Namaku Rian, mahasiswa semester 3, penganut paham, emm... mungkin setengah agnostik dan setengah deis. Pada kesempatan kali ini aku akan membagi kisahku tentang sebuah kisah. Sebuah kisah yang mungkin tidak akan terulang dan hanya terjadi pada satu masa pada hidupku.
Nah inilah kisahnya.
Berawal dari pagiku yang cerah dan agak berawan, aku terbangun dari tidurku, masih mengantuk dan mengusap mataku. Setengah sadar ragaku dan aku merapikan selimutku, aku tidak melihat sekitar, cukup hanya kulakukan mode autopilot yang biasa kulakukan tiap pagi. Selesai semua dan aku berbalik menatap sekeliling, kesadaranku sudah agak penuh, kulayangkan mataku menatap seisi kamarku, mengingat apa yang harus kulakukan hari ini dan jadwal apa yang akan kujalani hari ini. Pandanganku terhenti pada suatu objek asing yang tidak pernah ada di kamarku.
Sebuah cahaya.
Bola cahaya kecil yang melayang rendah.
Terkejut? tentu saja. Aku mundur beberapa langkah hingga terjerembab kebelakang yang untungnya dibelakangku adalah kasur. Aku bangun perlahan, mengucek lagi kedua mataku dan masih kulihat hal yang sama. Aku berjalan perlahan dan tanganku dengan gemetar mencoba meraih cahaya itu.
Tembus?
Oh tentu, ini cahaya, tidak memiliki massa.
Tapi tunggu? bagaimana bisa?
Kucoba genggam cahaya putih itu, redup sudah cahaya itu tertutup genggaman jemariku. Namun tiba-tiba cahaya kecil itu membesar dan menyilaukan mataku.
Aku menutup mataku.
Tiba-tiba kurasakan sebuah tangan yang hangat menyentuh pundakku. Aku membuka mataku dan melihat didepanku ada seorang pria berdiri disana, tangan pria itulah yang menyentuh pundakku. Hangat dan sangat nyaman sentuhan pria itu. Dibelakang pria itu kulihat terdapat 6 sayap berwarna putih yang begitu indah. Aku langsung bergerak mundur secara reflek, logikaku mulai bekerja dan memikirkan bahwa bukan sesuatu yang normal seorang pria memiliki 6 sayap dipunggungnya. Pria itu terlihat bingung beberapa detik kemudian tersenyum memaklumi.
"Majulah dan jangan engkau takut." Ucap pria itu.
"Siapa kamu?" Tanyaku.
"Akulah sang ciptaan pertama, buah sulung dari ke-maha-segalaanNya. Yang tercipta dari jaman yang jauh bahkan lebih jauh dari jaman yang bisa kau bayangkan." Jawabnya.
"Apa maksud perkataanmu?" Tanyaku.
"Makhluk pada zamanmu mungkin memiliki penyebutan yang berbeda bagi kami. Tapi kamilah makhluk dari tempat tinggi yang kalian sebut surga." Jawabnya
"Malaikat?" Tanyaku
Dia tersenyum lalu mengangguk, "Engkau adalah yang terpilih, mereka yang lahir pada setiap jaman memiliki satu juru tulis, mereka yang harus menceritakan tentang suatu kebenaran mengenai alam yang belum datang, pernah datang dan akan datang."
"Bahasamu terlalu tinggi, aku tidak mengerti." Keluhku.
Dia menyentuh dahiku dan seketika otakku seperti mendapat suatu hikmat untuk mengerti segala bahasa, pengertian tentang sesuatu yang baru seolah masuk dan ter-instal di dalam otakku.
"Sekarang akan kutunjukkan kepadamu tentang sebuah penglihatan, tentang awal jaman, tidak, bahkan jauh sebelum awal jaman dimulai dan juga menjelang pada akhir jaman."
Lalu dia memegang pundakku dan membawaku terbang pada suatu tempat. Kini dihadapanku terpapar sebuah tanah datar berbentuk persegi. Ditengah tanah itu aku melihat sebuah jam yang sangat besar dan masih bekerja, ukurannya adalah sebesar sebuah planet dan di tiap tempat yang seharusnya terdapat angka ada lambang-lambang yang tidak aku mengerti, jarumnya berputar sangat lambat.
YOU ARE READING
Untold Story of heaven
Fantasy[TRIGGER WARNING : KONTEN INI TIDAK TERKAIT OLEH AGAMA MANAPUN DAN MURNI FIKSI] Awal dan akhir. Penciptaan dan kiamat. Misteri yang selalu gagal dipecahkan manusia sebab tak pernah mereka melihat langsung dan Rian adalah satu dari milyaran atau leb...