#Cerpen_BL
*
*
*
*
*Sebelumnya tak pernah terfikir olehku untuk mencintai rivalku...
Boy sudah berdiri didepan pintu saat Rey membuka pintu rumahnya untuk berangkat bekerja. Yang membuat Boy terkejut hari ini ada yang berbeda yaitu Rey tak keluar sendiri ada orang lain yang juga keluar dari rumahnya bersamanya. Yaitu Ale, sahabat lama Rey yang sudah lama menghilang. Kenapa tiba tiba dia muncul lagi? disaat Boy sudah mulai yakin dialah satu satunya orang yang tetap bertahan disisi Rey selama ini setelah Ale menghilang dan Nay kekasih Rey menikahi pria lain dan mencampakkan Rey.
"pagi Boy, sudah lama menunggu? kenapa tidak mengetuk pintu?" kata Rey menyapa Boy.
"pagi kak Rey, Boy baru sampai kok! mau mengetuk pintu kak Rey udah buka pintu." jawab Boy
"oh iya Boy, kenalin ini teman kak Rey namanya Ale, Ale ini Boy yang aku ceritain semalam." kata Rey mengenalkan mereka berdua. Ale dan Boy saling berjabat tangan tapi mata mereka menatap menunjukkan rasa saling tidak suka satu sama lain.
"aduh kak Rey cerita apa tentang saya?" tanya Boy merasa tidak nyaman ternyata mereka membicarakan tentang dirinya.
"bukan apa apa Boy, kamu kan kerja dikafe dekat Rumah sakit tempat kerjaku, nah Si Ale ini mulai hari ini juga kerja dikafe itu. Apa kamu ngga tau bos kamu merekrut pegawai baru?" tanya Rey
"ohh.. jadi dia pegawai baru itu." jawab Boy setengah hati, karena kekesalannya selalu kalah satu langkah dari Ale yang menggunakan persahabatan untuk mendekati Rey. Walaupun sama juga dengan dirinya yang menggunakan predikat tetangga untuk selalu berada disamping Rey.
Di depan Rey baik Boy ataupun Ale bersikap biasa, seolah mereka akrab hanya untuk menjaga perasaan Rey. Tapi saat tidak ada Rey mereka seperti tom and jerry, bahkan rekan kerja mereka di kafe dibuat kesal dengan tingkah mereka berdua yang kekanak kanakan. Mereka selalu bertengkar dan berdebat bahkan didepan pelanggan. Sampai sampsi bos mereka hatus turun tangan dan memperingatkan mereka.
"oke, sekarang katakan apa kalian sudah tidak ingin bekerja disini lagi?" tanya bos kafe kepada Ale dan Boy
"maafkan kami bos, kami berjanji tidak akan melakukan hal ini lagi." kata Ale menjelaskan pada bosnya
"bagaimana denganmu?" tanya bos pada Boy yang sedari tadi masih diam.
"saya tidak tahan dengannya bos, saya lebih dulu bekerja disini. Bos juga tahu bagaimana kinerja saya. Harap dipertimbangkan Bos pilih saya atau dia untuk bertahan bekerja disini." kata Boy sambil menunduk dalam dalam.
Bos dan Ale menghela nafas panjang. Keduanya tidak menyangka persoalannya menjadi serumit ini.
"Bos, beri kami waktu untuk membicarakan hal ini berdua." kata Ale minta ijin
"tidak ada yang ingin ku bicarakan denganmu."jawab Boy menatap Ale penuh amarah. Ale tidak tahan lagi segera dia membungkam mulut Boy dan menyeretnya keluar ruangan bos tentu sebelumnya Ale juga menunduk mohon ijin pada Bosnya dan pergi ke gudang belakang kafe untuk bicara berdua dengan Boy.
"hai bocah berapa usiamu? bisakah kita hentikan permainan konyol ini?" kata Ale memulai percakapan
"berhenti memanggilku bocah, jangan kau pikir kau bisa meremehkanku hanya karena aku lebih muda darimu." jawab Boy dengan nada menantang.
"bagaimana caranya bicara dengan bocah berdarah panas sepertimu." kata Ale pelan sambil menghela nafas panjang tanda frustasi, melihat ekspresi Ale membuat emosi Boy memuncak tak sabar lagi segera Boy menarik kerah baju Ale dan sebuah tinju siap melayang kearah wajah Ale. Namun Ale yang siap siaga langsung menangkis pukulan Boy dan memelintir lengan Boy kebelakang hingga posisi Boy kini terbalik membelakangi Ale dengan tangan masih dikunci dipunggung oleh Ale.