpaku menunggu di depan ruang yang bertuliskan kantor OSIS, lama ku menunggu disitu yang pastinya setia ditemani oleh Kinan, teman sejoliku, hehehe.
" Kara,, kok sepi ya? katamu rapat? Mana ini,?," ucap Kinan ditengah kebosanannya menemaniku.
" aku juga bingung nih Kin,, gak ada yang kenal lagi."
Kami menoleh secara bersamaan saat ada seseorang berpostur tubuh tinggi, berkulit bersih dengan tatanan rambut yang disisir rapi ke samping berjalan kearah kami, batinku berkata jadi ini Arya Putra Lastanto si ketua OSIS. Lalu, siku lengan kanan Kinan menyenggol lengan kiriku dan bertanya padaku
" Kara, itu siapa? Kamu tahu???"
Aku tersenyum merespon pertanyaan Kinan yang ku tahu alasan ia bertanya seperti itu, terlihat dari raut wajahnya ia terpesona.
" Kamu kara,?" Tanya laki-laki itu di depan kami.
Aku menoleh pada Kinan, dan menoleh kembali kea rah lelaki itu dan tersenyum sambil memanggut.
" Kamu, anggota OSIS baru bukan?"
" iya kak,," jawabku pelan.
" kamu? Siapa?" Tanya lelaki itu kea rah Kinan
" Oh ya, aku Kinan teman Kara"
"oh kinan,, btw kalian disini menunggu sesorang atau gimana?"
Melihat aku tetap diam dengan pertanyaan laki- laki tadi Kara memintaku menjawabnya.
YOU ARE READING
Kamu Kebiaaanku
RomanceKebiasaan yang sangat tak ku sukai, memikirkan hal yang tak pantas difikir