KEDATANGAN

2 0 0
                                    

Kedatangan

Pagi itu, pada jam pelajaran IPS yang diampu Pak Hendro, salah satu guru killer di sekolahku, kelasku kedatangan murid pindahan dari luar kota. Seorang laki-laki tampan berbadan tinggi. Rambut jambulnya yang berwarna tembaga berdiri melawan gravitasi. Dua kancing teratas seragamnya yang tidak dikancingkan memperlihatkan kaos berwarna hitam yang dipakainya di balik seragam putihnya itu. Aku rasa dia adalah tipe siswa nakal dan berandalan. Tapi aku rasa banyak cewek di kelasku yang langsung menyukai cowok itu. Buktinya banyak di antara mereka yang berteriak geregetan saat cowok itu memasuki kelas diantar oleh Pak Baruna, Bapak Kepala Sekolah SMK Tunas Bangsa yang awet muda itu.

"Tolong diam semuanya. Saya tahu Kepala sekolah kalian ini memang ganteng tapi kalian tidak perlu hetic begitu. Oke?" candaan Pak Baruna yang masih terlihat muda walaupun usianya sudah kepala empat itu disambut dengan teriakan huu yang panjang dari siswa sekelasku. Bahkan ada yang berani melempar gumpalan kertas ke arah Pak Kepsek yang dengan cekatan ditangkap olehnya.

"Apakah ini surat cinta penggemar untuk saya. Oh! Terima kasih." ucap Pak Baruna yang membuat kelas semakin heboh.

"EHEM!" Tiba-tiba Pak Hendro berdehem keras. Seketika suasana kelas menjadi sunyi senyap. Pak Baruna lalu menoleh ke arah Pak Hendra sambil menyunggingkan cengiran khasnya. Pak Baruna mengucapkan kata sorry dengan tanpa suara.

"Saya sangat menghargai antusiasme kalian sebagai para fans saya. Sayangnya bintang kali bukanlah saya. Tapi pemuda ganteng bin cakep yang sebelas dua belas dengan saya ini." ucap Pak Baruna sambil merangkul bahu siswa baru yang ditanggapi putaran bola mata sebal si siswa baru itu.

"Silakan memperkenalkan diri," ucap Pak Baruna sambil mundur selangkah dan membiarkan siswa baru itu menjadi pusat perhatian.

"Saya Agni Ludira dari Bandung. Salam kenal."

Kata perkenalan yang singkat itu disambut heboh para siswi sambil berteriak cool, kereen, cakepnyaaa dan sebangsanya. Aku hanya menguap karena merasa sangat mengantuk disebabkan begadang semalaman untuk belajar Matematika, soalnya setelah pelajaran IPA kan ulangan Matematika. Rasa kantukku langsung lenyap seketika saat aku mengingat tentang ulangan Matematika itu. Bergegas aku membuka tasku untuk mengambil buku matematika ku. Belajar sebentar untuk menyegarkan ingatan kan lumayan juga.

"Karena kau sudah sampai kelasmu dengan selamat aku pergi dulu ya, Agni. Yang rajin belajarnya. OK?" pesan Pak Baruna pada Agni. Setelah itu Pak Baruna langsung keluar kelas sambil melambaikan tangan.

"Kau boleh duduk di meja kosong di belakang itu." Pak Hendra menunjukan bangku kosong di sampingku.

"Bulan, aku rasa dia itu cowok playboy. Lihat saja gayanya yang sok tebar pesona itu."

Ririn, teman sekelasku yang duduk di meja sebelah kananku berbisik sambil mencondongkan badannya kepadaku, tapi matanya menatap kearah anak baru itu. Aku ikut melihat siswa baru itu. Cowok itu sedang berjalan ke arah meja kosong di sampingku sambil tersenyum ramah pada setiap siswa yang dilewatinya. Cowok berwajah cakep dan juga ramah, itulah kesan yang kudapat.

"Mungkin dia itu hanya berusaha ramah," jawabku sambil mengaduk isi tasku mencari buku matematikaku.

"Terima kasih sudah membelaku."

Tiba-tiba saja Agni, si siswa baru itu sudah berdiri tepat di depan mejaku. Aku sedikit terkejut sementara Ririn terlihat agak pucat. Secara dia ketahuan mencela anak baru itu. Langsung oleh orang yang bersangkutan.

"Hallo. Kenalkan, aku Agni."

Agni mengulurkan tangannya padaku mengajak bersalaman. Dengan spontan aku menyambut telapak tangannya yang terasa besar melingkupi telapak tanganku yang terlihat begitu kecil dalam genggamannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 14, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KEDATANGANWhere stories live. Discover now