Chapter 1

16 3 0
                                    

Hujan
Chapter 1

Bismillah

Ya Allah izinkan aku menulis.  Alhamdulillah,  mustajab bener ya Allah.  Ini barokahnya siapa?  Bu Nyai sepertinya.  Seperti niat aku untuk dia dulu. Sekarang sudah tidak lagi. 

Cerita ke dua adalah di mana aku harus sendiri selama beberapa periode untuk menyelamatkan hidup aku dari sebelumnya. 

Di sini aku menulis di tengah malam.

***

Aku masih baru bangun dari tidur dan sholat subuh barusan agak siangan. Aku masih menghembuskan nafas dan masih belum sadar apa yang masih ada di hadapan aku, HP kecil yang aku pegang dengan ke dua tanganku sekarang. Alhamdulillah sudah bisa menulis cerita lagi di sini meski dengan usaha yang cukup minimal tapi penuh berkah.  Insya Allah. 

Peristiwa semalam adalah pristiwa di mana aku tertidur dengan pulas dan lupa sholat tahajjud. Alhamdulillah sudah tidak nangis dan sedih lagi sekarang.  Untuk anak-anak mungkin aku akan minta maaf atau tidak.  Uangku seakan di kuras habis pekan ini.  Pengeluaran yang tidak di sangka-sangka.  Tapi biarlah,  aku tidak mau berproses atau menunggu terlalu lama.  Itu adalah jalan yang aku tempuh sendiri dengan ide aku sendiri meski harus keluar uang. Selainnya alhamdulillah sudah tidak melas lagi. 

Sambil mengetik aku menunggu baterai HP ini penuh.  Dan masih tidak Terima karena ukuran HP-nya terlalu kecil,  tapi ini adalah amanah dari Allah SWT.  Di mana aku harus Terima dan mau menyimpannya dengan baik.  Jujur aku cukup kesulitan untuk menulis di sini.  Seperti mengulang sesuatu dari awal. Tapi HP ini bagus kok. 

"Hai Senior kamu lagi ngapain?" seseorang bertanya di pagi hari pada senior.  Dia adalah laki-laki SMA yang baru bangun tidur. 

"Ibuk," Senior menjawab. 

"Ayo bangun,  mandi gih sana.  Kamu tidak mau sekolah?"

"Iya,  sebentar lagi."

"Jangan lama-lama ya nanti kamu telat sekolahnya." seru Ibunya lagi. 

"Iya." Senior menjawab.

Setelah beberapa menit berlalu Senior akhirnya bangun dan pergi ke kamar mandi buat mandi dan siap-siap berangkat ke sekolah. Senior memakai seragam dan memakai sepatu sambil bertanya uang saku ke Ibunya. 

"Buk, uang sakuku mana?"

"Iya,  bentar Ibuk mau ambil di dompet Ibuk dulu." jawab Ibunya. Senior masih menunggu di depan kamar Ibunya.

"Nih ambil." kata Bu Fitri.  Senior lalu pamit ke Ibunya sambil salaman cium tangan Ibunya. 

Senior pergi dengan sepeda vederalnya ke sekolah. Kurang lebih dua kilo letak sekolahnya itu. Sambil mengayuh sepeda Senior melihat ke jalan raya dengan adanya mobil-mobil yang sedang berjalan pagi itu.  Beberapa siswa yang lain ada yang pakai sepeda motor. 

Senior meletakkan sepedanya di tempat parkir dan mulai berjalan menuju kelas.

"Ayo, siapa yang tidak mengerjakan PR hari ini?" Bu Rita tanya ke Senior yang lain pada diam.

"Senior, PR kamu ada nggak?" Didik tanya, Senior menggeleng.

"Ada,  kenapa?" tanya Senior pada Didik temannya.

"Sini!" Didik minta soal PR itu.

"Jangan ah!" Senior tidak mau.

"Sini kasih ke aku!" Didik memaksa Senior.

"Enggak!" Senior tidak mau.

"Yor, please. Jangan bercanda aku butuh soal itu!"

Akhirnya Senior kasih karena kasihan pada Didik.

"Thank's bro!" ucapnya didik. Senior masih kesal rupanya.

"Lain kali kerjakan PR sendiri!" kata Senior pada Didik temannya itu.

"Huh!" Didik berhuhu kesal. Setelah belum masuk sekolah berbunyi, semua mengumpulkan PR pada Bu Rita.

"Ayo kumpulkan PR-nya semua!" ucap Bu Rita pada anak-anak di kelas. Semua pada mengumpulkan satu persatu.

Note

Masih tidak Terima karena tidak jadi wali kelas. 
Aku harus laki,  aku harus laki,  aku harus laki seperti Sa'id. 

HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang