Janji Dua Merpati

23 2 0
                                    

   Pagi itu tak jauh berbeda dari hari-hari sebelumnya. Deret gedung pencakar langit yang tidak bergeser sedikitpun, orang-orang sibuk berlalu lalang mencari tujuan, juga suara klakson barisan kendaraan yang terdengar dari kejauhan semakin menambah penat suasana Kota ini. Setidaknya itu realita yang harus dihadapi Indra selama ini. Bila mengingat tiga tahun lalu, pria yang baru lulus Sekolah Menengah Atas ini dibesarkan dari keluarga yang dipandang sebelah mata, tidak tahu apapun tentang Jakarta. Berbekal usaha dan kerja keras membuatnya terus bertahan hidup di Kota metropolitan ini. Sebab, Ia ingin menyelamatkan ibu dan adik-adiknya dari kesengsaraan akibat penghasilan keluarga yang semakin terpuruk. Ia juga ingin melanjutkan sosok ayahnya sebagai tulang punggung keluarga. Harapannya tercapai ketika ia ditawarkan ikut program Beasiswa oleh Pamannya yang sedang berada di Jakarta. Dan hasilnya pun tak disangka-sangka, ia berhasil diterima di salah satu Perguruan Tinggi di sana.
Harus Sukses dan membanggakan keluarga”
mungkin hanya kalimat itu yang masih ia genggam kuat saat ini.

   Alarm yang selalu diatur pukul 4 pagi itu kembali berbunyi semenjak dua minggu lalu. Ini adalah hari pertamanya memulai kuliah di Semester ketujuh. Walau sering telat ke kampus, kadang berpakaian lusuh, dan pernah tertidur saat proses belajar di kelas, Indra dinilai sebagai salah satu mahasiswa terpintar di kelasnya.

   Saat ini, Indra tengah berkuliah di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta. Beasiswa yang diterimanya ternyata tidak memenuhi biaya di semua bidang, karena itu ia juga harus mencari uang agar masa kuliahnya dapat dipertahankan. Bagi mahasiswa sepertinya, sangatlah sulit untuk berkuliah sambil bekerja keras untuk mendapatkan lembar demi lembar rupiah di kota dengan populasi terbesar se-Indonesia ini. Kalau bukan karena Surya, pamannya yang mau berbagi tempat tinggal saat ini, mungkin Indra menjadi satu dari sekian banyak pelancong yang gagal hidup di Jakarta. Namun untuk yang lain, seperti biaya makan, biaya kuliah dan semua yang terhubung dengan urusannya sendiri, ia tidak ingin melibatkan orang lain.

   Surya punya banyak jenis pekerjaan di Jakarta. Selain menjalani pekerjaan tetapnya sebagai Pegawai Bank, ia juga mengelola Toko Bunga di rumah dan kadang jasanya dibutuhkan untuk mengisi acara penting seperti pernikahan, ulang tahun, dan sebagainya karena mulutnya yang pandai berbicara itu. Awalnya Indra ditawarkan pekerjaan seperti itu, tapi melihat keadaannya yang sangat tertutup dengan orang asing membuat Surya mempekerjakannya di Toko Bunganya saja. Dari kecil, Indra memang tidak bisa bersosialisasi dengan orang lain, berkomunikasi pun sulit karena sifatnya itu. Dan alhasil, menjaga toko bunga Pamannya merupakan salah satu pekerjaan tetap yang ia dapatkan saat ini.

“Paman, untuk pengharum Bunganya itu biar Indra nanti yang belikan”
“Memangnya kau pulang jam berapa, ndra? Udah biar Paman yang beli saja”
“Kurasa Toko di seberang stasiun masih buka sampai jam 9 malam, jadi tidak apa. Aku akan pulang cepat malam ini karena tugas kuliahku sudah hampir selesai.”
“Huh, kamu ini. Ya sudah, makan malam nanti Paman letakkan di tempat biasa ya”

   Seperti semester sebelumnya, Indra memulai Kuliah sore dari jam 4 sore sampai setengah 9 malam usai berjaga toko di pagi hari dan bekerja sambilan menjadi kuli bangunan atau Guru Privat di siang harinya. Ini ia lakukan hampir setiap hari, Malah ketika libur kuliah, ia memperpanjang waktu kerja sambilannya atau bahkan mencari Kerja tambahan di waktu senggangnya. Karena Ia berpikir bahwa ia harus sukses dan berhasil di masa depan.

   Hari ini, jam kuliah Indra lebih cepat dari biasanya, tak lupa ia membeli pengharum bunga yang ia janjikan tadi pagi kepada Surya. Toko bunga di dekat stasiun yang biasa memakan waktu 1 jam dari kampus, kini bisa ditempuh Indra dalam 20 menit dengan sepeda tua milik pamannya, untungnya masih buka. Ia pun bergegas untuk membeli dan pulang ke rumah, karena ia yakin makan malam sudah menantinya untuk masuk ke perut yang sejak tadi berbisik tak menentu. Selagi ia mengayuh sepeda dengan kedua kaki yang nampak lelah sehabis kegiatan penatnya hari ini, ia menemukan hal tak terduga-duga. Malam hari, tepatnya di bawah sebuah pohon yang besar, ia menemukan seekor Burung yang terkapar. Sontak, ia pun langsung menjatuhkan sepedanya dan menuju ke posisi burung tersebut. Burung putih berjenis merpati tampak kesakitan dengan sedikit darah di bagian kaki dan sayapnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 18, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Janji Dua MerpatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang