Prolog

28 2 0
                                    

10 Desember 2019

Aku adalah Purnama yang merindukan pelukan Langit malam. Menanti di balik riak Awan, mencoba mencari dirimu yang begitu ku dambakan, namun tidak kunjung ku temukan.

@*~*~*~*~@

'Tenang dan hitam'

Kata orang, semakin tenang air maka akan semakin menakutkan dan semakin hitam air, itu berarti menunjukan seberapa dalam ia dapat menelan.

Disini aku, memandang sungai itu dari atas, seolah ingin berlari kepelukannya secepat mungkin. Derita hidup yang ku jalani begitu menyakitkan, suami yang memilih wanita lain, ibu mertua yang memperlakukan ku seperti seorang pembantu dan di tambah aku tidak dapat memberikan mereka keturunan.

"Dasar tidak berguna, seharusnya kami tidak memungutmu dari panti asuhan."

"Aku akan menikah lagi Jieun."

"Kau sampah tidak berguna di rumah ini, pergi kau dari sini."

Kilasan memori menyakitkan itu berputar bagai sebuah film di otakku. Seorang istri yang tidak mampu memberikan keturunan untuk keluarganya adalah sampah tidak berarti, begitulah aku di mata mereka.

Cairan bening ini terus mengalir di pipiku, aku ingin mati saja. Berharap penuh pada sang pencipta di kehidupan selanjutnya, aku mendapat pelukan langit malam bukan pelukan air kelam.

BYURRRR

@*~*~*~*~@

Knock Knock

"Jieun bangun, sudah pagi,"

"Jieun,"

Suara itu begitu nyata di pendengaranku, tidak asing. Suara yang setiap pagi menjadi alarm di masa mudaku.

"hah.hah..hah..."
"Jieun, kau mimpi buruk nak?" Tanya Bunda Jihyo khawatir.

"Bunda?" Gumamku dengan raut wajah kebingungan.

"Kenapa wajah mu seperti itu? Seperti melihat hantu saja."

Aku mencoba memahami situasiku saat ini, kembali memutar memori yang telah lama terkubur. Kejadian ini persis seperti yang terjadi 5 Tahun yang lalu, sepertinya aku berada di alam mimpi.

"Awww..."
"Apa yang kau lakukan? Mengapa mencubit tanganmu seperti itu?" tanya Bunda dengan raut wajah khawatir.

"Bunda, tanggal berapa sekarang?" tanyaku

"Tentu saja tanggal 25 Maret 2012." jawab Bunda Jihyo pasti

Seketika aku terdiam mencoba mencerna kejadian ini, aku ingat hari ini adalah hari dimana aku bertemu dengan suamiku, dia menjadi murid pindahan di kelas ku. Apa maksud semua ini Tuhan? Mengapa aku kembali kesini? Begitu banyak pertanyaan berputar di kepala ku saat ini.

"hey, kenapa diam, sudah sana cepat mandi dan sarapan, sebelum kau terlambat." Setelah berkata demikian, Bunda Jihyo pergi meninggalkan ku seorang diri di kamar.

"Wahhh aku kembali ke masa ini, apa ini jawaban dari Tuhan?"

"Baiklah Jieun, ini waktu mu untuk mengubah semua kesakitan yang kau rasakan,"

"Haneul, aku tidak akan menikah denganmu, aku akan memulai hidupku yang baru,"

"Aku akan menjadi wanita yang kuat dan tidak terpengaruh rayuan sampahmu."

"JIEUN CEPAT MANDI." Teriak Bunda dari luar kamar

"IYA ...."

@*~*~*~*~@

Hari yang begitu cerah, bunga sakura yang bermekaran semakin menambah indahnya suasana hati.

"Indahnya hari ini, aku benar-benar merasa hidup kembali." Ucap Jieun sambil merentangkan kedua tangannya.

"Semangat Jieun, mulai hari ini kau harus memulai kehidupan yang baru dan merubah nasibmu." Ucap Jieun sambil mengepalkan tangannya kuat.

Langkahnya begitu pasti menuju loker yang tentu saja bertuliskan namanya, ia membuka loker tersebut dan meletakkan tasnya disana. Sesaat ia terkejut melihat sebuah amplop berwarna ungu di sana, namun keterkejutannya tidak bertahan lama.

Dia mengingat amplop tersebut, amplop yang selalu menemani masa sekolahnya, bahkan hingga lulus ia tidak pernah tau siapa yang selalu mengiriminya surat.

Purnama yang kulihat begitu indah, senyumnya menghiasi malamku

Langit

Begitulah barisan kata yang tertulis di kertas itu, senyum simpul terpatri di wajah Jieun, dulu mungkin dia hanya penasaran, namun kini rasa penasarannya semakin menggebu,.

Ding Dong Ding Dong

Suara bel sekolah mengejutkan suasana pagi itu, segera Jieun berlari menuju kelasnya tidak lupa membawa surat tersebut sebagai penyemangat harinya.

"Hai Jieun, kau tau? Katanya akan ada murid pindahan di kelas kita dan ku dengar ia begitu tampan." Minju begitu semangat nampaknya ia begitu bahagia saat menceritakan hal itu.

"Aku tau dan aku tidak perduli." jawab Jieun sinis

Dia sudah bertekat untuk menjauh dari pria bernama Haneul yang akan membuat hidupnya hancur di masa depan. Earphone adalah pilihan terbaiknya saat ini, ia sedang tidak ingin mendengar nama pria itu di sebutkan.

Bersyukurlah ia duduk di bangku paling belakang, Jieun memejamkan matanya dan mulai menikmati setiap alunan melodi yang membelai telinganya. Entah berapa lama Jieun terbuai dalam alam mimpinya, yang ia tau kini ia begitu merasa damai, hingga sentuhan lembut di bahu mengusik alam damainya.

"Apa?" tanya Jieun dengan mata tertutup

Seolah hobi, orang tersebut terus saja mengguncang bahunya yang semakin mengganggu alam damainya. Dengan sinis ia membuka matanya dan betapa terkejutnya bahwa orang yang saat ini dihadapannya adalah pria yang menghancurkan hatinya.

"hai, kau tidur begitu pulas, bell isitirahat sudah berbunyi sejak tadi." ucap Haneul dengan senyum manis yang memukau seluruh wanita di sana terkecuali Jieun tentunya.

Tanpa menjawab Haneul, Jieun pergi begitu saja menuju atap sekolah, suasana hatinya rusak begitu saja.

@*~*~*~*~@

"AAARRGGGG," teriaknya

"Kenapa kau muncul, lebih baik kau mati saja." Ucapnya sambil menendang salah satu kursi yang ada di sana.

"Teriakanmu akan meruntuhkan gedung ini."

"Astaga." Suara tersebut cukup membuat jantungnya berdegub kencang karena terkejut.

"Siapa kau?" tanya Jieun

"Seharusnya aku yang bertanya, untuk apa kau berteriak begitu, mengganggu tidur ku saja." ucap Pria itu

"Maaf, aku hanya sedang kesal, baiklah kau bisa melanjutkan tidurmu, aku akan pergi."

"Tunggu ...." ucap pria itu sambil menahan tangan Jieun, sesaat ada perasaan asing yang muncul di relung hatinya.

"Kau bisa berada di sini jika kau mau, aku tidak memiliki hak untuk mengusirmu bukan? Duduklah,"

"Perkenalkan namaku Lee Joon gi." ucap pria itu sambil tersenyum ramah.

DEG

BERSAMBUNG

Langit Memeluk BulanWhere stories live. Discover now