don't go + chaelix

don't go, 0.1

Ini sudah jam 12 malam. Dan perempuan cantik berpipi tembam itu masih berdiri di depan halte bus. Menatap kendaraan yang berlalu-lalang dengan khawatir.

Maniknya menatap ke langit yang hitam. Langit itu mengeluarkan tangis kecilnya. Kakinya gemetaran. Tak hentinya ia usapkan kedua tangannya gelisah.

drrtt.. drrtt..

Telepon genggamnya bergetar. Satu panggilan masuk. Tanpa disadari ia mengangkat ujung bibir kanannya. Rasa gelisahnya mendadak hilang begitu saja saat ia membaca nickname panggilan tersebut.

Yongbokie is calling...

Perlahan gadis itu menggeser logo telepon berwarna hijau. Mendekatkan teleponnya ke telinga mungilnya.

"H-halo?"

"lo dimana?!"

Pasti. Jelas. Pria di sebrang akan memarahinya di detik pertama sampai menit ke satu.

"Di depan seko—"

"LO GILA YA?! Gua kalap nyari lo dari tengah hari, mama lo khawatir tha, lo harus tau itu ... "

kalau kalian tanya apa saja kata-kata Felix dalam satu menit itu, isinya 90% marah-marah dan 10% nya khawatir.

gak gak, bercanda. Felix itu orangnya khawatiran.

Contohnya kaya sekarang gini. Niatnya tadi sih, Chaewon ingin kabur dari rumah. Ia mengalami hal yang sangat sulit hari ini. Terutama dengan mama.

"Gue jemput lo sekarang. Tunggu disitu, gausah nangis. Mending lo hitung mobil yang lewat di depan lo"

Setelahnya sambungan terputus.

Kata-kata Felix memang selalu bisa menyihirnya. Dan selalu bisa membuatnya jatuh cinta untuk yang ke ribuan kalinya.

Terdengar konyol, namun Chae justru melakukan hal yang dikatakan Felix.

"satu...

Dua...

Tiga...."

Mobil yang berlalu-lalang tidak begitu banyak. Mengingat ini sudah pukul setengah satu pagi. Dan juga faktor pinggir kota yang tidak terlalu padat penduduknya.

Ingatannya melayang pada percakapan mama dan papa, mantan suami mama.

Kalau saja boleh, ia tidak ingin mendengar percakapan itu.
Kalau saja boleh, ia tidak ingin mengenal Felix -nya.
Kalau saja boleh, ia tidak ingin dilahirkan di dunia ini.

Gadis itu bingung. Mengapa semesta tidak mengiyakan saja permintaannya?