2

19 7 4
                                    

Pria itu berjalan menuju jalan raya. Jisung sedikit kesulitan mengejarnya karena jalanan yang sangat ramai dan lagi dia tak memakai sandal, yang mana menyebabkan kakinya terasa sakit.

"Ah, sial cepet banget jalannya" Jisung berhenti sejenak sambil mengatur nafasnya.

"Hayo mau kemana?" Seorang polisi yang sedang berpatroli menghampiri Jisung yang hendak mengikutinya lagi.

"Eh" Jisung kaget melihat seorang polisi berbadan besar menahan dirinya.

"Ayo ikut saya"

"Saya salah apa? Saya ga ngelakuin kejahatan! Lagian saya ngejar kakak saya!"

"Kamu mencurigakan. Emang kakakmu yang mana?" Polisi itu menatap Jisung curiga dengan alis yang dinaikkan sebelah.

"Itu-" Jisung menunjuk ke arah pria itu, namun Jisung sudah ditinggal oleh pria itu. "Loh mana dia?"

"Nah kan bohong. Ayo ikut saya cepat" Mau tidak mau, Jisung mengikuti perkataan polisi itu dan Jisung dibawa ke kantor polisi terdekat.

Jisung bingung harus berbuat apa selama ditahan di kantor polisi. Yang dia lakukan hanya menyaksikan keramaian orang di luar dan menatap jam di dinding. Orang-orang yang keluar-masuk kantor polisi terlihat heran melihat Jisung yang berpenampilan seperti gembel. Memakai kaos dan celana pendek, dan telapak kakinya yang menghitam karena tidak memakai sandal.

Sesekali polisi itu menanyakan beberapa informasi tentang Jisung. Setiap pertanyaan yang dijawab, polisi itu menggelengkan kepalanya seperti sendi lehernya sedang longgar.

Dia tidak punya siapa-siapa yang bisa diminta bantuan. Handphonenya tidak ada jaringan ditambah lagi baterainya yang hampir habis. Jisung menundukkan kepalanya dan berdoa ada bantuan datang.

"Permisi, Pak" Seorang pria masuk ke dalam kantor.

"Iya?"

"Mau jemput adik saya. Tadi katanya dia di kantor polisi" Jisung mengangkat kepalanya untuk melihat orang itu. Orang itu adalah dirinya saat dewasa.

"Yang penampilannya kaya gembel itu?" Polisi itu menunjuk ke arah Jisung. Jisung merasa sedikit kesal dikatai seperti itu.

"Ka, kakak!"

"Sini pulang. Permisi, pak"

Jisung dan Jisung-dewasa berjalan keluar dari kantor polisi. Keduanya terus berjalan tanpa berbicara satu sama lain.

Mereka terus berjalan sampai ke tempat di mana Jisung tiba, yaitu di taman.

"Jadi..." Mereka berdua duduk di bangku taman dan menyaksikan air mancur. "Kamu ngapain ke sini?"

"Aku dapet jam tangan aneh dari aku 10 tahun kemudian. Katanya bisa kemana-mana pake jam ini. Aku coba dulu ke 5 tahun mendatang, dan ternyata beneran"

"Emangnya ada apa?"

"Pas kotak ini dateng, ada surat. Katanya masa depanku mengenaskan. Dia kirim foto, tapi di foto itu aku seperti ga ada masalah. Semuanya baik-baik aja. Tapi aku tetep khawatir"

"Hmm..."

Pertemuan pertama mereka sangatlah kaku dan canggung. Selain masih kaget, mereka juga masih tak menyangka bisa bertemu dengan diri mereka sendiri.

Pembicaraan berhenti sampai di situ. Langit semakin gelap dan handphone Jisung sudah mati total.

"Hey, kamu dicari ibu" Ucap Jisung-dewasa.

"Ah, aku lupa. Aku balik dulu ya. Kapan-kapan aku datengin lagi"

"Bye" Jisung mencari tempat sepi dan kembali ke waktunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear My PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang