Selembar Surat dari Mantan

11 2 0
                                    

Jika langit begitu indah dengan beraneka lukisan sang mega. Betapa indahnya hidupku dengan warna-warni cerita cinta bersamamu.

Saat ku pejamkan mata, hangat kurasa dekapmu. Sayup-sayup kudengar dirimu bersenandung kidung cinta. Lalu ku buka mata, kugenggam erat jemarimu, menatap manik matamu yang bicara cinta. Dengan terbata kuungkap satu cerita tentang cintaku padamu. Cintaku tak cukup diungkapkan hanya dengan lagu atau puisi. Tak bisa dilukiskan dengan sebentuk langit biru. Tak bisa sirna meski semua telah berlalu. Tak kan pudar meski tak lagi putih.

Saat mataku lelah menatap dunia. Nafasku tak mampu lagi berhembus. Jantungku pun enggan berdetak. Kutatap gambarmu lekat. Kuteriakkan namamu dalam hatiku. Kubisikkan pada langit pada Sang Bayu. Sampaikan padanya bahwa aku merindu. Ku ingin memeluknya, berada disampingnya. Yakinkan padanya, bahwa hati ini tak kan letih menyayanginya.

Gerimis membingkai raga. Menyisakan kabut menerawang jiwa. Melaut gelap jalan bersisik menahan perih dalam genggaman. Terajut kaku insan-insan karam melumuri kasur impian. Debarmu kudengar berdesir bersama angin malam. Membelai lembut kelopak mataku. Merajut pelangi malam melukis warna-warni cerita disela-sela gemerisiknya dedaunan. Aku berkabar. Kasih.. betapa sulit mengalahkan rindu yang hadir saat ini. Mereka bilang kamu disana, tapi kamu bilang kamu disitu. Aku gak peduli, karena yang aku tau kamu disini didalam hatiku.

Kasih, ku nantikan hadirmu.

Dekaplah aku dengan hangat kasihmu.

Selamanya, sepanjang waktu...

***

Kulipat kembali kertas kumal yang telah lama tersimpan disela-sela buku diperpustakaan. Sekelebat bayangan sosok lama yang pernah mengisi hati kembali berputar dalam ingatan. Masih ingatkah dirimu dengan tulisan ini yang pernah engkau kirim 7 tahun yang lalu padaku? Bagaimana perasaan kamu saat menulisnya. Apakah kamu ingin merobek-robek kertas yang kamu tulisi? Atau kamu ingin mematahkan alat yang kamu gunakan untuk menulis?

Kenapa setelah semua kebahagiaan itu berakhir, kamu berubah 180 derajat. Tidak ada lagi kelembutan yang tersisa darimu. Mana kelembutan yang dahulu mampu membuatku luluh dipelukanmu. Dimana kesabaranmu yang menghipnotis egoku? Apakah itu hanya topeng saat bahagia itu masih menyertai langkah kita? Ataukah itu memang sifat aslimu?

Kamu memang bukan yang pertama bagiku dan memang bukan yang terakhir untukku. Tapi aku sadar bahwa kamu juga pernah menetap tinggal dihatiku. Kamu juga pernah membantuku mengisi pustaka di perpustakaan cintaku. Sejujurnya, aku juga penikmat karyamu.

Dari karyamu aku tahu siapa kamu, meskipun mungkin tidak semuanya tentangmu. Dari karyamu aku tahu perasaanmu, meskipun mungkin tidak pernah kamu ungkapkan. Dari karyamu aku tahu bagaimana penilaianmu tentangku, meskipun gak pernah kamu katakan padaku. Karya yang mengekspresikan dirimu.

Saat ini memang aku sudah tak bersama denganmu. Tapi pustaka itu tetap tersimpan rapi sebagai bagian dari perjalanan hidupku. Terimakasih untuk yang pernah kamu berikan padaku dan maaf untuk yang pernah terjadi antara kamu dan aku. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SILAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang