PROLOG

68 5 2
                                    

Aku duduk disebuah bangku taman sambil meminum jus buah naga kesukaanku. Taman ini adalah tempat favoritku. Saat itu, aku masih berusia 6 tahun. Masih polos, dengan gaya anak kecil yang rambut nya dikuncir dua. Aku senang menghabiskan waktu sendiri disini. Ibu dan ayahku? Mereka bekerja, tapi tidak sesibuk seperti cerita-cerita di wattpad.

Taman ini memang dekat dengan komplek rumahku. Jadi aku hanya perlu berjalan kaki.

Samar-samar aku mendengar suara isakan tangis. Mungkin anak laki-laki itu seumuran denganku. Aku berjalan menyusuri dari mana asal suara tersebut. Sampai tibalah aku disebuah pohon besar dengan daun yang rimbun seakan menjadi payung baginya.

Aku berjongkok tepat dihadapan nya dan aku dapat melihat bagaimana bahu nya bergetar karena terisak. Isakan yang terdengar pedih.

"Hey, apa kau baik-baik saja?" pertanyaan yang sangat biasa. Aku tidak tahu harus bertanya apa sekarang.

Dia mendongak, menatap mataku lekat. Dia hanya menggeleng lemah. Mungkin terlalu kelu untuk berkata sepatah kata pun. Aku mengerti.

"Mau ikut nggak, aku yakin deh kamu pasti bakal tenang. Mau ya?" ku ulurkan tangan ku kepada nya. Berharap dia tidak menolak ajakan ku saat ini.

Dia terlihat berfikir sejenak sebelum meraih tanganku. Tak bisa ku elakkan senyum indah terukir tepat di bibirku.

Kami berkeliling di sepanjang taman seharian. Sampai kami tiba disebuah jembatan untuk melihat matahari tenggelam. Dia tersenyum, senyum yang membuatku bahagia. Meski kami baru saja kenal...



"Benar, sebelas tahun lalu kau berkata tempat ini dapat membuatku tenang. Setidaknya hanya untuk saat ini," seseorang yang keadaan hatinya tidak baik, akan merasa lebih baik jika berada di taman ini. Taman yang membawa kebahagiaan. Terutama untuk 'DIA' yang terlalu istimewa hingga sulit untuk digapai.

GUNTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang