Into The Unknow II

1.4K 94 29
                                    



Ada yang menanti? Hihi, selamat membaca^^






Yaya

Keesokannya harinya, Yaya menjalani aktivitasnya seperti biasa. Meski dirinya agak telat tidur, namun Yaya tetap bangun jam sepertiga malam untuk sholat malam, belajar, sholat subuh, dan membantu masak Mamanya lalu bersiap sekolah dan berangkat. Yap, itulah keseharian normal Yaya setahun belakangan. Pengecualian hari sabtu dia bekerja di warung Tok Aba sebagai pelayan tambahan dan di bayar meski tidak besar.

Awalnya Yaya tidak diperbolehkan bekerja di Kedai oleh Mamanya. Entah karena apa, mamanya menjadi tidak bersahabat bila mendengar hal-hal yang bersangkut paut dengan Tok Aba atau kedainya. Saat Yaya tanya, sang mama tidak menjawab. Tapi Tok Aba selaku yang meminta Yaya bekerja menemui langsung mamanya dan akhirnya mendapat izin. Yaya senang karena punya kegiatan lain selain harus terapi rawat jalan dan sekolah. Dia bosan dan bekerja di kedai terdengar menyenangkan—bahkan Yaya menolak dibayar oleh sang Kakek baik hati. Tapi Tok tetap memaksa menggajinya—dan Yaya terpaksa menerima senang hati (Hehe).

Hari ini adalah hari kamis, masih esok lusa dia bekerja namun Yaya sudah tidak sabar menanti weekend. Bekerja itu menyenangkan—Yaya suka menyibukkan diri tapi dirumah yang dilakukannya hanya istirahat dan mengerjakan tugas sekolah karena larangan mamanya yang kelewat protektif. Yaya tidak mau membantah karena tidak mau membuat sang mama khawatir, tapi tetap saja bayangan dia bisa berinteraksi dengan pelanggan dan lebih banyak bergerak itu menyenangkan. Apalagi disana juga ada Boboiboy.

Ah! Laki-laki itu.

Seketika wajah Yaya memanas hanya dengan membayangkan senyum manis—OKE! Yaya mengakuinya sekarang—Boboiboy. Jantungnya kini bahkan berdebar kencang tidak jelas karena mengingat bagaimana nakalnya dirinya yang mau-mau saja diajak mengobrol berdua di genteng rumahnya. Tapi  dia tidak menyesalinya—bahkan Yaya menyukainya, hingga dia berpikir tidak masalah jika Boboiboy mengajak nya menatap bintang lagi.

"Duh! Kamu mengharapkan apa sih Yaya?!" batin Yaya menyadarkan dirinya sendiri.

"Yaya! Dicari Ying diluar."

Seruan itu langsung menyadarkan Yaya ke dunia nyata. Gadis berkerudung itu menoleh ke sekitar dan menyadari teman-teman sekelasnya sudah berkemas dan berhambur keluar kelas untuk pulang. Ah! Kelas Yaya kosong karena guru yang mengajar ada kepentingan dan meninggalkan tugas. Yaya sudah selesai lebih cepat daripada teman-teman sekelasnya, karenanya tadi ia memutuskan membaca novel miliknya untuk membunuh waktu. Dan saat memikirkan Boboiboy, ia tidak mendengar bel pulang sudah berdering.

Segera gadis itu merapikan barang barangnya. Dia menyapa singkat teman-temannya dan segera menghampiri Ying yang menunggunya di depan kelasnya.

"Yaya, ayo cepat kita pulang." kata sang sahabat berkacamatanya.

"Iya, ayo pulang, Ying. Tapi nanti mau mampir beli nasi goreng di warung Bu Suri dulu ya. Aku lapar, hehe." Pinta Yaya.

Ying mengangguk-angguk mengiyakan, "Tidak masalah. Ayo cepat." Gadis berkucir itu lalu menggandeng tangan Yaya menuju gerbang sekolah SMA mereka.

Namun semakin dekat dengan gerbang, kedua sahabat itu memelankan laju langkah mereka lantaran ada kerumunan kecil di depan gerbang. Baik itu Yaya maupun Ying heran dengan kejadian yang tidak pernah terjadi itu.

Sweet of  YouWhere stories live. Discover now