————
Captain : Sweet 40th
————
..
.
———
Cintaku abadi dan buta warna. Kulit keriput dan rambut putihmu akan ku cintai dengan cara yang sama, Sampai tubuhmu berada di liang satu. Ku di liang sebelahmu.
—————.
Lai Guanlin, pria yang hampir berumur 40 tahun yang masih telihat sehat dan bugar itu berjalan menuruni tangga rumah besarnya. Rambut yang mulai dipenuhi uban menunjukkan bahwa usianya tak lagi muda. Meski begitu, kulit putih mulusnya tetap sehat dan terjaga berkat ramuan tradisional buatan istrinya yang sering ia konsumsi di pagi hari.
"Sayang!" Serunya membuat suaranya menggema di seluruh ruangan. Langkahnya seolah membelah ruang tengah yang cukup besar ini. Menuju tempat diseberang yang mana biasanya ia sering menemukan keberadaan istrinya di sana saat pagi hari.
"Sayang?" Panggilnya sekali lagi begitu masuk ke dapur rumahnya. Mendapati Jihoon, sang istri yang sedang membawa loyang cupcake menuju meja ruang makan. Jihoon menoleh sekilas sebelum kembali fokus pada cupcake yang baru saja ia keluarkan dari microwave.
"Kamu udah bangunin anak-anak?"
Jihoon menggeleng. "Belum. Ini rencananya habis cupcake nya matang mau aku bangunin."
"Zhio nggak usah dibangunin. Biarin aja. Kasian. Semalem dia udah bantuin aku beresin gudang." Ujar Guanlin melarang istrinya untuk membangunkan si jagoan kecil mereka yang sedang terlelap di kamarnya.
"Yaudah. Kamu mau makan sekarang atau nanti nunggu anak-anak bangun?"
Guanlin tak segera menjawabnya. Memilih untuk memperhatikan gerak-gerik sang istri yang kembali bergulat dengan alat-alat dapurnya. "Nanti aja nunggu bangun. Sekalian nanti pas mau berangkat ke akademi."
"Ada masalah?"
"Enggak. Cuma mau bicarain tugas mereka yang di Korea Utara."
"Ada hubungannya sama Presiden yang mau Adain pertemuan di sana?"
Guanlin mengangguk. Lelah dengan posisi berdirinya, pria itu mendudukkan dirinya di kursi makan yang sebelumnya sudah ia putar berlawanan dengan meja, bertujuan agar bisa menghadap ke arah istrinya.
Jihoon mengampiri Guanlin dengan sesendok sup krim ditangannya. Menyuruh sang suami untuk mencicipi rasa sup ayam yang ia masak. "Kamu ikut."
Guanlin menggeleng. "Udah bukan masanya aku ikut sayang. Aku udah terlalu banyak berjuang. Sekarang udah tua. Giliran mereka yang harus gerak."
"Udah cukup?" Tanya Jihoon begitu Guanlin sudah melahap suapan kuah sup ayam yang ia berikan. Sang suami mengangguk membuatnya lekas kembali pada kegiatan memasaknya.
"Kita belum tua Guanlin? Kita belum 40 tahun."
"Tapi kita akan menyentuh 40 tahun beberapa tahun kedepan. Itu termasuk udah tua sayang. Ya karena emang kitanya aja yang gen nya bagus jadi masih kelihatan cantik dan ganteng."
Jihoon menoleh. "Iya sih. Zhio kemarin juga bilang kalau di rambut kamu banyak putih-putihnya. Eh ternyata uban."
"Mana ada banyak. Cuma sedikit. Efek mikirin kamu terus nih jadi cepet tua. Jadi inget dulu waktu tugas besar ke Indonesia. Waktu perang aku bukannya mikir gimana caranya berhasi dan banggain negara seperti sumpah aku, tapi aku malah mikir gimana caranya biar bisa pulang ketemu kamu dan anak-anak kita. Tentara yang buruk banget ya Lai Guanlin. " Jelas Guanlin sebelum tertawa mengingat apa yang dialaminya beberapa tahun silam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Captain : Sweet 40th
FanfictionCintaku abadi dan buta warna. Kulit keriput dan rambut putihmu akan ku cintai dengan cara yang sama, Sampai tubuhmu berada di liang satu. Ku di liang sebelahmu.