2. Seuntai Memori Bersamamu

31.1K 2K 17
                                    

"Apa, sih?" ketusku pada pemuda di hadapanku itu. Serius aku sebel banget kalo diliatin tapi nggak diajak ngomong apa-apa. Kurang kerjaan banget kan dia?

Pemuda itu tersenyum. Bikin aku mencebik kesal. Ditanyain malah senyum. Apa coba maunya?

"Rima, malam minggu nanti aku jemput, ya?" ucapnya dengan cengiran lebar.

What!? Seorang Ridwan Atmaja Dwijaya mau ngajakin aku malam mingguan? Aku, loh? Cewek paling cupu di sekolah. Yang nggak punya kerjaan lain selain berkutat dengan pelajaran yang kata orang-orang ngebosenin banget?

"Heh, Ridwan! Otak lo tuh kayaknya mesti dibenerin, deh!" tukasku padanya.

"Loh? Kenapa, Rima?" pemuda nyebelin itu mulai menarik-narik tanganku dengan tak sabar.

Ck! Apa, sih!?

"Sejak kapan orang kayak lo gaul sama cewek kayak gue!?" tanyaku nyaring.

"Sejak aku naksir sama kamu, Rima..." jawabnya.

Cuih! Jijay banget gombalan nggak mutu gitu!? Dan apaan tadi? Aku-kamu katanya? Dueh, geli banget dengernya! Serius!

"Udah sana jauh-jauh, deh. Bukannya gank nggak jelas kalian itu paling anti sama orang cupu kayak gue?" ketusku.

Serius aku benci banget sama cowok sok kegantengan yang kebetulan emang ganteng banget ini. Aduh duh, fokus. Jangan pikirin muka gantengnya. Gawat ntar aku jatuh cinta sama cowok ganteng berwajah malaikat dengan nama malaikat ini juga! Nahloh, kenapa malah tambah muji? Aduh, kepalaku mesti diperiksa kayaknya, nih!

"Rima, aku serius. Aku tuh suka kamu, naksir sama kamu. Pokoknya kamu harus jadi pacarku!" tegasnya lagi

Dia kira gue apaan!? Harus? Cuih!

"Heh! Ngaca deh lo, ya. Gue tuh nggak suka sama lo!" jawabku cepat.

"Rima..." panggilnya, menarik tanganku lagi.

Dan... APA?? Dia berlutut di hadapanku, yang masih duduk di bangku kantin tempat karyawisata yang kami datangi hari ini.

"Rima, pliss... Jadi pacarku, ya..." pintanya.

"Terima! Terima!" suara siswa-siswa dan para pengunjung nggak jelas mulai terdengar riuh. Sumpah ini memalukan banget!

"Lepas deh, Ridwan! Gue ogah!"

"Nggak, nggak sampe kamu bilang mau terima aku..." pintanya lagi.

Hell!

"Jangan sampe gue bikin malu lo, ya, Ridwan!" ancamku.

"Aku nggak peduli, Rima..." ucapnya, dengan cekalan tangannya semakin kuat pada tanganku saat aku mencoba melarikan diri.

Dan salah satu... Eh, dua... Bukan... Tiga temen gank-nya Ridwan datang membawa bunga di tangannya. Yang satu bunga matahari, yang satu bunga mawar merah, dan yang satu lagi bunga mawar putih. Mereka kemudian berdiri di belakang Ridwan dengan senyum sumringah.

Apa-apaan sih, mereka!?

"Rima, bunga apa yang paling kamu suka? Aku nggak mau ngambil resiko ngasih kamu bunga yang kamu nggak suka..." ucapnya lembut.

Eh? Siapa yang ngomong? Si kepala preman yang ajaibnya jenius di sekolah bisa ngomong lembut kayak gitu? Mimpi apa aku bisa denger dia ngomong gitu?

"Ridwan, lo pasti cuma ngejahilin gue, kan!?" aku tau dia memang selalu begitu! Menjahili cewek cupu di sekolah. Dia pasti mau membuatku malu dan membuat nilaiku hancur, jadi dia bisa duduk di peringkat pertama lagi. Aku tau dia nggak terima aku jadi peringkat satu di sekolah.

Senandung Rima Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang