Di sinilah Sheera dan Sesa berada. Di tengah lapangan untuk menghormat bendera. Sheera melirik Sesa yang sedari tadi mengernyit, mungkin karena kepanasan.
"Sesa enggak kuat lagi?" tanya Sheera khawatir.
"Gue baik-baik aja, kok." Sesa tersenyum tipis menanggapi Sheera. Sheera mengangguk lalu kembali fokus dengan hukumannya.
"Sesa kalau enggak kuat izin aja." Lagi-lagi Sesa mengangguk sambil tersenyum tipis.
Sheera melirik Sesa sekilas. Merasa kasihan dengan gadis di sampingnya ini.
"Sesa." Sheera tersenyum lebar saat melihat Guna berlari ke arah mereka. Lebih tepatnya ke arah Sesa.
"Lo enggak apa-apa. Ayo ke UKS." Sheera tersenyum tipis mendengar nada khawatir bercampur cemas dari Guna. Namun, Sheera juga tak bisa berbohong jika ada rasa asing yang tiba-tiba hinggap di hatinya.
Guna menyeka keringat di dahi Sesa. Entah kenapa Sheera merasakan nyeri di hatinya.
"Lo kenapa diem aja, sih?!" Sheera tersentak kaget menatap Guna tak paham.
"Diem apanya?" tanyanya bingung.
"Lo sengaja diemin Sesa kepanasan gini?!" bentak Guna.
"Lah?" Sheera menatap bingung ke arah dua sejoli di depannya ini. Kenapa dia yang jadi disalahkan?
"Guna tadi Sheera udah nawarin aku, kok," lerai Sesa. Sheera memutar bola matanya malas, lebih baik memilih pergi dari pada dirinya lagi yang disalahkan.
Gadis berbandana polkadot itu mengentakkan kakinya kesal. Padahal tadi dia sempat berniat baik, Sesanya saja yang sok kuat.
***
Di sepanjang koridor Sheera tak henti-hentinya memaki Guna. Bahkan beberapa orang menanyai dirinya kenapa, dan hanya Sheera jawab dengan gelengan.
"Kristal!" Sheera berlari ke arah Kristal. Menatap sahabatnya itu dengan pandangan sendu.
"Ngapa lo?" Kristal menatap Sheera penuh selidik.
"Hati Sheera patah," ucap Sheera dramatis. Kristal yang awalnya khawatir sekarang malah menatap Sheera malas. Sahabatnya ini memang penuh drama.
"Guna selingkuh!" teriak Sheera bahkan tak peduli dengan sekitarnya.
"Lah, lo aja bukan pacar dia," ketus Kristal tak suka.
"Serah!" Sheera berlari pergi meninggalkan Kristal.
Kristal menggelengkan kepala tak habis pikir. Sheera itu antara polos dan juga bodoh. Berulang kali sakit hati karena Guna, ia tetap saja kembali kepada cowok itu. Memang cinta itu buta. Kristal melangkah menjauh, memilih kembali ke kelasnya.
Sedangkan Sheera menuju perpustakaan, sebagai pencinta novel Sheera sangat suka berada di tempat yang dipenuhi oleh berbagai macam buku ini. Wajah masam Sheera seketika lenyap, tergantikan senyum lebar serta mata berbinar miliknya.
"Surga dunia," ucapnya sambil melangkah lebih masuk ke dalam.
Sheera berjalan menyusuri rak-rak berisi buku fiksi, mencari buku yang sedang ingin dia baca.
"Sketsa Cinta," ucapnya membaca judul di sampul novel yang ia pegang.
"Kayaknya bagus." Sheera melangkah menuju meja dekat ia berdiri. Lalu mendaratkan bokongnya di sana.
"Ayahnya Jessica jahat," gumamnya sambil mengusap sudut matanya, yang tiba-tiba berair.
"Misi." Sheera berdecak sebal saat ada yang mengganggu konsentrasinya. Namun, langsung tersenyum sopan saat melihat Riko lah orangnya.
"Hai," sapanya sambil tersenyum lebar.
"Baca apa?" tanya Riko sambil mendaratkan bokongnya di sebelah Sheera. Menatap penuh minat gadis di depannya ini.
"Sketsa Cinta," jawabnya sambil menunjukkan sampul buku ke arah Riko. Cowok yang berstatus sebagai ketua OSIS itu mengangguk, sambil tersenyum tipis.
"Mau baca?" tanya Sheera menyodorkan buku bersampul pink itu ke arah Riko. Riko menggeleng, menolak untuk membaca buku dari Sheera.
"Gue udah bawa." Riko menaruh buku bersampul coklat di meja, membuat kedua mata Sheera langsung berbinar bahagia.
"Berbincang dengan Sepi!" pekiknya. Saat sadar di perpustakaan Sheera langsung membungkam bibirnya sambil tersenyum malu.
"Lo penggemar karya Dilla Mckz, ya?" Sheera mengangguk semangat, membenarkan pertanyaan Riko.
"Tapi menurut gue karya dia masih banyak kurangnya, sih?" Riko menggaruk kepalanya yang Sheera yakin sama sekali tak gatal.
"Walau pun banyak kurangnya tetep seru kok," sangkal Sheera.
"Iya juga, sih." Riko tersenyum tipis.
"Dia juga penulis baru. Aku yakin suatu saat nanti karyanya bakal sempurna, semuakan butuh proses." Sheera tersenyum lebar. Yang terlihat tak sempurna di awal, bukan berarti tak akan pernah bisa sempurnakan?
"Ya, emang semua butuh waktu. Bahkan penulis yang bukunya best seller pun pasti pernah di titik terendah juga," sambung Riko.
"Bener banget," timpal Sheera.
Riko tersenyum melihat Sheera yang begitu semangat membahas tentang buku. Selama mengenal Sheera, Riko selalu melihat sisi ceria Sheera. Bahkan Riko takjub dengan senyum lebar yang selalu Sheera tunjukkan kepala seluruh dunia.
"Gue seneng liat lo senyum terus."
"Apa?" Sheera menatap Riko penasaran. Karena fokus membaca ia sampai tak mendengar jelas ucapan Riko.
"Enggak." Riko menggeleng, lalu mengacak rambut Sheera gemas hingga bandana yang cewek itu pakai berantakan.
Sheera mendengkus, menepis kesal tangan Riko. "Ih jahil," ucap Sheera sambil merapihkan bandananya kembali. Riko tertawa lalu membantu merapihkan rambut panjang milik Sheera.
Tanpa Sheera sadari sedari tadi Guna memperhatikan keduanya sambil tersenyum miring. "Bilangnya suka ke gue, ketawa sana sini sama cowok lain." Guna mendengkus, lalu berlalu dari perpustakaan. Sudah muak melihat drama antara Riko dan juga Sheera.
Halo
Ada kabar bahagia, nih.
Insya Allah 'Gunadhya' bakal terbit. Jadi ayo nabung, jangan sampai enggak peluk 'Gunadhya'Jangan lupa vote dan komen juga. Terima kasih dukungannya selama ini, tanpa kalian aku bukan apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gunadhya
Teen FictionBUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA! LENGKAP Baca sebelum dihapus!! Seseorang yang kau anggap pengganggu suatu saat nanti akan menjadi seseorang yang paling kamu rindukan kehadirannya.