Resmi memiliki kekasih, Ilham akhir-akhir ini selalu berangkat kerja bersama Sania, jika wanita yang berprofesi sebagai dokter anak itu mendapat shift pagi. Saat makan siang, jika Sania tidak sedang sibuk, ia akan menjemput kekasihnya itu dan makan siang bersama.
Ilham yang dulunya selalu berangkat pagi-pagi seorang diri dan meninggalkan waktu makan siang hanya untuk sholat saja, kini berubah menjadi Ilham yang sering keluar masuk saat waktu istirahat.
Pertemuannya dengan Sania yang sangat tidak sengaja itu membuahkan hasil kebahagiaan untuk diri Ilham sendiri. Ia tidak menyangka akan menjalin hubungan dengan teman satu tempat ngajinya dulu.
Begini kisah awalnya menemukan Sania. Beberapa bulan lalu ia mendapat proyek di rumah sakit Kasih Bunda untuk mengerjakan website yang mereka pesan. Ia akhirnya mengunjungi rumah sakit tersebut untuk mempresentasikan design website dan lain sebagainya.
Singkat cerita, setelah meeting bersama direktur rumah sakit dalam rangka memperkenalkan design website yang akan mereka pesan, Ilham tak sengaja menabrak seorang suster tengah asyik mengobrol bersama dokter disebelahnya yang tak lain dan tak bukan adalah Sania. Sedang posisi Ilham pun sama seperti suster tersebut, sama-sama mengobrol sehingga tidak fokus saat melihat jalanan koridor rumah sakit.
Awalnya Ilham tidak sadar kalau disebelah suster yang ia tabrak itu adalah Sania. Namun Sania menyadari hal itu lebih dulu, wanita berjas putih itu menyapa Ilham.
Dari pertemuan tak sengaja itu, lambat laun Ilham dan Sania semakin dekat. Ilham rasa, Sania sosok yang baik, lemah lembut dan ramah. Sangat sama dengan Sania kecil jaman ngaji bareng. Tidak butuh waktu lama untuk Ilham jatuh cinta pada wanita sebaik dan secantik Sania. Tak kurang dari sebulan mengenal Sania dewasa, ia merasakan nyaman ada didekat Sania. Rasa nyaman yang lambat laun berubah menjadi cinta.
Kepala Ilham menggeleng tegas untuk menghilangkan bayang-bayang wajah Sania. Sungguh, ini Minggu kedua ia resmi menjadi kekasih Sania dan selama itu wajah Sania selalu saja memenuhi pikirannya.
Sekali lagi Ilham menyugar rambut depannya dan tersenyum samar pada layar monitor yang menayangkan berbagai kode pemrograman.
Baru saja ingin kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda karena terlalu sibuk membayangkan Sania, ponselnya berdering memberitahu bahwa ada pesan masuk.
Saat dibuka, ternyata dari Sania. Wanita itu memberitahu kalau makan siang kali ini tidak bisa diluar karena ada beberapa pekerjaan yang harus wanita itu kerjakan sebelum jam istirahat selesai. Lantas Ilham membalas.
Ilham : Yaudah, aku ke kamu sekalian bawa makan siang, ya? Atau kita makan di kantin rumahsakit aja?
Sania : Oke, kita makan di kantin aja. See u
Hanya itu balasan dari Sania namun mampu membuat pria yang jarang dan sulit sekali untuk senyum ini, sekarang mengulas senyum.
Seperti inikah rasanya dimabuk cinta? Terakhir merasakan, dulu saat ia masih kuliah semester dua. Namun hubungannya kandas ditengah jalan karena orang ketiga.
Berbeda dengan Ilham yang tengah berbahagia akhir-akhir ini, Alin justru dibuat uring-uringan karena jarang bertemu sosok Mas Ilham-nya. Bukan jarang, tapi sama sekali tidak pernah bertemu. Terakhir melihat wajah tampan Ilham, saat ia tak sengaja memergoki Ilham menjemput Sania. Hari-hari berikutnya, Alin sudah tidak pernah melihat Ilham karena memang ia berangkat pagi-pagi sekali demi menghindari macet Ibu kota. Bahkan mungkin saat Alin berangkat kerja, Ilham masih tidur.
Ah sial! Haruskah ia resign saja dari pekerjaan ini dan fokus mendekati sekaligus merebut Ilham dari Sania? Sayangnya ia menyukai pekerjaannya yang satu ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/198314538-288-k990827.jpg)