Harry Potter
J.K Rowling•
•
•
●
●
●
•
•
•Harry kembali terbangunーlagi dan lagiーdi jam enam pagi, saat itu kabut masih tebal dan semua orang yang tinggal di atap rumah keluarga Dursley masih terlelap seperti orang mati. Langkah kakinya tanpa suara, bahkan gemanya pun nyaris tidak terdengar. Suara anjing menggonggong hanya mampu memalingkan pandangannya ke halaman samping rumah, hanya sejenak, langit terlihat gelap dan sedikit keabu-abuan. Api dalam kompor mulai berkobar pelan, hangatnya membuat pipi Harry sedikit kemerahan dan bibir puncatnya tampak tidakーmemang tidakーbaik-baik saja. Wajan diletakkan asal, lama-kelamaan mulai panas dan membakar mentega di atasnya. Harry membuat roti isi telur goreng, keju yang lumer dan sedikit potongan alpukat. Rasanya sedikit hambar ketika ia menggigit satu potong, namun lada hitam sedikit menolongnya.
"Gurih."
Gelas susu mengepulkan asap tipis, semua makanan tersedia di atas meja dan seketika ia mendengar dentum langkah kaki Dudley. Anak itu berlari senang, menenggak susu hangatnya dan duduk tenang di kursi makan. Ayah dan ibunya juga turun, mulai duduk dan banyak bicara. Bibi Petunia meliriknya sekilas, "Kau sudah makan?" Harry mengangguk, "Dua potong roti, susunya habis." Vernon mengangkat alisnya dan menggeser gelas berisi susu putih miliknya. Tanpa kata ia meminta Harry meminum jatah susu hangatnya.
"Kita harus belanja, sebentar lagi musim gugur tiba." Vernon mengangguk setuju, "Aku juga harus mengosongkan dompet usang ini." Kemudian para orangtua sibuk membahas masalah pokok rumah tangga, meninggalkan Harry yang kembali bersiap membereskan kekacauan di halaman samping rumah.
Pakaian hangatnya tampak kebesaran, namun tebal dan agak mahal jika kau tinggal di rumah keluarga Dursley. Bukan berarti bibinya tidak baik, hanya tidak pandai mengungkapkan ekspresi.
Usianya masih sepuluh tahun, kecil dan sedikit sekali bicara. Harry baru lancar berbicara ketika ia berusia tujuh tahun dan kedua matanya minus parah, ia terlalu banyak membaca buku kuno yang tersimpan rapi di gudang. Ketika melihat seekor musang di dekat kebunnya, Harry tersenyum dan mulai banyak bicara. Ia memandangi hewan itu, "Kau sudah makan? Di sini aku punya kacang-kacangan atau roti sisa." Musang itu bersuara kecil, mengambil makanannya dan berlari menjauh.
Ia lebih suka berbicara dengan hewan, memandangi langit dan keheranan dengan suatu yang aneh pada dirinya. Ayolah! Harry bisa menerbangkan sapu buluk milik pamannya!
"HARRY POTTER!"
Harry mengerling bosan dan berlari masuk, "Ya Bibi Petunia?!" Bibinya berkacak pinggang, melemparkan pakaian hangat yang menggunung. Wanita bertubuh kurus itu terlihat kesal, "Sudah kubilang pilih sendiri pakaian yang bisa kau gunakan! Ganti semua pakaianmu!" Nah, bibinya tidak seburuk itu. Seluruh isi lemari Harry diganti dengan pakaian baru yang sebenarnya milik Dudley, tapi tidak pernah dikenakan karena tubuhnya semakin membesar oleh kasih sayang berlebihanーanggap saja begituーayah dan ibunya. Kamar Harry yang kecil dan nyaman kembali penuh dengan pakaian baru, namun ia tetap senang. Ini kamar terbaik yang bisa ia miliki dan pakaian paling hangat yang bisa Harry kenakan. Bahkan ia bisa memandangi orang-orang melalui jendela kecil di kamarnya, semua tampak sempurna bagi ia yang memang tidak memiliki apa-apa.
Tidak memiliki orangtua, tidak ada kasih sayang ayah atau ibu, tidak memiliki sepeser pun uang, dan tidak berada di dunia anak sebagaimana usianya.
"Apakah ini tidak berlebihan, Bibi Petunia?" Harry menggeleng heran dan menaikkan gagang kacamatanya yang mulai longgar. Bibinya mendengus, "Seperti kau punya pakaian saja, sudah sana!" Harry terkekeh tanpa suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Patronus
FantasíaHarry Potter, hanya seorang Harry. Ia selalu memiliki harapan, terjebak dengan harapan dan dipenuhi harapan itu sendiri. Apakah harapan dalam hatinya akan terus ada? atau menghilang begitu saja? Harry Potter by J.K Rowling. PERINGATAN! INI MENGANDUN...